4K 830 159
                                    

Jeje menendang betis Jun begitu dia turun dari motor cowok itu. Jun yang masih berada di atas motor hanya merintih sambil tertawa pelan.

"Gue nggak ngelawak, Jun!" sergap Jeje.

Jun turun dari motornya. Merapihkan rambutnya sambil bercermin di kaca spion miliknya. "Siapa juga yang bilang lo ngelawak."

"Pulang!"

"Udah nyampe, ngapain pulang?"

"Lo ngapain ngajak gue kesini?"

"Emang nggak boleh?"

"Kalo Yerin tau, nanti panjang urusannya."

Jun berdecak. "Gue udah putus sama Yerin."

Jeje mengerlingkan bola matanya dan mulai mengumpat. "Ya, terus nanti kalo ada anak sekolah yang ngeliat kita gimana? Disangka gue pho!"

Jun membetulkan posisi tasnya. "Peduli banget kata orang."

Jeje malah menepuk kasar kepala Jun. Dia malah mulai memukuli lengan Jun. Tak lupa, tendangan ke arah betis Jun juga meluncur dengan bertubi-tubi.

"Lo, tuh, ya, jadi cewek garang banget!"

"Nggak peduli!" sentak Jeje.

"Nggak ada yang naksir mampus lo," kekeh Jun. "Eh, ada gue, deh!"

Jeje membulatkan kedua matanya. "Ngomong apa lo barusan?" Tangannya kini tak berhenti memukuli Jun.

"Je, anjir! Tenaga lo gede, Je! Sakit."

"Bodo amat, biar lo mati aja sekalian."

"Jangan, lah! Nanti lo jadi janda."

Jeje benar-benar out of control. Cewek itu langsung berjalan menuju toilet sambil menahan amarahnya kepada Jun. Jun hanya menatap punggung Jeje yang meninggalkannya sambil berdeham pelan.

"Makanya, jangan bikin gue makin suka."

===

Jeje segera berlari ke bagian buku komik begitu memasuki toko buku. Sedangkan Jun langsung mengarah ke bagian buku pelajaran. Jun benar-benar mempersiapkan dengan matang ujian akhir yang akan di hadapinya. Dia mulai memilah-milah buku di hadapannya.

Tak tanggung, tujuh buku sudah dia bawa. Dia melirik tas belanjanya dan mengangguk yakin. Dia langsung menuju ke bagian komik dengan membawa ketujuh buku tersebut.

Dia mengelilingi toko buku dan mulai mencari Jeje. Dia mengerutkan alisnya ketika tidak menemukan Jeje di bagian komik. Kemana dia?

Jun mulai menyumpah serapah. Bawaannya yang berat menambah daftar panjang sumpahnya.

Akhirnya, dia bisa bernapas lega ketika menemukan Jeje di bagian buku masakan. Dia tak henti-hentinya tersenyum.

"JEJE!" teriaknya di telinga Jeje. Jeje malah menatapnya datar.

"Nggak kaget, sori."

Jun malah memasang senyum ambigu. "Ngapain baca buku resep?"

"Kepo."

"Mau belajar masak buat masa depan kita, kan?"

Jeje benar-benar tidak menyangka jika anak emas SMA Chunghwa adalah seorang laki-laki kardus yang hobinya menggoda.

"Nggak ada hubungannya," ucap Jeje sambil mengalihkan pandangannya lagi ke arah buku resep.

"Biar gue sama anak-anak gue nggak kelaperan, kan?" Jun malah menyandarkan dagunya di pundak Jeje.

"Minta sama emaknya. Emang gue emaknya."

"Ih, Jeje nggak peka!"

"Sonoan, ah, Jun! Bau jigong lo!" Jeje malah mendorong kepala Jun ke belakang.

Ciao Wonwoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang