12. Feeling

2.6K 466 135
                                    


Ku masih bertanya dengan pertanyaan yang sama

Kenapa ku harus menerima takdir ini?

.

.

.

"Park Jimin yang melakukannya!"

"Hyung!"

"Dia yang melakukannya!"

"Aku tidak melakukannya! Bukan aku!"

Ddddaak!!

Kedua kopi di tangan Yein tiba-tiba saja terjatuh, ia akhirnya ingat dimana ia melihatnya. Yein dengan tergesa-gesa merogoh ponselnya dan membuka laman pencarian internet.

"Pelaku Pembunuhan Tragis Siswi SMA Haneul 2008"

"Ternyata dia lelaki itu. Lelaki yang aku lihat di masa lalu timjang-nim!"

Yein menolehkan kepalanya menatap kafe yang memperlihatkan sosok Jimin melayani pembeli. Lelaki yang ia yakini telah menderita selama sembilan tahun ini. Gadis itu menarik napas panjang lalu kemudian berjalan kembali memasuki kafe tadi, "Kenapa detektif kembali? Ada yang terlupa?" tanya Jimin saat Yein berada di hadapannya.

"Kopiku terjatuh!" ia kemudian menaikkan tangannya, memperlihatkan perban yang melilitnya.

Jimin menaikkan alisnya menatap luka di tangan Yein dengan ekspresi aneh.

"Kenapa Jimin-ssi? Pekerjaan sebagai polisi memang sering membuatku terluka."

Jimin menggeleng pelan, "Tidak seperti itu, aku hanya tidak menyadari tanganmu terluka," ujarnya lalu tersenyum kikuk, "Mau kubuatkan seperti tadi?"

Yein mengangguk, "Ya."

__Touch Chapter 12 "Feeling"__

"Sebenarnya tak banyak yang bisa kutanyakan lagi. Bukti kejahatanmu sudah sangat jelas, bagaimana ini?"

Gadis bersurai hitam pekat itu memandang remeh lelaki bertubuh besar di hadapannya. Penangkapan semalam membuahkan hasil yang memuaskan, hampir semua anggota yang terlibat tertangkap bersama dengan puluhan kilo narkotika berbagai jenis mulai dari ganja, kokain, ekstasi hingga NZT-48 yang berharga jutaan untuk beberapa gram saja. Keberhasilan ini bahkan membuat korea selatan patut berbangga terhadap kinerja kepolisian yang sangat besar.

"Jadi, tolong katakan saja siapa lagi yang terlibat dan dimana barang yang lainnya! Kau tak ingin membusuk di penjara dengan beberapa temanmu itu dan membiarkan yang lainnya masih bisa bersenang-senang dengan uang yang sangat banyak itu 'bukan?"

Lelaki itu masih tak mau menjawab membuat Yein berdesis kesal, ia kemudian beranjak berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan memutar. Gadis itu kemudian menyentuhkan tangannya ke bahu lelaki itu dan ia tersenyum tipis, "Kau masih menyimpan puluhan kilo lagi, untuk apa? Investasi? Kau tidak takut kalau lelaki yang menyimpannya itu mengkhianatimu?"

Mata lelaki itu sontak terbuka lebar, ia menoleh ke belakang menatap Yein yang menatapnya sinis, "Apa maksudmu?"

"Seseorang itu hidup karena dia masih memiliki kesempatan. Jika kau ada di posisi orang yang kau titipkan barang bernilai besar itu, kau pikir dia masih bisa berpikir jernih? Tidak 'kan? Jadi..." gadis itu kembali ke tempat duduknya, ia menopangkan dagunya dengan kedua tangannya, "Katakan saja yang sebenarnya! Oke?"

.

.

.

Angin berhembus sepoi membelai lembut wajah lelaki yang terdiam di atap sebuah gedung, entah ini merupakan kebiasaannya menyendiri di tempat seperti ini atau mungkin tempat ini cukup nyaman untuknya. Ia menarik napas dalam lalu berbalik ke belakang menatap gadis dengan pakaian serba hitamnya hanya terdiam merenung.

Touch ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang