Twenty Eight◾Menjadi Tau -2

1.5K 104 0
                                    

Author POV

Di sisi lain Aldi yang berhasil membuat Ara salah tingkah di depan teman-temannya, Rudi malah sibuk berpikir di dalam kelas. Terpaku di atas bangkunya. Sesaat matanya menyusuri beberapa siswa yang berusaha mengintip Aldi dan Ara keluar kelas.

"Itu pacar Aldi? Gue jarang lihat dia." Beberapa desas-desis terdengar melewati gendang telinga Rudi dengan mulus.

"Gue pernah lihat dia di perpustakaan. Lagi ngerapiin buku sama siswi-siswi yang lain."

"Anak rajin kali."

"Weh, weh masak iya sih, Aldi mau pacaran sama cewek nggak famous? Lareina aja, Aldi nolak lho!" Timpal yang lain.

"Terus dia siapa coba? Pasti deket 'kan? Buktinya buku pelajaran aja sampe kebawa yang cewek."

"Bisa jadi tuh. Mungkin Aldinya lagi PDKT."

"Kayaknya ceweknya deh yang ngondek gitu ke Aldi. Meskipun Aldi jail, tapi dia penurut tau'."

"Nggak nutup kemungkinan juga. Aldi 'kan juga lagi jombles, cute gitu lagi."

"Sama cewek yang nggak famous gitu? Mending sama Lareina aja, atau sama gue juga nggak apa-apa."

"Lo apaan sih, woy ngimpi jauh amat." Mereka masih melanjutkan acara menggosipnya. "But, menurut gue nih, walaupun cewek itu nggak famous, tapi soal cantik, dia lumayan juga."

"Sewot banget lo. Aldi 'kan ganteng gitu. Beruntung gue bisa sekelas sama dia."

"Mata lo suka berubah jadi ijo, kalo lihat cogan. Bikin gue mrinding."

Telinga Rudi mendadak memanas. Matanya tajam menusuk setiap huruf yang tercetak pada buku di genggaman kedua tangannya. Nafasnya berhembus kasar. Tiba-tiba setiap inchi lehernya terasa pegal saat mendengar semua teman-teman sekelasnya membicarakan tentang Aldi dan Ara.

Rudi tak dapat fokus lagi dengan acara membacanya. Ini benar-benar membuat Rudi terngiang. Setiap ingatannya mengulur pada setiap peristiwa sebelum hari ini, "Apa memang Aldi juga dekat dengan Ara?" Pikirnya, "Sejak kapan? Sejak beberapa hari yang lalu? Atau minggu lalu?" Rudi jatuh terlalu jauh ke dalam lamunannya.

"Apa gua harus cari tau tentang ini? Tapi kenapa? Aldi sahabat gua. Gua paham semuanya tentang dia. Dan ini bisa jadi mungkin." Rudi mengecap lirih. Berbicara pada buku di hadapannya secara serius, seolah-olah ia sedang membacanya.

"Gua baru sadar, beberapa hari ini, gua 'kan sama sekali nggak bicara sama Aldi." Rudi memukul kepalanya. Semua ini dikarenakan Rudi yang sering menerima dispensasi dari sekolah untuk mengurus beberapa hal penting. Maka dari itu, ia jadi jarang bertemu dan berbincang dengan Aldi. "Tapi, di sisi lain, gua juga nggak bisa cerita semuanya ke Aldi di sini. Ramai."

"Ini berarti.." Rudi memutus kalimatnya. "Ya, gua harus bicara sama Aldi."

*
Hari Kamis minggu kedua bulan September, 19.46 WIB.

Rudi berniat untuk mengajak Aldi untuk berbincang tentang suatu urusan yang tak bisa Rudi sembunyikan lagi. Menurut pria itu.

Rudi ingin bertemu dengan Aldi di suatu cafe, namun saat Rudi mencoba menghubungi sahabatnya itu, Aldi sama sekali tidak merespon.

"Memangnya dia marah? Alay banget masalah ginian dibikin ngambek." Kedua bola mata Rudi masih fokus pada ponselnya. Rudi beberapa kali memencet nomer ponsel Aldi, namun keadaannya masih sama. Tidak ada jawaban.

"Apa gua harus jemput dia? Manja banget. Emang dasar kutil unta." Rudi merasa sebal dengan keadaan yang benar-benar kekanak-kanakan ini. Namun, tangannya terulur untuk meraih kunci mobil di hadapannya.

SECRETABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang