Six◾Menghibur

2.6K 201 7
                                    

Author POV

"Ara?" Panggil Aldi lembut.

Ara menoleh, mencoba menutupi linangan air matanya.

"Lo kenapa?" Aldi menanyainya dengan kata-kata yang amat lembut seperti butiran tepung yang sudah halus dan masih diayak lagi untuk mendapatkan butiran yang terhalus.

Ara hanya masih menatap Aldi dengan diamnya.

"Ra? Lo kenapa? Ada masalah? Kenapa lo nangis?" Aldi merutuki gadis ini dengan sejuta pertanyaan yang menghantui pikirannya sejak tadi. Menatap gadis ini dengan pandangan yang amat peduli.

"Gue nggak papa, Aldi." Jawab Ara tanpa memandang mata Aldi secara langsung. Ara mengalihkan pandangannya ke arah kolam renang yang sudah terpampang luas dan membiru di hadapannya.

"Beneran lo nggak papa? Lo nggak ada masalah? Lo cerita aja ke gua." Aldi menawarkan segenap dirinya untuk mendengarkan seluruh curahan hati gadis ini.

"Ekhem." Ara hanya berdehem. Seperti ada sesuatu yang mengganggu tenggorokannya sekarang.

Dengan sigap, Aldi mengambil segelas air untuk gadis itu.

"Nggak, Aldi. Gue nggak pengen minum. Jangan bikin gue sungkan." Ara menolak sodoran minum dari tangan Aldi dengan halus.

"Gua ikhlas ngelakuinnya, jadi lo nggak usah sungkan sama gua." Aldi tersenyum. "Ayo minum. Lo nggak kasian gua yang terlanjur berdiri gara-gara ngambilin minum ini?" Paksa Aldi lagi.

Akhirnya, Ara menerima segelas air itu dan meneguknya beberapa kali.

Aldi tersenyum senang. "Gimana? Udah lega? Udah bisa cerita? Lo kenapa?" Lagi-lagi Aldi merutukinya dengan berbagai pertanyaan. Aldi memang type orang yang tidak bisa sabaran jika memang Aldi sudah perduli. Kalau Aldi tak perduli, pria ini pasti akan acuh tak acuh dengan hal-hal yang berkaitan dengan itu.

"Gue, gue Achluophobia." Ucap Ara sedikit tertegun.

Aldi mengernyitkan keningnya. "Achluphobia? Lo phobia sama kegelapan? Jadi lo takut gelap gitu?"

Ara hanya mengangguk. "Ya, gue takut gelap."

"Mulai sekarang, lo nggak usah takut lagi. Gua akan jadi penerang buat lo." Senyum Aldi.

DEG

"Maksud lo?" Sekarang Ara yang giliran mengernyitkan dahinya.

"Lihat deh. Bintangnya terang ya. Apalagi bulannya. Kebetulan purnama ya." Aldi mengalihkan pembicaraan mereka semula yang membuat Ara menjadi semakin bingung.

Jujur saja, Aldi sangat gugup mengatakan hal itu. Karena, situasinya saja, Aldi tak tahu bagaimana perasaan Ara terhadapnya. Dan semua kalimat itu secara mulus meluncur dari mulutnya yang sangat seksi.

Sekarang, Ara melihat Aldi dengan tatapan yang lebih aneh lagi.

"Ara, lihat deh. Kolamnya biru ya." Aldi masih mengusahakan agar Ara mengalihkan pandangannya.

"Ara, lihat deh bunganya, warnanya kuning." Jelas-jelas di hadapannya terdapat bunga mawar yang berwarna merah. Gugup ya, Aldi?

"Ara, ara.." Aldi belum meneruskan kalimatnya.

"Lo aneh." Singkat gadis itu yang masih sedia menatap Aldi sedikit tajam.

"Apa? Jadi usaha gua, lo anggap aneh?" Aldi memasang muka gaharnya.

"Emang aneh kok." Ara mengernyitkan keningnya.

"Jadi usaha gua buat ngehibur lo itu aneh?" Aldi memasang wajah yang lebih galak lagi.

SECRETABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang