Tok! Tok! Tok!
Reena bergeming, kepalanya pusing karna kurang tidur. Dengan setengah sadar ia mencoba bangkit dari tidurnya. Suara geduran pintu berhasil menghancurkan mimpi-buruk. Reena bersyukur.
"Bentar."
Reena menguncir rambutnya asal, mengucak mata seolah memfokuskan penglihatan. Dibukanya pintu kamar tersebut, dengan ekspresi setengah antusias ia menatap wajah Danish.
"Hayo baru bangun! Buruan mandi, packing." Reena mengangguk pelan.
"Sadar kenapa sih Reen, jam 4 nih."
"Iya, bawel banget lo!" Danish tertawa melihat wajah kesal Reena.
Danish mengacak-acak rambut lurus Reena yang sedang terkuncir. lagi-lagi Reena terlihat jauh lebih cantik dengan kuncirannya. tanpa merapihkan rambut Reena, Danish mendorong Reena lembut untuk masuk kedalam toilet. Reena menggerutu kecil, sifat ke kanak-kanak an nya mulai terlihat kembali. "Ih pelan-pelan kenapa sih." Reena berdecak kesal.
Anya terbangun dari tidurnya dan sekejap langsung menatap kaget seorang cowok. Anya membulatkan matanya heran. Apa? Danish ada dikamar gue? Anya mencubit pipi serta tangannya yang berhasil membuatnya merintih kesakitan.
"iyaiya gue mandi, sana ih keluar!" Reena mendorong Danish untuk keluar dari kamarnya. Anya yang melihat mereka berinteraksi hanya bisa mendengus kasar.
***
Langkah demi langkah menelusuri lorong hotel. Mengetuk satu pintu ke pintu lainnya. Membangunkan beberapa anak dibawah umur 16 tahun jam setengah 6 pagi. Kali ini, Reena ditemani oleh Vandy. Danish sendiri sedang kerepotan dibawah karna breakfast kurang 50 porsi.
Vandy menatap Reena tajam. Seolah-olah Reena daging yang ingin Vandy lahap. Sontak Reena menepuk bahu Vandy berusaha meyakinkan pandangan yang sedari tadi terlihat menusuk mata Reena.
"Lo kenapa sih? Liatin gue gitu amat." Tanya Reena sambil berjalan mengetuk pintu kamar 302.
"Nggak, lo cantik aja. Eh!" Reena menoleh. Ia berusaha menelan salivanya yang terasa berat seketika. "Lha?"
"Udah yuk ketuk lagi pintunya." Sambung Vandy mengalihkan pembicaraan.
Setelah semua pintu sudah mereka jumpai, Reena dan Vandy turun ke lantai dasar untuk segera melakukan breakfast bersama tourleader lainnya.
Reena mengambil nasi goreng dan sosis, serta orange juice untuk minumnya. Lalu, dua potong melon untuk cuci mulut.
Vandy benar-benar memperhatikan Reena sejak tadi. Ia tidak bisa melepaskan pandangannya terhadap Reena. Reena pun tahu kalau Vandy memperhatikannya, tapi ia berusaha menutupi itu semua.
Danish duduk disebelah Vandy, dan tepat dihadapan Reena. Reena seketika gugup mendapati Danish yang duduk dihadapannya. Entah mengapa, akhir-akhir ini perasaannya campur aduk ketika melihat Danish.
"Nish, gue pegang bus satu sama Reena boleh gak?" tanya Vandy memasang wajah penuh harap.
"Emang ada apa dibus tiga? Sampe lo minta gantian." Danish menjawab sambil melahap roti bakar coklat.
"Anya rewel banget, pusing gue." Vandy bergidik, ini alasan yang tepat. Seenggaknya, bisa bersama dengan Reena diwaktu yang lama.
"Yaudah gapapa, tapi sore nya gantian ya. Perasaan gue gak enak kalo harus ninggalin Reena."
Eh? Gue ngomong apa sih tadi? Untung aja Reena lagi fokus ke makanan nya, kalau dia denger kelar gue. Batin Danish.
Deg.
Vandy berfikir keras, mencoba mencari maksud dari kata-kata yang terucap oleh Danish. Secara perlahan, Danish menunjukan kekhawatirannya dengan Reena. Mereka ada apa, sih?
Reena bergegas untuk menuju mobil bus dan menyiapkan absen. Sebelum itu, Reena menyempatkan diri untuk mengecek pesan yang masuk. Karna sejak semalam paketnya habis, dan baru bisa isi pulsa tadi pagi. Itu pun dikirimkan oleh Karin.
Tangan Reena kembali bergemetar, matanya tidak mengedip sedikitpun. Keringat dingin keluar begitu saja. 10 pesan berhasil Reena terima, dari Cakra.
Cakra: Reeennn?
ReadCakra: Adreena Alnaira?????
ReadCakra: aku mau ketemu kamu Reen, kamu dimana?
ReadCakra: Aku jemput ya?
ReadCakra: Ada yang mau aku omongin sama kamu Reennn
ReadCakra: aku tahu kamu pegang ponsel
ReadCakra: Reen? Aku mau ngejelasin semuanya
ReadCakra: Aku bisa jelasin kenapa aku pergi
ReadCakra: aku telfon, nomor kamu gak aktif.
ReadCakra: Kamu marah banget ya sama aku?
ReadReena tersenyum miris, sedikit air matanya yang keluar. Tidak banyak, namun sangat berarti. Kamu kemana aja Cak? Baru sekarang khawatirnya? Semua pesan dari Cakra, diacuhkan begitu saja oleh Reena.
Kejadian semalam pun terulang, Reena hendak menekan option block, namun tertahan oleh tepukan seorang pria beraroma fragrance James Bond.
"Mau mencoba ngeblock lagi?"
Reena mengerutkan dahi dan bibirnya. Dimanapun dan kapan pun Reena mencoba memblokir Cakra, pasti selalu saja ada Danish. "Yuk buruan ke bus."
Reena mendapati Vandy yang sedang mengatur didalam bus. Kok jadi Vandy ya, Danish dimana?
"Dor!" Vandy mengejutkan Reena dari lamunannya. Tanpa sadar, Reena memikirkan Danish. Apa karna Danish selalu ada kalau Reena nangis ya? Selain Rosse. Eh iya, Rosse apa kabar? Kangen juga lama lama gak ketemu dia. Ucap Reena parau dalam hati.
"Hush! Jangan ngelamun, mau opening gak?" Tanya Danish lembut kepada Reena yang disambut anggukan dari Reena.
"Selamat Pagi semuanya! Gimana tidur malamnya? Nyenyak ga?" Sapa Reena yang disahutkan dengan respon antusias. "Hm oke, sekarang kak Reena mau kasih tahu rute kita hari ini."
"Hari ini, kunjungan pertama kita adalah Museum Angkut. Jaraknya dari sini bisa ditempuh dengan 20 menit perjalanan. Setelah Museum Angkut, kita pergi ke rumah makan untuk makan siang, dan setelah dari sana kita melanjutkan perjalanan menuju pusat oleh-oleh."
"Kakak Cantik, kita gak ke hotel lagi?mau guling-gulingan dikasur yang empuk." Sahut anak dengan tatapan modus yang berhasil memecahkan tawa didalam bus.
"Nggak." Reena menahan tawa,"nanti malam kita ada makrab di salah satu cafe sampai jam 11, setelah itu kita bermalam dibus sehingga esok nya bisa melihat sunset di Gunung Bromo."
"Berarti kita gak ke hotel kak?" Sahut anak berperawakan kecil, "nggak sayang." Reena menghela nafas dalam. Susah juga ya, ngertiin anak orang.
Ternyata, jawaban Reena langsung dapat dicerna oleh sebagian anak. Dan seketika suara gemuruh dalam bus mulai terdengar.
"Cie..Kevin dipanggil sayang sama kakak Cantik."
"Asik asik jos! Kevin hmm."
"Minta nomornya lah Vinnn."
"Sikat aja Vinnn nanti keburu janur kuning melengkung kicep lo!"
Reena tersenyum simpul mendengarkan percakapan anak baru beranjak remaja. Wajah Reena terlihat senang, seolah-olah wajah Reena sudah dibaluti oleh gumpalan kabut sehingga ekspresi sedihnya sedikit tertutup.
Terkadang, berselimut dalam topeng memang suatu hal yang tidak mudah.
***
Happy Reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Senja [COMPLETED]
Teenfikce#38 in patahhati [ 17 Juni 2018 ] #7 in makinglove [ 23 Desember 2018 ] Aku pernah belajar mencintaimu. Aku pernah belajar menerima perasaanmu. Aku pernah belajar memiliki hatimu. Hingga akhirnya, aku belajar merelakanmu. Sangat sulit, asal kau tah...