3.6K 736 76
                                    

Mata Jeje terbuka. Suasana serba putih menghampirinya. Tak lupa, bau-bau obat-obatan yang juga mampir ke hidungnya. Jeje mengelus pelan kepalanya. Pening.

"Je?"

Suara lembut itu kini mampir ke telinganya. Dia juga menerima usapan lembut di kepalanya. Perempuan itu langsung melirik orang tersebut. Kemudian, bangun dari tidurnya.

"Gue ngapain ada disini, Jun?" Jeje bisa merasakan wajahnya yang memar. Ditambah perutnya yang mual membuatnya makin pening. Ada beberapa plester yang melekat di wajahnya.

Jun tersenyum lembut. "Ya, karena lo abis berantem, Je!" Jun bahkan memegang pipi Jeje yang memar. Memastikan kalau perempuan itu tidak melupakan kejadian yang membuatnya harus mati-matian ikut membawa Jeje ke rumah sakit.

Jeje meringis. Ditepisnya tangan Jun yang sudah memegang pipinya itu. Perempuan itu turun dari ranjangnya, hendak pulang ke rumah. Namun, ia di tahan oleh Jun.

"Mau kemana?" tanya Jun.

"Pulang."

Jun menaikkan sebelah alisnya. "Bu Seohyun bilang, kakak lo lagi otw ke sini. Tunggu dia aja, oke?" Kini, laki-laki itu membantu Jeje untuk kembali berbaring di ranjangnya. Menjaga perempuan itu hingga kakaknya tiba.

"Jun?"

Jun menoleh ke arah Jeje.

"Wonwoo gimana?"

Jun yang sedang mengambil air minum untuk Jeje, mengerucutkan bibirnya. "Kenapa harus Wonwoo yang ditanyain? Padahal, lukanya Minghao lebih parah."

Jeje mengernyit. Dia bingung, entah kenapa dia malah mengkhawatirkan Wonwoo. Di pikirannya hanya ada laki-laki itu. Hanya ada Wonwoo, Wonwoo, dan Wonwoo. Perempuan itu memukul pelan kepalanya.

Jeje berdecak. Ketika hendak menyahut perkataan Jun, tiba-tiba perutnya merasa mual. Dia bahkan masih bisa merasakan injakkan kaki Jihoon di perutnya. Jeje langsung bangkit dan pergi ke kamar mandi.

Dan benar saja, Jeje langsung muntah-muntah. Jun dengan paniknya menghampiri Jeje sambil membawa air hangat untuknya. Jun mulai mengurut-urutkan tengkuk Jeje.

"Ya ampun, Je, padahal lo belum gue apa-apain, tapi udah mual-mual."

"Sialan," umpat Jeje.

===

Sudah lima belas menit, tapi Joshua belum menampakkan batang hidungnya. Jeje memegangi perutnya.

"Perutnya masih sakit, Je? Mau gue panggilin dokter?" tawar Jun. Jujur saja, laki-laki itu sangat khawatir dengan keadaan Jeje saat ini. Dia bahkan rela ikut ujian susulan Kimia hanya untuk membantu pak Henry dan bu Seohyun mengantar geng Jeje dan geng Soonyoung ke rumah sakit.

Jeje menggeleng pelan. "Gue laper, hehe." Perempuan itu tersenyum geli.

Jun tertawa ringan. "Yaudah, gue beliin makanan dulu buat lo. Tunggu disini!"

Baru saja hendak berdiri, tangan Jun sudah di tahan oleh Jeje. Jun bisa melihat jelas tatapan Jeje yang memohon padanya.

"Jangan tinggalin gue, plis!"

Jun menaikkan sebelah alisnya. "Lo nggak mau kehilangan gue? Gue terharu, loh!"

Jeje memukul pelan tangan Jun. "Nanti kalo kakak gue dateng dan lo nggak ada, lo mau diamukin om-om itu? Hah?"

Jun hanya mengangguk pasrah, sambil kembali duduk di kursinya.

===

Wonwoo meringis pelan begitu seorang suster mengobati luka di wajahnya. Dia mendapat luka di tempat yang sama saat dia dipukuli oleh Soonyoung beberapa waktu lalu. Saat Jeje datang menyelamatkannya.

Ciao Wonwoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang