3.7K 764 116
                                    

Jeje bisa merasakan embusan napas Wonwoo di telinganya. Perempuan itu mengerling kegelian. Dia mencoba menjauhkan tubuh Wonwoo dari tubuhnya. Namun pada dasarnya, tenaga laki-laki memang lebih besar dari perempuan. Jeje bisa merasakan tenaga Wonwoo saat laki-laki itu memeluknya erat.

Jeje tidak munafik. Sungguh, dia merasa nyaman saat dipeluk Wonwoo. Pelukan Wonwoo mengingatkannya pada pelukan sang ayah yang tinggal jauh darinya. Dan juga, pelukan dari kakak laki-lakinya, Joshua.

Tanpa sadar, Jeje malah membalas pelukannya. Bahkan, hidungnya sudah bertabrakan dengan bahu bidang milik Wonwoo. Jeje berpikir, entah dapat keberanian darimana Wonwoo bisa memeluknya. Dan dia malah ikut membalas pelukan Wonwoo.

"Tolong, jangan gagap lagi! Gue sedih liatnya."

Ucapan Jeje tadi membuat Wonwoo semakin bertekad. Tekad besar untuk bisa berubah.

"HEH, BUKANNYA NYIRAM TANAMAN MALAH BERBUAT MESUM, ANJIR!" oceh Seokmin begitu dia sampai di taman sekolah. Matanya melebar begitu melihat Wonwoo dan Jeje yang asyik berpelukan. Mingyu bahkan menutup matanya. Minghao menepuk pelan bibir Seokmin yang hampir saja berteriak.

Untung saja, jarak taman dan meja piket pak Henry lumayan jauh. Bisa-bisa, Jeje dan Wonwoo mendapat hukuman tambahan gara-gara ocehan Seokmin tadi yang mendekati teriakan.

Mingyu hanya menatap datar Wonwoo. "Lo, gue kasih kesempatan deketin temen gue malah nyosor aja lo!"

Minghao malah sudah memainkan selang air sambil menyiram dua insan muda itu yang kepergok sedang berpelukan. Laki-laki keturunan Cina itu malah terkekeh geli. "Ajaran gue ada manfaatnya juga ternyata."

"MINGHAO, KAMPRET! BAJU GUE BASAH, COEG!" bentak Jeje. Perempuan itu malah ikut menyiram Minghao dengan selang air yang tadi ia gunakan untuk menyiram tanaman. Kini, dia malah ikut menargetkan Seokmin dan Mingyu yang berada di dekat Minghao.

"JEJE, BANGKE!" seru Seokmin. Ia mengusap wajahnya. Dia memerintahkan Minghao untuk menyiram Jeje balik. Tetapi, dengan pedenya Wonwoo berdiri di depan Jeje seakan melindungi gadis itu dari cipratan air. Melihat itu, Minghao malah menargetkan ke arah hidung Wonwoo.

Bukannya menjalani hukuman, mereka malah asyik saling menyemburkan air dari selang. Di sebelah kiri, ada kubu Minghao, Seokmin, dan Mingyu dengan kaos seragam mereka yang basah. Sedangkan di sebelah kanan, ada kubu Wonwoo dan Jeje dengan Wonwoo yang mati-matian melindungi Jeje. Suara tawa dan candaan keluar dari bibir mereka. Seolah tidak peduli kaos seragam mereka yang sudah basah kuyup.

"YA TUHAN, KALIAN NGAPAIN?"

Suara itu membuat arah pandang mereka berlima menuju sumber suara.

===

Dan di sinilah mereka berakhir. Lapangan sekolah yang menjadi tempat baru bagi Wonwoo. Menjalani hukuman tambahan dari pak Henry karena ketahuan sedang asyik bermain dengan selang air di taman sekolah.

"Itu untuk hukuman kalian berlima karena udah main-main sama selang air. Enak dijemur? Sekalian keringin pakaian kalian yang basah." Pak Henry memicingkan matanya. Kemudian, berjalan menjauh dari barisan mereka. Dia langsung menuju meja piket yang saat ini sedang dijaga bu Seohyun.

Mungkin ini adalah hal yang biasa bagi Jeje, Mingyu, Seokmin, dan Minghao. Namun, baru untuk Wonwoo. Baru pertama kali dalam dalam hidupnya, dia mendapat hukuman. Tetapi, dia malah bersyukur.

Pandangan aneh dan tidak enak kini menghampiri mereka berlima. Wonwoo merasa risih. Meskipun bukan pertama kalinya dia mendapat tatapan jijik dari teman-temannya, namun tetap saja Wonwoo sedikit tidak nyaman.

"Sekarang jelasin ke gue, kenapa lo meluk Jeje?" selidik Mingyu yang kini menghadap Wonwoo yang berada di sebelah kanannya. Laki-laki itu menusuk Wonwoo dengan tatapan matanya.

Ciao Wonwoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang