Part 35

891 49 2
                                    

Reena menghela nafas berat ketika mobil putih yang ia kendarai berhenti di pekarangan sebuah cafe. Tangannya memijat pelipis sejenak, berfikir keras bagaimana cara untuk turun dari mobil dan menemui kekasihnya.

Kekasih yang beberapa hari belakangan ini, yang dengan mudah menggoreskan luka di hati Reena. Menyimpan kebohongan dan mengkhianati kepercayaan Reena.

Sungguh, sangat sulit untuk mentoleransi hal seburuk ini menurut Reena. Tapi, karna rasa sayang dan masukan dari Rosse yang membuat lubuk hatinya berkoar untuk menemui Danish.

Makannya mengapa ia menberanikan diri untuk menerima ajakan Danish untuk bertemu waktu itu.

Ia melepaskan pegangannya pada pelipis dan melanjutkan menguncir rambutnya yang tergerai rapih. Tangannya yang telaten menguncir itu beralih membuka pintu dan siap melangkahkan kaki.

Cittttt

Suara gesekan lantai terdengar ketika Reena mendorong pintu bening tersebut. Mata nya memperhatikan sekitar dan sedetik berikutnya menangkap seseorang dengan setelan kaus dan jeans serta sneakers. Wajahnya tidak asing, bahkan Reena sangat mengenalnya,

Danish.

Dengan langkah ragu dan gugup, Reena mulai melenggangkan tubuhnya menuju meja yang bertuliskan angka 22 di atasnya. Bertanda sebagai identitas meja tersebut. Tangannya tak berhenti mengepal dan sering kali mengeluarkan keringat.

Sepersekian detik kemudian, Reena berhasil duduk dengan mulus yang berhadapan dengan Danish.

Mata lelaki itu, masih sama. Teduh, menenangkan dan masih tergambar banyak cinta yang ia tunjukan untuk Reena.

"Kamu datang," ucap Danish.

"Ya," jawabnya.

Danish melipat kedua tangannya di atas meja. Mengedarkan pandangannya ke segala arah, kaki nya menghentak hentakan meja berulang kali hingga berirama. Terbukti, Danish sedang gugup bukan main.

"Mau pesen dulu?" Tanya nya.

Reena menggeleng.

Yang memberi pertanyaan mengangguk anggukan kepalanya sekilas dan memutar otak untuk mencari kata yang hendak ia ucapkan untuk Reena.

Danish semakin gugup.

"Maaf," ucapnya lagi. Reena hanya diam memandang mata teduh dengan iris coklat muda itu, seperti menunggu kalimat selanjutnya.

Danish menarik jemari Reena dan menggenggamnya erat seraya menatap balik iris mata Reena dengan lamat.

"Maaf, karna aku gak bisa jaga perasaan kamu,"

"Maaf, aku gak bisa jaga kepercayaan kamu,"

"Maaf, aku belum bisa jadi apa yang kamu mau,"

"Maaf, aku gak mampu untuk jadi laki-laki yang kamu harapkan,"

"Maaf, aku..."

"Danish," potong Reena. "Aku paham," lanjutnya lagi.

Danish mengerutkan dahinya bingung, ia tidak mengerti arah pembicaraan Reena, "Paham?"

Seperti Senja [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang