Seven◾Keputusan

2.6K 214 6
                                    

Author POV

Setelah dimulai perbincangan yang amat panjang antara Danial dan Aldi, akhirnya mereka berdua setuju, jika besok pagi mereka akan pulang.

Danial berharap, hal seperti ini akan diulang lagi suatu saat nanti. Mungkin, karena Ara dan Shireen.

Aldi dan Danial juga harus memikirkan kedua gadis itu.

Setelah selesai bersiap-siap,

Mereka segera berangkat pulang. Sebelumnya, mereka juga memastikan tak ada satupun barang yang tertinggal.

Karena hari masih lumayan pagi, jadi jalanan Kota Jakarta tidak begitu macet.

Sebenarnya mereka berempat di dalam mobil itu hanya terdiam. Seraya tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

Hanya keheningan yang tersulut di antara mereka. Tak ada suara apapun yang keluar karena sesuatu.

Hingga mobil mereka sampai di depan cafe Danial.

"Sorry, gua gak maksud buat pulang hari ini juga. Bener-bener di luar dugaan gua." Ucap Danial yang terlihat menyesal.

"Santai aja lo. Gua juga gak maksa lo kok." Aldi menunjukkan senyumnya. "Semuanya, gua pulang duluan." Pamit Aldi setelah semua barang berhasil diturunkan.

"Hati-hati ya lo, sorry banyak ngrepotin." Ucap Shireen lesu.

"No problem." Aldi segera masuk ke dalam mobilnya dan mengijak pedal gasnya dengan kecepatan tinggi.

Sesampainya di gerbang rumah, Aldi menyuruh beberapa pesuruh yang sudah menghadapnya saat pria itu turun dari mobilnya. "Ada yang bisa kami bantu, Tuan Aldi?"

"Tidak, cukup bawakan koper saya di bagasi." Singkat Aldi yang mendapat anggukan dari beberapa pesuruhnya itu.

Aldi dengan langkah jenjangnya segera masuk ke dalam rumah mewahnya dengan seorang pesuruh yang sigap membukakan daun pintu untuk Aldi.

Namun, dengan tertegun, langkah Aldi terhenti saat pria itu mulai melangkah menuju ke ruang keluarga. Tempat dimana biasa Alen, Oliv dan Aldi menghabiskan waktu bersama.

Tetapi entah mengapa, dua orang yang sudah duduk di sana sejak tadi membuat Aldi mengubah firasatnya menjadi memikirkan sesuatu yang buruk.

Karena tatapan laki-laki yang tiba-tiba berdiri dengan tubuh tegapnya itu amat menyeringai.

"Pa, Ma." Sapa Aldi kepada kedua orang tuanya.

"Oh, bagus sudah pulang rupanya." Alen yang notabene adalah Papa Aldi semakin menatap Aldi sadis.

Oliv sedari tadi hanya menunduk dan terdiam, tangannya terlipat jelas di atas perut wanita itu.

Aldi mulai bingung dibuatnya. "Papa sama Mama kenapa? Kenapa Mama nggak jawab sapaan Aldi?"

"Diam. Duduk." Alen segera menunjuk sebuah sofa di hadapan Aldi yang hanya bisa di tempati satu orang.

Aldi mulai memikirkan segalanya. Apa memangnya? Dan apa sebenarnya ini? Kenapa tatapan Alen seperti itu? Kenapa Oliv enggan memandangnya?

Aldi segera mengambil tempat duduknya di sofa itu. Menyatukan kedua tangannya. Mencoba menenangkan jantungnya yang sedari tadi mulai berdegup kencang semenjak menginjak ruangan mewah dan luas ini.

"Enak ya, yang baru pulang main ke villa. Maunya enak terus." Alen menatap Aldi semakin sadis.

"Maksud Papa apa?" Aldi masih belum paham apapun.

"Kamu tidak ingat? Hari ini adalah hari dimana kamu menerima raport tanda hasil belajar kamu selama kelas 11!" Nada Alen naik satu oktaf.

Aldi menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa pria itu bisa lupa dengan hari ini. Jika dia ingat, mungkin pria ini lebih memilih untuk tinggal di villa sementara waktu.

SECRETABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang