Finally!!!
Akhirnya aku bisa update lagi :')
Makasih dukungannya ❤~❤~
Ini adalah hari keempat aku tidak melihat Atlas. Dia tidak ada di Kantin, tidak datang menemuiku, tidak ada lagi komunikasi, dan benar-benar hilang bagai ditelan bumi.
Rafa juga jadi susah dihubungi. Sementara aku tidak ada waktu untuk sengaja mendatangi Rafa, maupun Atlas. Waktu setelah pulang sekolahku seakan disita karena aku yang harus mengejar nilai.
Dia adalah salah satu alasan aku ngotot ingin kembali ke sini. Setelah aku diberikan ke sempatan untuk kembali, aku juga tidak boleh berleha-leha dalam belajar.
Aku tidak boleh mengecewakan kedua orang tuaku. Aku harus sungguh-sungguh agar bisa menjadi kebanggaan mereka.
Sebenarnya ini hanya salah paham. Tapi aku gak tahu akan jadi serumit ini. Atlas bisa jadi sosok yang semarah itu waktu itu. Dan begonya aku malah menyalahkan diri sendiri dan bikin semuanya jadi serba salah, makin rumit. Aku memang salah gak bisa jadi sosok yang selalu ada buat Atlas. Tapi aku benar-benar gak tahu soal perkara itu.
Saat-saat ini membuatku tersadar, sembari merenungkan akan semua kesalahan yang terjadi pada hari itu.
Aku percaya, bahwa ketika kita mulai jatuh cinta, berarti kita siap untuk terluka. Tidak ada cinta tanpa adanya pengorbanan. Tanpa adanya rasa sakit. Tanpa adanya kekuatan untuk bertahan, maka cinta itu akan pergi. Lalu kita akan berpikir, ‘Bahwa rasanya baru kemarin dia ada di sampingku. Bahwa rasanya, kemarin dia ada bersamaku dengan tawa.’
Ada masa di mana hubungan kita tidak selalu bagus. Ada saatnya kita marah. Lalu kita tidak mungkin bisa menahannya terus menerus. Ada saatnya kita sedih, lalu kita tidak mungkin menyembunyikannya terus menerus. Kita mungkin memang pernah saling mengerti, sama-sama memahami. Tapi tetaplah tidak ada satu orang pun yang lebih mengerti dan paham dari pada diri kita sendiri.
Kita akan berpikir,
‘Saat itu dia ada untukku. Saat itu seakan hanya dia, dan akan selalu dia. Tapi secepat ini pula ia lepas dari genggaman dan hilang begitu saja.’Lalu kita hanya bisa terdiam dan menunggu. Apa akan selamanya seperti ini, atau kita sendiri yang harus berjuang mengembalikan waktu-waktu yang hilang.
~❤~
“Hazel, woy-woy!”
“Ah apa?” tanyaku kaget.
Mereka bertiga kompak menggeleng tak mengerti melihatku yang jadi secengo ini. Melamun dan terlihat seperti orang bego.
“Gak ada Zel, gak ada. Udah gue bilangin dia udah gak berani datang ke sini,” kata Jingga memperingati.
“Hm, gitu ya,” kataku dengan raut wajah sedih.
“Zel. Jangan ginilah. Gue sedih liatnya. Lo gak dimana-dimana tuh gak fokus,” kata Dee ikutan menegur.
Rachel menyodorkan air mineral padaku.
“Udah minum dulu,” titahnya, lalu mengelus punggungku lembut.Aku meneguk sedikit demi sedikit, dan berusaha sadar kembali. Mencoba fokus dan tidak lagi memikirkan Atlas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity
Ficção Adolescente#1 INFINITY 25/06/18 #2 INFINITY 26/06/18 Gimana rasanya pacaran dengan cowok yang beda sekolah? Ditambah lagi dia seorang bad boy. Hal itu bagi gadis bernama Hazel bisa diterima. Tapi, latar belakang sekolahnya dengan cowok itu tidaklah baik, malah...