Twenty One◾Fight

1.6K 117 16
                                    

Author POV

Hari Rabu, Minggu pertama di bulan September, 07.56 WIB

Keesokan harinya, Danial bermaksud menghampiri Aldi yang masih bermain basket di lapangan.

Kebetulan hanya ada beberapa orang di dalam lapangan. Entah mengapa hari ini, Danial tidak ingin ikut ambil bagian dalam bermain basket.

"Di!" Panggil Danial yang baru datang dari arah pinggir lapangan, dan mulai mendekat. Namun, kali ini Aldi menatap Danial dengan pandangan yang menyeringai. Sampai Aldi menghentikan aktivitasnya shooting bola basket itu sejenak.

"Di, ini tiket yang gua janjiin ke lo hari it.." Kalimat Danial terpotong.

BUG!

Dengan penuh emosi, Aldi tiba-tiba menonjok wajah Danial.

Seketika seluruh siswa yang berada di sekitar lapangan basket berkerumun ingin melihat kedua most wanted itu sedang tersulut emosi.

"Kenapa lo mukul gua!" Danial berteriak sambil memegangi pipinya yang memar.

Aldi segera menyaut dua tiket yang ada di tangan Danial sekarang. "Haha." Tawa pria tampan itu pecah secara tiba-tiba.

"Gua bener-bener gak tau apa yang terjadi sama lo!" Danial kembali berteriak.

BUG! Tak hanya berteriak, Danial juga menghadiahkan satu bogeman berarti untuk wajah tampan Aldi.

Sesaat setelah itu, gelak tawa Aldi seketika berhenti. Tatapan pria itu berubah menjadi sebuah seringaian tajam. Di sekitar mereka, banyak kerumunan siswa yang semakin bejibun. Beberapa orang di antara mereka lebih memilih untuk memasang kamera ponsel dan mengatakan, "Ada cogan lagi bertengkar. Lumayan buat dokumentasi. Walaupun lagi marah gitu, tetep ganteng, ya."

Namun, Aldi dan Danial terlihat tidak terganggu dengan semua itu dan tetap fokus pada urusan mereka.

Aldi terlihat juga sedikit memegangi wajahnya, "Lucu aja gitu. Ada orang yang gak pernah tau dosa nyakitin umat yang lainnya." Kekehnya.

Danial mengerutkan keningnya. "Gua nonjok lo, supaya lo sadar. Bukan lo tambah aneh kayak gini, Di!" Geramnya.

"Terimakasih atas bogeman lo, bikin gua lebih sadar kalo lo gak sebaik yang gua kira." Senyum sinis Aldi menatap Danial santai.

Danial benar-benar tidak mengerti, mengapa Aldi hari ini bisa sangat berbeda seperti itu, "Gua ngasih lo tiket, karena lo sahabat gua!" Danial berusaha meyakinkan Aldi.

"Dua tiket ini?" Aldi memasang wajah ganasnya. "Emang lo kira gua semiskin itu buat dapetin tiket gratis, huh?"

"Oke. Gua emang sengaja ngasih kesempatan lo buat deket sama Ara! Apa harus gua perjelas huh!" Danial tak bisa mengontrol dirinya.

"Kebaikan macam apa ini? Lo kira, dengan lo ngelakuin semua itu, gua harus ngehargain lo?" Aldi menatap Danial datar. Sangat mirip dengan Alen ketika sedang marah. "Lo tau, dia udah lama suka sama lo! Tapi, lo sama sekali gak pernah ngehargain dia! Mulai dari PR sampai ujian sekalipun, lo bergantung sama Ara! Sekarang, dengan mudah lo jadian sama orang lain, tanpa mikirin perasaan dia? Dan lo bilang, gua sahabat lo? Tapi lo sendiri gak pernah cerita apapun tentang ini ke gua? Sahabat macam apa, haha. Brengsek."

Mereka berdua saling beradu mulut di lapangan itu.

"Dan di sini, gua tau lo suka sama Ara, Di! Gua gak mungkin ambil dia dari lo! Namanya perasaan gak bisa gua paksa, Di. Gua juga gak pengen nyakitin lo di lain sisi!" Danial membentak Aldi. "Gua tau, lo yang dulu nyoret mobil Lareina buat belain Ara! Gua tau semuanya!"

SECRETABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang