십삼

3.6K 744 191
                                    

"KAK JEJE!"

Jeje buru-buru keluar dari toilet begitu mendengar gedoran pintu dan suara khas Sanha. Dia sempat melirik jam dinding. Pukul sembilan malam. Pantas saja Sanha sudah datang kesini.

Jeje langsung membuka pintu apartemennya.

"KOK DIBUKANYA LAMA, SIH, KAK? UDAH TAU GUE NGGAK SABARAN ORANGNYA!" ujar Sanha sambil menjinjing guling Spongebob miliknya.

"Ucapan lo ambigu, bego!" ucap Hansol sambil mengeplak kelapa Sanha. Jeje sedikit terkekeh melihat Hansol yang sedikit berjinjit saat mengeplak kepala adik tetangganya itu.

"EH? IYA, KAH?" tanya Sanha. Namun, dia enggan memikirkan lebih jauh dan langsung masuk ke apartemen Jeje, disusul Hansol yang membawa boneka pisang. Padahal, Jeje belum mempersilakan kedua tetangganya itu untuk masuk.

Jeje hanya menghela napas dan langsung mengunci pintu. Disusulnya mereka ke ruang tengah dan melihat Hansol yang menyalakan televisi. Sanha langsung mengambil camilan di dapur.

"Nggak tau diri banget, anjir! Ini rumah orang!" Jeje langsung duduk di sebelah Hansol. "Katanya lo nggak nginep, kok malah kesini?"

"Masalah emang?" ujar Hansol sambil mengeluarkan cd dari kotaknya. "DIH SI SANHA SALAH NGERENTAL!"

"APAAN, SIH, KAK!" balas Sanha dari arah dapur.

"LU SALAH NGERENTAL, WOY! KAN GUE BILANG FILM HOROR, KENAPA JADI FILM BEGINIAN?"

Sanha kembali dari arah dapur dengan membawa beberapa bungkus camilan dan tiga gelas sirup jeruk. Mereka bertiga memang sudah terbiasa dengan apartemen tetangga mereka. Bahkan, ketiga kakak mereka pun juga melakukan hal yang sama.

"Emang yang Sanha rental film apaan?" tanya Jeje sambil sedikit memijat telinganya. Dia merasa saat ini rumahnya sudah seperti hutan karena kedatangan Hansol dan Sanha.

"Film romance," lirih Hansol. "Males gue."

"Yaudah, sih, gapapa." Jeje mulai mengunyah kacang.

Hansol menunjukkan cover dari film tersebut. "Masalahnya, ini ratingnya mature. Gue nggak mau otak lo sama otak Sanha jadi tercemar."

"HARUSNYA OTAK LO JUGA, KAK! SUKA NGGAK NGACA!" sentak Sanha.

"Bisa nggak, ngomongnya biasa aja? Pusing dengernya," tegur Jeje.

Sanha menggeleng. "IYA IYA, MAAP! KAN GUE EMANG NGOMONGNYA BEGINI."

Jeje hanya mendengus kesal sambil asyik ngemil kacang. Akhirnya, dia hanya menyimak setiap pembicaraan dari Hansol maupun Sanha. Dimulai dari cerita Hansol soal dia yang dituduh menghamili anak orang, sampai cerita Sanha yang digoda tante-tante di toko buku.

"Gue mau cerita, mau denger nggak?" ucap Jeje kemudian. Kedua laki-laki itu mengernyit heran.

Sanha tertawa. "LAH, TUMBENAN ANYING, KAK JEJE MAU CERITA!"

Hansol malah sudah memukul-mukul lantai saking gelinya.

"Yaudah, deh, nggak jadi."

"DIH, AMBEKAN, AH! YAUDAH, APA? SANHA DENGERIN."

Jeje terdiam. Apa dia yakin, ingin menceritakan tentang isi hatinya pada dua tetangganya itu? Ingin rasanya dia bercerita pada Joshua, tetapi Joshua sudah pergi pagi tadi.

"Kalo seandainya, ya, kalian punya temen, awalnya nggak deket gitu. Tapi, lama kelamaan jadi deket. Bahkan secara nggak sengaja, kalian jadi peduli dan khawatir yang berlebihan sama dia. Itu tandanya apa?"

Jeje bisa melihat kedua wajah Hansol maupun Sanha yang diam, seolah berpikir. Perempuan itu kini duduk di sofanya sambil menatap Sanha dan Hansol yang lesehan di bawah.

Ciao Wonwoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang