Author POV
Masih Rabu malam itu, 19.30 WIB.
Pelajaran matematika peminatan yang harus Ara bahas dengan Aldi telah usai. Tetapi, malam ini sangat membuat Ara heran. Aldi benar-benar cepat menerima segala pelajaran. Bahkan, tanpa disadari Ara sampai mengakui dalam hatinya jika Aldi sebenarnya merupakan pria yang lumayan logis dan pandai.
Otaknya sangat berpikir maju ke depan, Aldi juga bukan orang yang kolot. Aldi lebih menjadi orang yang fleksibel dan netral.
"Yang seperti ini, Om Alen bilang dia bodoh?" Pikir Ara sejenak yang tenggelam dalam lamunanya sendiri. "Bagaimana bisa? Bahkan dalam soal-soal baru saja, dia dengan sangat lancar menjawabnya tanpa kesalahan seperti biasa. Mungkin kalau dia nggak hiperaktif, gue bakal ikut ngefans, ya. Hahaha." Jujur, memang baru kali ini Ara melihat Aldi begitu banyak diam walaupun masih sangat menyebalkan seperti biasa.
Yang membuat Ara heran adalah Ara tak pernah melihat Aldi jahil atau menjengkelkan di depan cewek lain. Aldi malah cenderung sok cool di hadapan para fansnya. "Hal itu yang bikin gue kesel. Apa harus gue jadi 'Aldiluva' atau 'Aldifever' biar dia nggak sering bikin gue jengkel, huh?"
Ara masih nyaman sekali dengan bayangannya sendiri. Dengan begini, gadis itu tidak sadar bahwa dirinya sedari tadi telah sibuk memandangi Aldi yang masih berdiri membereskan buku-buku tebalnya.
"Woy, ngapain lo ngelihatin gua? Gua ganteng, ya? Gua tau lo pasti terpesona sama gua." Aldi memasang senyum bangga pada wajah tampannya itu.
"Iya, sih. Lo ganteng. Rambut lo itu lurus, lo juga tinggi. Badan lo nggak kerempeng amat. Ya gitu deh, pantes aja fans lo bejibun dimana-mana. Lo juga pinter ternyata. Sayangnya, lo itu pecicilan, nyebelin." Ara mengatakan hal ini dengan salah satu tangan gadis ini menyangga kepalanya. Tatapan Ara terlihat kosong. Ara seperti tidak mengerti dengan apa yang baru saja dirinya ucapkan kepada Aldi.
Aldi malah tertawa pelan. "Hahaha. Selain bego, lo lucu juga."
"Huh? Apa?" Ara serentak terbangun dari semua pikirannya dan mata indah gadis ini terbelalak lebar.
"Lo nggak sadar sama apa yang udah lo ucapin ke gua?" Aldi terkekeh semakin keras.
"Huh? Lo ngetawain apa, sih?" Ara benar-benar dibuat bingung dengan lamunannya sendiri.
"Hahaha. Biar gua aja yang tau, lo gak usah sadar." Aldi melanjutkan tawanya dan mengacak pelan rambut Ara.
Ara segera berdiri dengan tegas dan menunjukkan bogemannya, "Berani ngacakin rambut gue lagi, gue bogem wajah lo." Ucap Ara ganas. Tiba-tiba gadis itu terlihat malu.
"Hahaha. Dasar memang aneh. Emang lo kira gua takut sama bogeman cewek, huh?" Aldi terlihat menantang Ara.
Namun, saat Ara mulai sedikit memajukan bogemannya dan sekarang bogeman Ara sudah tepat berada di depan wajah Aldi, "Gue lanjutin?"
Mata Aldi secara refleks sedikit mengriyip.
Tuing! Ara menempiling kepala Aldi dan balik tertawa keras. "Dasar cupu. Ngomong aja, jago lo." Ara pun kembali duduk.
Suasana kembali hening sesaat.
Segera Aldi berjalan ke arah laci dan mengambil kunci mobil Alen. "Udah setengah delapan, bukannya hari Rabu lo dapet shift malem di cafe Danial?"
"Baru lo tau gue kerja di sana, lo langsung hafal banget semua jadwal gue." Ara mengernyitkan keningnya.
"Gua anter." Tawaran singkat Aldi.
"Tunggu." Ara merespon tawaran Aldi dengan cepat. Aldi yang masih berdiri di depan laci, sontak hanya menoleh ke arah Ara dan tidak berkata apapun. "Gue udah nggak kerja di sana lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETABLE
Teen Fiction"Because, everyone keep secrets of their own." ✔Biar nyambung, baca Silhouette dulu okay(: ❤ "Lo lihat laut yang dalam itu? Sedalam itu pula rahasia gue yang gak pernah mereka tau selama ini." Seorang gadis tangguh dan pekerja keras yang tak pernah...