"Jadi, intinya lo mau apa?"
Yuka berdeham. Diliriknya waktu sudah mendekati tengah malam. Suara Jeje di seberang terdengar menguap. Yuka sengaja menelepon Jeje pada larut malam. Gadis kelahiran Jepang itu menggigit bibirnya. Dia sendiri tidak yakin dan mulai mengatur kata-kata yang pas.
"Yuka, plis! Gue ngantuk."
"Deketin gue sama kakak lo, Je!" ucapnya tanpa ragu sedikitpun. Kemudian, menepuk kepalanya pelan. Terlalu frontal.
"HEH! GILA LO, YA?"
"Gue gila karena kakak lo, Je!"
Yuka tidak habis pikir dapat keberanian darimana dia bisa senekat ini. Dia memang dekat dengan Jeje. Bahkan, hanya Yuka teman perempuan satu-satunya bagi Jeje. Siapa yang ingin berteman dengan anak pembuat onar? Lebih baik, jauh-jauh dari Jeje daripada terlibat masalah, itu yang ada di pikiran siswa-siswi SMA Chunghwa ketika mengomentari Jeje. Tetapi, tidak dengan Yuka. Dia dengan tulus berteman dengan perempuan badung itu dan secara tidak sengaja malah jatuh hati dengan kakak laki-lakinya, Joshua.
"Bangsul! Om-om yang suka nonton Mohabbatein itu apa menariknya?"
"Kepo lo, ah!"
"Serius, nggak?"
"Serius!"
"Dia tipe orang yang suka pake sempak doang di rumah."
"Je, plis! Jangan bikin pikiran gue kemana-kemana."
"Dia selalu streaming Mohabbatein. Lo percaya nggak, kalo dia ngoleksi boneka babi warna pink?"
"Gapapa, kita sama, kok!" Yuka heran, kenapa Jeje sengaja menjelek-jelekkan kakaknya di depannya? Yuka jadi berpikir, mungkin Jeje merasa enggan mendekatkan kakaknya dengan perempuan seperti dia.
"Lo kayak nggak ikhlas banget, Je? Gue terlalu jelek, ya, buat kakak lo?" ucapnya lagi.
Yuka bisa mendengar jelas kekehan Jeje di seberang. Perempuan itu mengernyitkan dahinya.
"Ihhh, ngambek! Masalahnya, kak Joshua itu orangnya suka gemes gitu. Lo, kan, sebelas dua belas gitu sama Minghao, takutnya malah lo bikin dia geregetan." Jeje terkekeh pelan. "Soalnya, Minghao pernah di cubitin sama kak Joshua. Nanti kalo lo pacaran sama dia, lo abis di cubitin lagi."
"Ya, emang kenapa kalo gue sama kayak Minghao?"
"Ah, tau, ah! Besok lagi, gue ngantuk!" Jeje langsung mematikan teleponnya.
Yuka mengernyit. Dia merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya. Kejadian pertemuan pertamanya dengan Joshua kini terekam baik di pikirannya. Joshua yang selalu pergi ke ruang bk. Joshua yang selalu bertemu pak Shindong. Joshua yang selalu membungkukkan badannya berkali-kali, meminta maaf atas kelakuan adiknya. Joshua yang selalu memarahi Jeje di koridor kelas mereka, yang bahkan selalu Yuka hapal ucapannya.
Yuka merasa dia mulai gila.
===
Dan, benar.
Jeje telat. Joshua bahkan hampir menendangnya karena sudah lima belas menit lebih dia tidak bangun. Jeje hanya menekuk wajahnya sambil memaki-maki Yuka karena meneleponnya pada larut malam. Jeje langsung masuk ke sekolahnya begitu dia sadar bahwa pak Taemin, satpam sekolahnya, tidak ada di pos tempatnya terjaga. Perempuan itu langsung kegirangan.
"JENNIFER, SINI KAMU!" teriak guru piket hari ini, pak Henry. Dia lupa, dia harus melewati meja guru piket jika ingin menuju kelasnya. Sebisa mungkin, Jeje melangkah santai berjalan menuju meja piket pak Henry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ciao Wonwoo [✔]
Fanfiction[ 1st Ciao Seventeen Series ] Bagaimana jika dua orang yang mempunyai sifat bertolakbelakang, menjalani kehidupan barunya di SMA? Jeon Wonwoo, si culun SMA Chunghwa, tiada hari tanpa bullying di sekolah. Sering menjadi bulan-bulanan Kwon bersaudara...