Part 37

918 49 0
                                    

Keheningan menyelimuti ruang makan keluarga Lammar. Semua tampak fokus pada makanan nya dan sesekali Danish berdehem ingin membicarakan sesuatu.

Hidangan berkhas Mancanegara selalu saja menjadi favorite pelengkap meja makan yang luas nan lebar di setiap mereka pulang ke Indonesia. Jarak meja nya bisa mencapai 1 langkah besar kaki orang dewasa. Memuaskan.

Setahu Danish, dengan membicarakan hal yang tidak disukai kepada orang saat waktu makan, akan berputar balik. Maksudnya, orang tersebut akan menyukai topik yang pembicara katakan. Dan semoga saja, pemikiran Danish saat ini tidak salah langkah.

Matanya melirik kanan kiri, melihat Casper dan Bella secara bergantian. Sedangkan Laura, hanya diam dengan tenang menyantap makanan khas Rusia yang sangat ia sukai.

"Ada yang mau Danish bicarakan, Dad,"

Casper melirik sekilas wajah Danish dan langsung meletakan pisau serta garpu yang sedang bertengger ditangannya. Casper tahu, anak laki-laki satu satunya ini pasti ingin mengatakan hal yang penting, tidak mungkin seorang Danish yang dikandung Bella selama 9 bulan dan lahir dengan sifat yang dingin, melakukan hal tersebut kalau ia tidak terus memikirkannya.

"Katakan saja,"

Danish menarik nafas dalam, semoga saja dengan ia membicarakan saat ini, Casper akan berubah pikiran dan membatalkan semua yang selama ini ia rencanakan. Lebih tepatnya, dengan teman bisnis Casper rencanakan.

"Danish punya pacar, Dad," ucapnya pasti dengan menatap kedua bola mata Casper.

Casper diam. Sama menatap mata Danish ber iris kebiru-biruan tersebut, wajah nya tetap datar, tidak ada ekspresi terkejut atau sebuah penolakan. "Lalu?" Jawabnya.

"Tolong batalkan rencana Daddy sama Om Rey,"

Casper mengusap mulut nya dengan tissue, tanda menyudahi makan pagi nya hari ini. "Dari keluarga mana pacarmu itu, Danish?"

"Dia seorang penulis,"

"Apa yang Daddy bisa harapin dari seorang penulis?" Sahutnya sarkas.

Bella menatap mata Danish yang terlihat berapi. Bella tahu perasaan anaknya sekarang, suaminya memang tidak pernah setuju dengan siapapun Danish berhubungan. Kecuali, wanita pilihan Casper.

"I love her. Danish gak akan pernah lepasin Reena,"

Casper menyunggingkan bibirnya, membentuk sebuah senyuman meremehkan, "Kamu telah dibutakan oleh cinta,"

"I don't even care. I love her. I don't wanna lost her, just because you,"

BRAK! Casper memukul meja makan yang bermaterial kaca. Tangannya terkepal kuat mendengar kalimat Danish yang terbilang meremehkan.

"Anak tak tahu di untung!" Ucap Casper dengan dada yang naik turun.

Melihat itu, Danish bangkit dengan ekspresi datar dan pergi ke garasi lalu menjalankan mobil sportnya. Mendengarkan Casper bicara hanya membuat emosi Danish meledak dan sangat membuang-buang waktu.

Topiknya tidak jauh dengan bisnis, uang dan saham. Membosankan.

"Daddy," panggil Laura. "Apa Laura belum cukup?" Suaranya terdengar parau.

Yang dipanggil mendongakkan kepala nya menatap anak perempuan pertamanya dengan wajah yang masih menahan emosi. "Kamu gak akan paham, Laura,"

Laura menatapnya mantap, "Bagian mana yang gak Laura paham, Dad? Semua yang Daddy bicarain soal bisnis, seolah-olah uang Daddy akan habis dalam jangka waktu pendek. I'm tired, Dad."

Seperti Senja [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang