Jeje hanya tertawa mendengar apa yang Wonwoo ucapkan. Ya, sedari tadi dia hanya meminta maaf sambil membungkukkan badannya. Bahkan, setelah dia meneguk tehnya pun, dia masih mengucapkan kata tersebut.
Kini, Wonwoo sudah ada di dalam apartemen bersama Jeje. Hari masih terang dan Joshua tidak mungkin pulang secepat ini. Karena biasanya, dia selalu bersama Jeonghan dan Seungcheol sambil duduk-duduk santai di kafe milik keluarga Jeonghan walau hanya sekedar bersenda gurau.
Ya, mereka adalah teman kuliah yang masih berhubungan satu sama lain. Mereka bertiga sahabat yang tidak terpisahkan. Apartemen mereka bersebelahan. Mereka bertiga juga hanya tinggal bersama adik mereka masing-masing. Hansol adalah adik dari Seungcheol. Dan Jeonghan juga memilik seorang adik laki-laki juga yang bernama Sanha. Baik Hansol maupun Sanha, mereka tidak sebadung dan bermasalah seperti halnya Jeje.
Kini, mereka berdua hanya terdiam di ruang tamu. Wonwoo hanya menundukkan kepalanya sekali lagi. Dia benar-benar malu. Kenapa bisa keceplosan disaat seperti ini?
Akhirnya, dia memutuskan untuk mengeluarkan buku dari dalam tasnya sembari menunggu Jeje yang masih mengeringkan rambutnya di dalam kamar.
===
Joshua pulang tepat setelah Wonwoo keluar dari apartemen Jeje. Wajah lelahnya benar-benar terlihat jelas. Joshua hanya terdiam begitu melihat Jeje menyambutnya di depan pintu.
Ya, dia mendapatkan telepon lagi dari sekolah. Joshua tidak habis pikir, bagaimana cara dia mendidik adiknya ini? Dia jadi merasa sedikit bersalah kepada ibunya karena ngotot ingin mengajak Jeje sekolah di Korea bersamanya.
"Kak?" seru Jeje begitu Joshua masuk ke dalam apartemen.
Joshua hanya menoleh dengan wajah datar.
"Sakit gigi, ya?" Celotehan Jeje tadi malah membuat Joshua jadi makin kesal. Apa dipikirannya hanya ada guyonan?
Joshua meninggalkan Jeje yang hanya tertawa kegirangan. Laki-laki itu berjalan menuju kamarnya dan hendak mandi sebelum dia membuatkan makan malam untuk mereka berdua.
Makan malam saat ini cukup sederhana dengan ayam teriyaki yang ia beli tadi di kafe Jeonghan. Joshua tidak mengucapkan sepatah katapun meski Jeje sedang berceloteh tentang hari ini. Termasuk Wonwoo.
Joshua memutar bola matanya kesal. "Lo mending tinggal sama mami di Amerika."
Jeje menghentikan makannya. Matanya membulat sempurna. "Nggak! Apa-apaan, sih, lo?"
"Gue capek ngurusin lo disini."
"Kok gitu, kak?" Jeje mengerucutkan bibirnya.
Joshua hanya menatap malas. "Lo nggak bisa diatur. Seenaknya sendiri. Hobinya bikin masalah. Lo kira gue nggak bosen tiap bulan ketemu sama guru bk lo?"
Jeje terdiam.
"Capek, Je! Gue capek izin mulu ke atasan gue. Bahkan, dia hapal kalo gue izin pasti selalu ke sekolah lo."
Jeje menundukkan kepalanya.
"Mending lo di Amerika, terserah lo mau ngapain. Masih ada papi sama mami yang tanggung jawab ke elo. Kalo disini, lo tanggung jawab gue sepenuhnya. Lo bikin ulah, gue yang malu!"
Joshua tersadar, kini dia sudah melewati batas. Wajah Jeje sudah sedikit memerah walau dia masih menyempatkan untuk menyuap makan malamnya.
"Iya, gue salah. Tapi, jangan pindahin gue ke Amerika. Gue mau tinggal sama lo aja, kak!"
Joshua jadi sedikit merasa bersalah. Dia hanya memijat keningnya dan menatap Jeje dengan tatapan tajam.
"Delapan bulan lagi, lo lulus. Kalo gue dapet telepon dari sekolah tiga kali lagi, gue kirim lo ke Amerika. Kalo bisa, lo jangan balik lagi kesini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ciao Wonwoo [✔]
Fanfiction[ 1st Ciao Seventeen Series ] Bagaimana jika dua orang yang mempunyai sifat bertolakbelakang, menjalani kehidupan barunya di SMA? Jeon Wonwoo, si culun SMA Chunghwa, tiada hari tanpa bullying di sekolah. Sering menjadi bulan-bulanan Kwon bersaudara...