T I G A B E L A S

1.1K 170 15
                                    

"Hiding the pain
Hiding the hurt
Hiding the tears
Hiding the bruise
Saying I'm fine
When the truth
I'm dying inside"
-hiding, y.n

[Note : in case kalian nggak nyadar, y.n adalah inisialku so ...]

-

Sejarah adalah pelajaran yang paling kubenci. Aku menemukan pelajaran tersebut begitu membosankan. Aku bahkan tak dapat mengingat kerajaan apa saja yang pernah berjaya di Indonesia atau kerusuhan apa saja yang pernah terjadi di negara ini setelah merdeka.

Namun aku menemukan diriku sendiri terbenam di antara buku-buku sejarah yang tebal. Suara ketukan keyboard yang berasal dari diriku sendiri adalah satu-satunya suara yang menemaniku.

Saat ini aku sedang mengerjakan tugas. Tugas sejarah yang harus diketik di power point sebelum dipresentakan besok di hadapan seluruh siswa. Tentu saja, ini tugas kelompok dan tentu saja aku berkelompok bersama Lisa, Sarah, dan Rika, namun tak ada satupun di antara ketiganya yang berniat membantuku.

Tapi aku tidak melayangkan protes sedikitpun. Bukan karena aku merasa takut, namun karena aku menemukan diriku lebih nyaman ketika harus bekerja sendiri. Katakanlah aku aneh, namun itu yang kurasakan.

-

"LO ITU GIMANA SIH?!" Rika berteriak, tepat di hadapan wajahku. Matanya mengkilatkan kemarahan, membuatku yang tengah duduk semakin kecil dari dirinya yang berdiri dengan mata melotot dan jemari telunjuknya yang mengarah padaku. "KOK BISA FILE-NYA NGGAK BISA KEBACA DI LAPTOPNYA SI SASHA? DAN NGAPAIN JUGA LO NGGAK BAWA LAPTOP LO SENDIRI. SEKARANG LIHAT! KITA NGGAK JADI BISA PRESENTASI."

Aku bisa merasakan air mata menggenang di pelupuk mataku, siap untuk meluncur ke bawah satu per satu, namun dengan sekuat tenaga aku menahannya. Aku tidak boleh menangis, itulah prinsipku.

"Gue capek kalau bawa laptop."

"Capek? Lo bilang capek? Cuma bawa laptop gitu aja capek?" respon Rika.

Aku diam-diam mendengus. Ingin rasanya berteriak padanya untuk hanya menutup mulut. Bagaimanapun juga, selama ini yang bekerja untuk tugas adalah diriku bukan dirinya, seharusnya dia sadar bahwa dia tak memiliki sedikitpun hak untuk marah hanya karena aku tak membawa laptop atau hanya karena file tersebut tidak terbaca pada laptop salah satu teman sekelasku.

Namun menjadi diriku yang pendiam dan tak ingin memancing keributan yang tak perlu, aku hanya diam. Diam seolah sesuatu di dalam hatiku tak tengah berteriak melayangkan protes.

[-][-][-]

Drowning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang