Hari yang cukup bersahabat untuk Reena berangkat menuju kantor. Duduk dibelakang bersama beberapa tumpukan map untuk diserahkan kepada atasan hari ini.
Reena tidak melepaskan genggamannya dengan ponselnya tersebut. Rasa khawatir terus terusan hadir karna kejadian kemarin. Ditambah Danish yang tidak menjawab spam call dari Reena.
Rasa khawatir itu semakin menjadi jadi ketika Reena mengingat emosi Danish yang dengan mudahnya naik. Ia takut Danish tak terkontrol, tapi apa daya. Reena tak punya keberanian untuk berbicara dengan Danish dulu.
Reena menatap keluar jendela, suasana jalanan yang tidak macet mengurangi rasa khawatirnya kepada Danish.
"Kalau gak macet, gue bisa cepet sampai kantor." Ucap nya menatap ponsel sambil mencari kontak Danish.
Reena: Pagi, Danish.
Reena: gue sudah on the way kantor. How about you?
Beberapa menit Reena menunggu, tidak kunjung dapat balasan. Ah, mungkin ia sedang menyetir ke kantor. Reena selalu berusaha untuk berpositive thinking dalam segala hal.
Entah, tapi dengan begitu, rasa hati nya bisa lebih tenang.Beberapa menit kemudian, Reena sudah sampai diparkiran. Membuka pintu mobil dan memberikan ucapan terimakasih kepada pak Yusuf karna sudah mengantarnya.
Suasana kantor sudah terlihat sangat ramai. Beberapa karyawan yang terlihat datang seperti berlari menuju lantai masing masing dan tak jarang orang yang berebut untuk memasuki lift.
Melihat itu, Reena memutuskan untuk menaiki satu persatu anak tangga untuk mencapai lantai 3. Dilewatinya ruangan Danish dan sedikit mengintip kedalam.
Danish udah sampe belum ya?
"DOR!" Seseorang mengagetkan Reena.
"Aaaa!" Reena berteriak secara spontan lalu menoleh kearah belakang,"ih Dero! Kaget gue."
"Lagian lo serius banget sih, Danish belum dateng tahu."
"Dia kemana sih? Dari kemarin gue line gadibales bales."
"Cieeee nyariin...ciee."
"Ih apaan sih lo, gak jelas!"
"Nah loh, itu kenapa pipi merah gitu? Ciee kaann."
Reena lalu berjalan cepat sambil memegang pipinya yang memerah dan meninggalkan Dero yang sedang tertawa melihat ia blushing.
Reena lalu duduk dimeja sekatnya sambil membaca satu persatu laporan perjalanan. Mata yang selalu menatap kedepan membaca kumpulan kertas tersebut, namun hati dan pikirannya sedang tidak berada disana.
Rasa khawatir terhadap Danish membuat Reena bertanya kepada dirinya sendiri. Mulai dari Danish tidak membalas pesannya, ketidakhadirannya dia dikantor, dan karna pertanyaan Reena yang sepertinya membuat Danish marah.
Wanita, ya wanita di toko buku. Itu juga menjadi satu bagian pemikiran yang berputar diotak Reena. Sepertinya perempuan itu suka sama Danish, pikirnya.
Lalu, seseorang dengan blezer bermotif bunga menghampirinya.
"Wei! Murung aja, kenapa sih lo?" Ashlyn meletakan tangannya diatas sekat meja Reena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Senja [COMPLETED]
Teen Fiction#38 in patahhati [ 17 Juni 2018 ] #7 in makinglove [ 23 Desember 2018 ] Aku pernah belajar mencintaimu. Aku pernah belajar menerima perasaanmu. Aku pernah belajar memiliki hatimu. Hingga akhirnya, aku belajar merelakanmu. Sangat sulit, asal kau tah...