십이

3.4K 718 108
                                    

Jeje menutup matanya pelan. "Itulah perasaan gue terhadap Wonwoo. Sama seperti perasaan Shizuka terhadap Nobita." 

Jun menegang. Entah mengapa, dia bisa merasakannya dengan jelas bahwa bulu kuduknya berdiri. Ucapan Jeje ini membuatnya diam seribu bahasa. Itu artinya, Jeje menyukai Wonwoo bukan?

"L-lo s-suka sa-m-ma Wonwoo?" tanya Jun tergagap. Ia hanya sedikit tidak percaya dengan kata-kata Jeje barusan. Ya, seorang Wen Junhui yang serba bisa harus dikalahkan dengan Jeon Wonwoo yang bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Jun masih mencerna kata-kata Jeje dengan baik.

"Gue juga bingung, apa yang gue rasain sebenernya." Jeje lagi-lagi menatap Jun dengan lekat. "Gue hanya berpikir untuk terus ada di sampingnya. Karena gue pikir, hanya gue yang Wonwoo butuhin. Begitu juga hanya Wonwoo yang gue butuhin."

Jun kini malah berani menggenggam tangan putih Jeje yang sudah mendingin. Jujur saja, Jun sedikit tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan perempuan itu. "Plis, gue sayang sama lo. Gue suka sama lo, Je! Gue pengen lo jadi pacar gue."

"Jangan bikin gue makin ngerasa bersalah, Jun! Karena baru pertama kalinya gue ngerasain hal kayak gini." Jeje mencoba melepaskan tangan Jun yang sudah sedari tadi menggenggamnnya.

Mata Jun memerah. Ia ingin menangis, tapi sepertinya tidak bisa. Ia hanya bisa menatap Jeje dengan nanar. Kini, ia makin berani dengan menyentuh pipi memar Jeje dengan lembut.

"Asal lo tau, Shizuka lebih percaya dan dia juga ngerasa lebih aman sama Dekisugi dibanding Nobita," lirih Jun.

Jeje mencoba membuka mulutnya. Perasaan bersalah kini semakin jelas di wajahnya. "Dan asal lo tau juga, sebesar apapun kepercayaan Shizuka sama Dekisugi, dia bakal berakhir dengan hidup bahagia bersama Nobita."

===

Minggu pagi, pukul tujuh tepat.

Mingyu berlari dengan napas terengah-engah. Disekanya keringat yang membanjiri tubuhnya dengan handuk kecil yang ia lingkarkan di lehernya. Diliriknya Wonwoo yang sudah jauh di depannya sambil tersenyum kecil.

"Lo kalo jogging, jangan kayak orang lomba marathon!" Mingyu masih mengatur napasnya. "Gue capek, ego!"

Wonwoo yang berada jauh di depan Mingyu cuma terkekeh kecil, kemudian menghampiri Mingyu yang masih terengah-engah. "Sori, Wonwoo terlalu semangat, Gyu!"

"Yaudah, kita lanjutin larinya! Kasian Seokmin, udah nunggu dari tadi."

===

"SEKARANG, COBA PUSH UP LIMA PULUH KALI! DIMULAI DARI SEKARANG!" perintah Seokmin begitu Wonwoo baru saja menyelesaikan squad jump-nya. Mingyu hanya menggelengkan kepalanya. Seokmin benar-benar seperti penyiksa saat melatih Wonwoo hari ini. Sedangkan Minghao yang baru hari ini pulang dari rumah sakit, langsung pergi meluncur ke rumah Seokmin.

"Gue pengen ngelatih Wonwoo juga," ungkapnya begitu ditanya Mingyu. Harusnya ia masih beristirahat, tapi rasanya ia harus ikut andil dalam membantu Wonwoo.

Mereka berdua, lebih tepatnya bertiga, sepakat untuk membantu Wonwoo merubah segalanya. Dimulai dari penampilan, kesehatan jasmani dan bela diri, serta gaya bahasa dan bersosialisasi. Mereka memanfaatkan hari libur sekolah seminggu kedepan, untuk benar-benar merubah Wonwoo. Wonwoo yang pada dasarnya punya postur tubuh yang bagus dan tinggi badan yang cukup, membuat Seokmin hanya melatihnya sedikit lebih keras.

"Kasian, bego, anak orang!" bisik Mingyu kepada Seokmin. Dia sedikit tidak tega melihat Wonwoo yang terlihat kelelahan. Walaupun, Wonwoo bisa menutupinya dengan baik.

Seokmin menghela napas. "Gapapa, biar dia kuat. Kalo mau jago berantem, sseenggaknya kita punya pertahanan yang bagus di dalam diri."

"Iyain aja, Gyu, biar cepet," celetuk Minghao. Dia meneguk jus melonnya.

Ciao Wonwoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang