"Brian, gak suka yah lo mainin gue!”tegasku tak tahan pada tingkahnya.
Tiba-tiba ia terkekeh begitu saja.
“Iya deh maafin gue.Gue Cuma bercanda kok,”jawabnya enteng.Tapi meskipun begitu, ia masih memiliki sopan santun terhadap perempuan dengan menjulurkan tangan sebagai tanda minta maaf.
Aku menerima jabatannya dengan sedikit paksaan.
“Maksud gue ajak lo ke sini.Gue mau minta bantuan,”
Aku menoleh padanya dan berhasil menggelengkan kepala tak habis pikir,”Ck,ck.Jadi lo narik gue sampe sini cuma mau minta tolong?”
Brian mengerutkan kening,”Ih lo mah gak mikir.Emang lo mau jadi bahan labrakan orang-orang kalau misalnya mereka lihat kita ngobrol bareng di tempat umum.Nanti mereka bakal curiga,”
Sekarang aku yang mengerutkan kening berpikir keras, mungkin ekpresi wajahku terlalu melihatkan aura penasaran dan bertanya-tanya.
“Ribet tahu jadi gue.Gak bisa bebas punya pacar,”ia terdiam sejenak, namun melanjutkan kata-katanya dengan penuh pendalaman.”Kalau gue sewaktu-waktu punya cewek.Nanti cewek gua bakal dilabrak atau dipojokin habis-habisan sama fans gue,”
Aku meliriknya jijik,”So iya banget lo,”
“Eh gak percaya.Tanya aja temen-temen gue, atau gak temen-temen lo,”
Aku beralih lagi pandangan menatap ke depan,”Ya udah, terus faedahnya apa? gue dengerin lo curhat gini,”
“Siapa lagi yang curhat,”jawabnya mengelak.
Aku memutar bola mata agak jengkel karena Brian seperti membawaku berputar-putar sampai bingung maksud arah pembicaraan dia apa.
“Gue suka Jingga, dan lo harus bantuin gue deketin dia,”ucapnya lepas.
Aku tersentak cukup kaget, suara Brian yang datar justru membawa suasana yang tak biasa.Tapi aku bingung harus berkata apa sampai selanjutnya Brian lagi yang berbicara.
“Lo mau yah bantuin gue.Cuma lo harapan satu-satunya, gue udah gak akan bisa minta bantuan lagi ke yang lain,”sekarang suara Brian terdengar sedikit memelas.Raut wajahnya berubah, aura cool nya begitu saja hilang.Brian itu memang ganteng, tapi gantengnya kalau dia jadi dirinya sendiri, gak songong kaya pertama aku lihat.
“Hmm, terus gue harus ngapain?”
“Nah, bagus.Sekarang, mana hp lo?”
“Buat apa?”
“Gue save dulu id line gue, ntar gue kirim list pdktnya, soalnya gue udah bikin di rumah.Biar gak lupa dan sekalian biar gak berubah-ubah,”
Aku mangut-mangut paham, lalu akhirnya memberikan ponselku.
“Jangan sampe Jingga tahu,”
Aku mengangguk paham,”Tapi awas ya lo, kalau gak serius sama Jingga.Kalau lo cuma mau mainin dia, awas aja lo!”
“Iya, iya, dihh cantik-cantik serem,”
“Bodo!”
~♥~
Yeahh H-1 weekend.
Baru lima hari, aku sudah merasa jenuh akan cara belajar di Indonesia.Aku tidak biasa.Entah karena sekolah ini skala International, jadi membutuhkan kinerja ekstra demi menghasilkan siswa-siswi yang berkualitas.Singkatnya setelah aku dan Brian ngobrol di atap itu, aku sampai ke kelas, kelas Bahasa Inggris sudah bubar dan digantikan dengan Matematika.Lalu selanjutnya hal yang serupa terjadi, tapi tidak dengan kehadiran Atlas di kantin kemarin.Dia tidak ada di sana.
Lantas apa yang harus aku harapkan jikalau ia di sana?
Stop memikirkannya Hazel, kau ini bukan siapa-siapa nya dia.Status yang sama pun terjadi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity
Teen Fiction#1 INFINITY 25/06/18 #2 INFINITY 26/06/18 Gimana rasanya pacaran dengan cowok yang beda sekolah? Ditambah lagi dia seorang bad boy. Hal itu bagi gadis bernama Hazel bisa diterima. Tapi, latar belakang sekolahnya dengan cowok itu tidaklah baik, malah...