"Ger, biasa." Ucap Danish kepada Gery selaku bartender.
"Eh, kemana aja lo Nish. Udah jarang banget kesini?"
"Sibuk gue."
Danish mulai meneguk satu persatu gelas yang telah ia pesan. Penglihatannya semakin buram dan kepalanya terasa sangat pusing. Dilihatnya jam sudah menunjukan pukul 3 pagi. Danish harus segera pulang.
Di sudut club, Vandy tengah memperhatikan gerak-gerik Danish sedari tadi. Rencana nya harus berjalan lancar malam ini, ia mengkhawatirkan kalau malam ini adalah malam terakhir Danish untuk pergi ke club.
Vandy berjalan santai mendekat ke arah Danish. Jarak yang tidak terlalu jauh untuk mengambil beberapa foto Danish.
Cekrek! Cekrek!
Ya, Vandy berhasil mendapatkan gambar Danish. Foto pertama waktu Danish sedang meneguk minumannya, foto kedua ketika Danish memijat pelipis nya seperti tubuh Danish ingin tumbang.
Senyum semringah keluar dari bibir lelaki itu, lelaki yang dulu pernah menjadi sandaran Danish, lelaki yang pernah menampung semua cerita cerita Danish.
***
Reena membaringkan tubuh nya di atas kasur. Air mata tidak berhenti mengalir sejak Vandy menceritakan semua nya. Memberi bukti dan menyakinkan Reena mengenai siapa itu Danish.
Sakit, hanya itu yang Reena rasakan sekarang. Sakit, menerima kenyataan bahwa kepercayaan nya sudah dihancurkan begitu mudah nya. Sakit, merasakan bahwa orang yang meminum barang haram itu adalah kekasihnya.
Semua nya begitu mudah dihancurkan. Begitu mudah untuk di sia-sia kan.
Ketukan pintu kamar Reena membuat nya menoleh, suara Karin terdengar di balik pintu. Sesegera mungkin ia menghapus air mata nya dan beranjak dari kasur untuk membuka pintu.
"Loh? Kamu habis nangis?" Tanya Karin dengan nada khawatir. "Engga, mah. Aku cuma kecapean aja." Jawabnya singkat dengan mata sayu.
"Itu ada..." ucapan Karin terpotong ketika deruan kaki gerusar berlari menaiki anak tangga dan menghampiri kamar Reena.
"Reen, kamu kenapa? Kenapa kamu tinggalin aku?" Ujar Danish dengan kemeja yang setengah berantakan dan wajah lusuh.
Karin yang mengerti situasi ini langsung pergi dan meninggalkan mereka berdua untuk menyelesaikan masalahnya.
"Basi!" Balas Reena dengan berusaha menutup pintu kamar nya namun di tahan oleh Danish, "lepasin gak! Aku mau istirahat!"
"Jelasin dulu sama aku, kamu kenapa?" Danish lagi lagi mengeluarkan mata teduh itu yang biasa membuat Reena luluh, tapi tidak untuk sekarang. Kenyataan nya terlalu pahit dan menyakitkan.
Reena memperlemah pertahanannya terhadap pintu dan berdiri di depan Danish dengan air mata yang mengalir, "Reena, sayang, jangan nangis, aku gak siap lihat kamu sedih," sahut Danish lirih sambil mencoba menyapu bulir air mata di pipi Reena, tapi tangan itu terlanjur di tepis oleh pemiliknya.
"Reen, aku sayang kamu," katanya, "aku cinta kamu," sambungnya lagi.
"Persetan sama itu semua!" Teriak Reena dengan hujan di kelopak mata yang semakin menjadi jadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Senja [COMPLETED]
Roman pour Adolescents#38 in patahhati [ 17 Juni 2018 ] #7 in makinglove [ 23 Desember 2018 ] Aku pernah belajar mencintaimu. Aku pernah belajar menerima perasaanmu. Aku pernah belajar memiliki hatimu. Hingga akhirnya, aku belajar merelakanmu. Sangat sulit, asal kau tah...