Jeje mengambil dua kaleng soda dari lemari pendingin. Dia membagi tugas dengan Jun untuk makan siang hari ini. Jun yang bertugas memesan makanan dan dia yang bertugas memesan minuman.
Jeje terdiam begitu dia melihat Jun yang melambaikan tangannya, memberi kode kepada Jeje untuk segera menyusulnya yang sudah duduk di kursinya. Ucapan Ilana merasuki kepalanya. Dia sudah memanfaatkan Jun untuk dirinya sendiri.
Jeje tidak mau menyakiti Jun lebih jauh. Ilana benar, cukup dia saja yang merasakan sakit hati, orang lain tidak perlu merasakannya juga. Jun terlalu baik, sampai dia rela bekerja keras untuk menggantikan posisi Wonwoo di hati Jeje.
Jeje tidak mau Jun sampai tahu, kalau Jeje masih mengharapkan Wonwoo sampai saat ini. Namun, dia masih terus bertekad untuk bisa menerima Jun.
Tiba-tiba saja, rambut Jeje ditarik keatas oleh orang di belakangnya. Jeje langsung mencoba melepaskan tangan orang itu dari rambutnya.
"Apa-apaan, sih, lo? Ngapain lo jambak gue, Joy?" bentak Jeje.
Ditatapnya Joy yang saat ini bersama Jennie yang malah memegangi tangan Jeje. Jeje tersenyum kecil, tentu saja Joy dan Jennie bukan tandingannya.
"Gue lagi nggak mau berantem, ya!" ucap Jeje. Dia hanya tidak ingin kelepasan meninju wajah kedua temannya itu.
"Lo pelet si Wonwoo, ya? Dia sampe tergila-gila gitu sama lo?" tuduh Joy. Kini, kedua tangan Jeje sudah dikunci Jennie.
Jeje hanya terkekeh pelan. Mereka bertuga sudah menjadi tontonan gratis di kantin.
Ini si Jun kemana, sih? Pacarnya di hajar tapi dia nggak nolongin, batin Jeje. Walaupun bisa saja dia menghajar Jennie dan Joy.
"Lo nggak kasian apa sama Yerin? Lo udah ngerebut Jun dari dia, dan lo juga udah buat gebetannya jadi gila gara-gara lo!" seru Jennie.
Jeje melepaskan tangannya dari Jennie dengan sekali hentakkan, kemudian mendorong gadis itu hinggan tersungkur di lantai. Langsung saja, Jeje mendapat tamparan keras di pipinya dari Joy.
Tanpa berpikir panjang, Jeje langsung meninju Joy tepat di ulu hatinya. Joy pingsan seketika. Tubuhnya terkapar di lantai kantin.
Jun akhirnya berhasil menerobos kerumunan dan melihat pemandangan di depannya. Jun hanya menggeleng tidak mengerti.
"Mereka bukan ahli kelahi kayak lo, Je! Jangan ditonjok kayak gitu!" ucap Jun sambil terkekeh pelan.
"Kelepasan," ucap Jeje enteng.
Tangan Jennie terkilir dan Joy yang pingsan, menjadi bukti bahwa Jeje memang mampu mengalahkan mereka berdua. Bahkan bisa dibilang, kedua gadis itu bukan tandingannya.
"ITU ADA APA NGUMPUL-NGUMPUL KAYAK GITU?" jerit seseorang di arah belakang.
Sial, itu pak Shindong.
===
"Ini kasus kamu yang ke dua puluh." Pak Shindong memberikan kode kepada bu Hyoyeon, guru bk lainnya, untuk segera melakukan tugas yang ia perintahkan sebelumnya.
Jeje, ditemani Jun, sedang berada di ruang bk. Dia hanya menatap malas pak Shindong di depannya. Padahal, dia yang diserang Jennie dan Joy, kenapa dia yang harus ada di ruang bk?
"Pak, ini bukan Jeje yang salah!" bela Jun. Dia berusaha mengatakan hal yang sebenarnya. Namun, pak Shindong masih bersikukuh kalau Jeje bersalah. Buktinya, Joy sampai tak sadarkan diri seperti itu.
"Jun, kamu kenapa dari tadi ngebelain Jeje terus, sih? Kamu ngeliat kejadiannya?" tanya pak Shindong.
Jun menggeleng. "Ya nggak, sih! Tapi, Jeje nggak mungkin nonjok Joy kalo nggak ada alasannya, dong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ciao Wonwoo [✔]
Fiksi Penggemar[ 1st Ciao Seventeen Series ] Bagaimana jika dua orang yang mempunyai sifat bertolakbelakang, menjalani kehidupan barunya di SMA? Jeon Wonwoo, si culun SMA Chunghwa, tiada hari tanpa bullying di sekolah. Sering menjadi bulan-bulanan Kwon bersaudara...