Part 23

6.7K 289 9
                                    

"Cewe tadi siapa?"

Deg....

"Hm, ohh itu nanti aku ceritain boleh?"

"Yaudah, sana gih"

Setelahnya arkan mengurus administrasi dan aqila maupun bayinya dibersihkan untung dipindahkan keruang bersalin/ruang inap setelah bersalin, sedangkan bayinya kembali dibawa suster.

"Alhamdulillah ya sayang, udah jadi ibu nihh"

"Hehehe alhamdulillah ya mi...."

"Baby girl papi udah punya baby ya. Selamat ya sayang, you always my little baby girl for me"

"Aaaa papiii.... Tukan aqila jadi nangis hiks"

"Selamat ya nak, terimakasih udah memberikan yg terbaik untuk bayi ini. Maaf untuk semuanya, kamu akan jadi ibu yang baik untuknya"

"Sama-sama mom, doakan dan bimbing aqila juga ya mom"

Dan dad arkan langsung memeluk aqila dan berbisik "terimakasih untuk bertahan dengan kondisimu nak, maaf dad gagal mendidik arkan"

"Semua sudah jalannya dad, aqila ikhlas. Jangan menyalahkan diri dad, apa dad tidak senang mendapat menantu sepertiku?"

"Dad sangat mensyukurinya sayang, selamat menjadi orangtua sekarang"

"Hehehe iya dad"

"Aku gayangka alkha sampe nangis, gamalu sama mantu" goda papi arkan.

"Ya kan kamu tau, awal semua ini begini. Kamu tau? Kesalahan arkan, adalah bebanku sampai mati"

"Dad..."

"Aku juga merasakannya ka, tapi semangkin kita memikirkannya. Itu juga jadi beban untuk aqila maupun arkan. Sekarang kita lupakan saja, dan simpan rapat rapat. Tidakkah dirimu liat anakku sedang bahagia?

"Ah, maaf. Seharusnya ini menjadi suasana yg bahagia bukan? Kenapa aku sangat sensitif? Hahahaha"

Mom dan mami mendekat kearah suami mereka dan mengusap punggungnya dengan sayang, mereka mengerti apa yang dirasakan keduanya.

"Dad, pi boleh arkan bicara diluar?"

"Yaudah kalian keluar gih, biar aqila istirahat dulu kasian dia."

*Arkan POV*

Kata kata yang dad maupun papi katakan sungguh membuat gue tersadar sekaligus tercekik. Gue pikir masalah ini udah lama selesai, ternyata berbagai rasa belum tersalurkan.

"Dad, pi. Apa yang harus arkan lakukan untuk menembus beban yang kalian tanggung?"

"Tidak ada" ucap mereka serentak.

"Kenapa?"

"Karena perasaan ini tidak bisa ditembus oleh apapun arkan. Rasa ini bukan dendam, rasa ini adalah sebuah penyesalan" jawab dad.

"Ya penyesalan, terutama untukku nak. One day ketika kamu punya anak perempuan dan tidak bisa menjaganya. What do you feel? What do you thinking? what do you have to do? Menjauhkan dia dengan lelaki itu? Menggugurkan? Kan tidak mungkin. Menikahkan dia dengan orang yang mau menerimanya? Dengan cara itu saya memisahkan dia dengan darah dagingnya dan saya ikut berdosa! Hfftt tapi arkan, papi masih besyukur kamu mau bertanggung jawab dan saling mencintai aqila. Jadi papi mohon, untuk menjaganya apapun yang terjadi." ucapan papi yang berapi api dan membuatku tersadar bertapa besar rasa itu menuhi hatinya.

Jika waktu dapat diulang....

"Ya pi, arkan akan menjaganya walaupun arkan tersiksa."

Regret and GratitudeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang