[ Bagian 6 ] Semu

465 20 4
                                    

Apa yang aku lihat sekarang, telah berhasil sepenuhnya mendorongku untuk segera menelpon Atlas untuk kesekian kalinya.Aku yang sekarang masih berada di dalam lift bersama ibu, ketar-ketir gelisah membayangkan kejadian buruk yang menimpa Atlas.

"Kenapa sih Zel, panik gitu?"tanya Ibu yang kebingungan melihat ku mondar-mandir kecil dan beberapa kali mengelus rambut ke belakang.

"Enggak bu, ini temanku lagi tawuran.Aku liat banyak darah di sana,"jawabku cepat dan terengah-engah.

"Apa?tawuran?"tanya ibu kaget.Aku hanya mampu mengangguk dan menggigit bibir, menunggu telpon ini diangkat oleh yang punyanya.

Pintu lift terbuka dan kami keluar bergantian dengan beberapa orang yang masuk ke dalam.Aku sempat berhenti dan menghembuskan nafas pasrah.

"Coba telpon teman kamu yang lain,"ujar ibu menganjurkan. Aku beralih no tujuan menjadi no Jingga.

"Halo,"ucapku cepat begitu ada suara Jingga yang mengucapkan kata sama.

"Iya Zel?Kenapa?" tanya Jingga di seberang sana."Itu, foto yang lu kirim,"aku berhenti, apa yang harus aku tanyakan terlebih dahulu? Tidak mungkin aku langsung menanyakan keadaan Atlas.

"GN sama GIS tawuran lagi, itu sisa darahnya di jalan,"jelas Jingga begitu saja.Keningku mengkerut,"Lo tau siapa yang luka?"

"Gak tau Zel, gue juga panik kalau udah gini.Udah parah banget, bisa diseret ke polisi,"

Ya, itu yang aku pikirkan juga.Tapi aku lebih takut, Atlas salah satu yang terluka.

"Lo sekarang dimana?"

"Gue lagi di jalan otw balik,"terdengar suara gemuruh kendaraan dari seberang, aku merasa mungkin Jingga sedang sibuk saat ini.Saat ini aku hanya bisa memutuskan telpon karena tidak bisa mengatakan apapun lagi, walaupun aku belum menemukan jawaban yang sesungguhnya.

"Ya udah, hati-hati Jingga,"

"Okey,"

Telpon terputus dan aku mengunci hp kembali.

"Gimana?"tanya Ibu yang sedari tadi menyimak."Udah gapapa bu,"jawabku.Aku cemas, teramat sangat.

~♥~

Rencana jalan-jalan bersama ibu, tak semenyenangkan yang aku inginkan.Padahal sudah aku coba untuk lupakan, tapi tetap saja aku khawatir pada Atlas.Dia lagi dan dia lagi.Kenapa aku ini? Padahal di samping ku ada ibuku sendiri.Aku hanya bisa berusaha menemaninya sebisa mungkin, aku berusaha senang begitu dibelikan banyak baju yang bagus-bagus.Lalu kita makan sebanyak yang kumau, sampai perut ini terasa penuh terisi.Aku merasa bersalah pada ibu.

"Bu, maafin Hazel yah.Ibu pasti ngerasa Hazel kurang enjoy hari ini,"ucapku sedemikian rupa dengan perasaan tulus dan kelembutan murni.

"Gapapa kok.Ibu tahu kamu pasti lagi cemas sama seseorang,"jawab ibu sambil menyunggingkan senyum manisnya.Mataku terbelalak, ibu tahu? Selagi menyetir aku tetap fokus dan pandangan di depan, tapi tak kuat ingin menoleh ke arah ibu, ibu kenapa bisa tahu? Benakku berkata.

"Wajar Hazel, ibu tahu perasaan anak gadis seumuran kamu gini.Memangnya ibu gak pernah muda apa,"kata ibu tiba-tiba.

Aku tak kuasa menahan tawa,"Oh gitu, udah tau banget dong yah,"

"Jangan suka ngeremehin ibu.Kalau mau curhat, tinggal curhat aja, gak usah repot,"

Aku tersenyum, ibu moodboster... aku suka!

"Nanti aku cerita ya bu, kalau perlu aku kenalin orangnya juga,"

~♥~

InfinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang