Mereka sampai suatu restoran dan dapat dibilang restoran tersebut terlihat sangat highclaas. Tak seperti restoran biasanya yang mereka datangi.
"Kesini kita ngapain??" Tanya El.
"Kan mau ketemu seseorang."
"Iyah, tapi siapa sih??"
"Udah masuk dulu aja."
Mereka memasuki restoran dan didalam dihiasi dengan kain panjang yang membentang dari setiap sudut ruangan dengan dihiasi pita maupun hiasan rumbai-rumbai lainnya. Bagi yang masuk keruangan seperti ini pasti akan merasa takjub dengan hiasan yang membuat ruangan ini menjadi sangat mewah.
"Gila, tempatnya bagus banget." Setelah melontarkan kalimat itu mulutnya El menganga seperti buaya.
"Iyah, udah yuk duduknya mau dimana??" Tanya Thomas.
"Disana aja, dibawah lampu itu. Kayaknya bagus."
"Okedeh beb." Thomas langsung menarik tangan El. Setelah sampai kemeja Thomas menarik kursi yang akan diduduki El, lalu sedikit mendorong setelah El ingin duduk.
"Jadi tujuan kita kesinikan ketemu orang, orangnya emangnya spesial banget?? Ampe harus begini. Buang-buang duit amat bang." Tanya El sambil melihat menu yang ada dimeja.
"Udahsih. Juga bukan aku kok beb yang bayar, yang bayar nanti orang yang dateng."
"Oke, dasar pelit, masa gak mau bayarin jatah gua sih."
"Gakpapa." Thomas melihat menu yang akan dia pesan.
El yang merasa bingung ia meletakan menu dan bengong melihat wajah thomas yang dari ia kenal sampai sekarang cara Ia berjalan, berbicara, berpenampilan dari pertama Ia bertemu sambil sekarang. Selain itu dia juga memikirkan siapa yang akan datang untuk menemui mereka. Sosok El yang jarang sekali dapat ditaklukan oleh laki-laki hari ini Ia merasa seperti terbang dia dapat makan bersama dengan orang yang ia cintai dan orang yang Ia takut untuk pergi.
"Woii." Teriak Thomas dengan kencang yang membuat seluruh isi ruangan tersebut melihat kemejanya.
"Eh iyah. Kenapa??" Jantung El berdetak dengan kencang kerena Ia kaget tiba-tiba ada yang meneriakinya.
"Ini dia temen aku yang mau aku kenalin." Setelah dia mendengar kalimat yang Thomas katakan Ia menengok kearah yang Thomas tunjuk.
Keadaan menjadi canggung saat El melihat 1orang yang Ia tak kenal. Orang itu berpakain sangat rapi, bisa dibilang orang tersebut sudah lumayan tua. Ia memakai kemeja yang dibalut dengan jas berwarna biru dongker. Dan memakai sepatu kulit berwarna hitam yang mengkilap, jika terkena lampu sepatu itu akan memantulkan cahaya tersebut.
"Hallo pa." Thomas berdiri dan berjalan ke arah ayahnya dan memeluk ayahnya. El tidak bisa berkata-kata karena Ia baru sadar bahwa Ia menemui ayah Thomas. Setelah ayahnya Thomas sudah berada di meja tempat mereka duduk. El berdiri. "Hallo om." El mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan ayahnya thomas. "Hallo." Ayah Thomas memberikan senyuman yang sangat hangat hampir sama dengan ayahnya sendiri.
"Saya Bianca El..." Ayah Tom memotong kalimat El. "Nama kamu El kan? Om udah tau. Tante udah pernah kasih tau kalo kamu pernah kerumah pagi-pagi."
"Iyah Om." El tersenyum sambil menahan malu."Ayok duduk, gk usah berdiri." Merekapun duduk dikursi masing-masing.
"Oh yah, jadi lu ngajak gua kesini buat ngapain." Bisik El ke Thomas.
"Buat kamu kenalan ama papa aku."
"Kok lu gk kasih tau gua sih!!!" El mencubit tangan Thomas yang membuatnya kesakitan.

YOU ARE READING
First Kiss
Roman pour Adolescents[#107 Teen Fiction - 06.11.2017] [#1 Keren - 30.05.18] [#5 Galau - 31.05.18] Siapa sangka anak yang disebut sebagai anak yang berandalan dan dianggap sebagai anak yang tidak berperilaku baik, ditambah lagi anak yang bisa dibilang troublemaker. Tetap...