"Berapa lama lo dinas, Josh?" Jeonghan merapihkan meja yang akan mereka gunakan, kemudian pergi ke belakang. Minggu pagi ini, Joshua mengabarkan kepada kedua sahabatnya, Jeonghan dan Seungcheol, tentang keberangkatannya ke Busan untuk dinas. Langsung saja, kedua pria itu mengajak Joshua untuk sarapan bersama. Kebetulan, Jeje masih terbaring di ranjangnya.
Joshua duduk di kursinya di samping Seungcheol. "Cuma lima hari."
"Kok dadakan, sih, Josh?" tanya Seungcheol. "Padahal, besok kita janjian mau nonton bola di apartemen gue."
Joshua hanya mengangkat bahunya. "Nggak tau. Gue baru dikabarin semalem. Jam dua belas nanti, gue berangkat."
Jeonghan sudah kembali membawa tiga piring pancake coklat dan tiga gelas kopi susu. "Adek lo sendirian, dong? Apa mau lo ajak?"
"Gue tinggal. Dia masih harus istirahat."
Kedua sahabatnya itu hanya mengangguk. Kemudian, mulai sibuk dengan makanan masing-masing. Enggan membicarakan lebih lanjut. Apalagi, Jeonghan dan Seungcheol yang sudah tidak kaget dengan Jeje yang terbiasa dengan babak belur.
"Sebelum gue berangkat, gue mau minta tolong. Boleh, kan?" ucap Joshua sambil menatap lamat-lamat mata kedua sahabatnya.
Jeonghan mengangkat sebelah alisnya. Menunggu ucapan Joshua. Seungcheol hanya memasang wajah penasaran sambil meneguk kopinya.
"Titip Jeje. Kalo dia mau kemana-kemana, harus dapet izin dulu dari kalian. Kalo ada tamu yang ke apartemen gue, kalian hubungin gue, kasih tau siapa yang dateng."
Seungcheol malah tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Joshua. "Mulai, deh, sifat aslinya keluar."
"Yakali kalo temennya mau jenguk harus dapet izin dari kita?" tambah Jeonghan. "Jangan terlalu over sama adek lo! Nanti dia gila."
Joshua mendengkus kesal. "Masalahnya ada dua cowok yang lagi neror adek gue. Ya, gue khawatir aja. Meskipun dia jago berantem, tetep aja dia cewek."
"Neror gimana? Adek lo dikuntit?" tanya Seungcheol.
"Kagak, sih! Tapi, baru kali ini gue liat Jeje deket sama dua cowok. Selain sama geng ingusannya."
"Laku juga si Jeje," pekik Jeonghan.
Joshua memutar kedua bola matanya.
Kemudian, topik mereka tiba-tiba berubah ke masalah sepakbola kemudian ke pekerjaan masing-masing. Jeonghan dengan setia mendengarkan keluh kesah kedua sahabatnya yang mempunyai profesi sama sebagai pekerja kantoran. Jeonghan bekerja sebagai penerus kafe milik keluarganya dibantu oleh adik laki-lakinya, Sanha.
Tak terasa, dua jam berlalu. Jeonghan bahkan mengusir kedua sahabatnya dari kafenya, mengingat kafe akan buka lima belas menit lagi.
"Oh iya, satu lagi." Kalimat Joshua terpotong, "Jeje nggak bisa tidur sendiri. Kalo malem, tolongin Sanha atau Hansol buat temenin dia, ya!"
"Heh, gila lo, Josh! Adek kita cowok. Udah masa puber. Kalo mereka khilaf gimana gara-gara tidur bareng Jeje?" sentak Seungcheol. Karena dia tahu, bagaimana sifat asli adiknya, Hansol.
Joshua menepuk kening Seungcheol. "Mereka nanti bisa tidur di kamar gue. Emang lo kira, Jeje tidur bareng gue?"
"Oh, yaudah entar gue bilangin si Sanha. Mereka juga deket," Jeonghan mulai bangkit dari duduknya dan mulai membereskan meja yang tadi mereka pakai.
"Hooh, nanti gue kasih tau Hansol. Udah lama juga mereka nggak ngobrol bareng." Seungcheol menyetujuinya.
"Makasih, ya, bro."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ciao Wonwoo [✔]
Fanfiction[ 1st Ciao Seventeen Series ] Bagaimana jika dua orang yang mempunyai sifat bertolakbelakang, menjalani kehidupan barunya di SMA? Jeon Wonwoo, si culun SMA Chunghwa, tiada hari tanpa bullying di sekolah. Sering menjadi bulan-bulanan Kwon bersaudara...