Aku memandangi wajah Elza dari layar laptop. Masih tidak percaya akan kebaikan yang dilakukan laki-laki ini.Hari ini, dari pagi sampai detik ini, tepatnya jam 8 malam. Aku masih tidak berkutik dari mengerjakan tugas. Demi menyusul semua ketertinggalan.
Tadi siang Elza ngajak aku beli bahan-bahan untuk mading, tapi aku bilang gak bisa karena harus ngerjain tugas. Tanpa basa basi dia nanya tugas apa aja yang belum, karena kebetulan semua guru kita sama dan otomatis tugas yang diberikan juga sama, ia mau bantu aku ngerjain tugas-tugas itu.
Dia bilang udah semua. Terus sekarang kita skype, karena aku tadinya bersikeras nolak dia untuk datang langsung ke sini, tapi dia tetap ngotot mau bantu aku dengan ngirim beberapa tugas berbentuk email yang tinggal aku revisi beberapa bagian.
Makannya kita skype karena dia mau ngasih beberapa arahan biar aku gak bingung. Soalnya tugas itu berbentuk semacam worksheet. Gak nyangka dia sebaik itu. Ya aku ngerasa bersyukur banget karena dalam keadaan kepepet kaya gini, ada bantuan yang bisa mempermudah aku ngerjain tugas yang belum.
“Itu gue udah ngirim beberapa email yang isinya tugas yang bentuknya worksheet. Terus Biologi harus ngerangkum materi per bab. Ada juga yang bentuk essay, mapel PKN. Lo tau kan yang suruh bikin skenario singkat rapat PPKI?” Elza mengawali dengan runtutan kata-kata.
Wajahnya fokus memeriksa file yang ia kirim padaku, seakan takut ada yang terlewat.
“Oh, iya, ini ada,” jawabku cepat. Padahal aku masih belum fokus menentukan file yang mana yang harus aku isi karena itu sangat banyak.
“Eh, ini yang mana ya?” tanyaku bingung.
“Yang file pertama. Judulnya capslock semua,” jawabnya.
Aku segera menguasai diri dan buru-buru membuka apa yang ia perintahkan. Sekilas melihat beberapa pertanyaan di sana. Lalu mengscroll itu sampai akhir.
“Seriusan 5 halaman?” tanyaku dengan mata melebar.
Elza terkekeh di sana, “Iya. Banyak ya? Gue juga kaget si Bu Marni gak kira-kira ngasihnya. Bilangnya skenario singkat. Singkat apanya,” Elza jadi ngedumel. Bikin aku yang ikut merhatiin ekspresinya jadi ikutan ketawa.
“Woah begadang ini,” sahut ku sambil geleng-geleng. Aslinya pengen nangis sekarang juga. Tadinya mau ngerjain 50 soal latihan matmin buat tambahan nilai.
Ngeliat tugas PKN yang segitu banyaknya, lalu sialnya besok pelajaran PKN itu pertama, bikin aku tau mana yang harus diduluin.
“Oh ya. Coba cek LJK Kimia. Lo udah kan prakteknya? Nah lo pasti bisa ngisi lah. Cuma bagian dasar teorinya harus lengkap, nanti gue diktein, lo ketik, okey?”
Aku mangut—mangut aja, aslinya udah lupa lagi waktu itu praktek Kimia ngapain. Apa yang diteliti aku udah lupa. Sedih kan.
“Eh bentar ya, minum dulu,” ucap Elza tiba-tiba, lalu beranjak dari kursi dan mengambil botol air mineral.
Sesaat aku terkesima melihatnya meneguk air itu, jakun nya yang naik turun yang bikin aku makin salah fokus.
Ya ampun, apaan sih ini
Refleks aku berdeham demi merusak kegundahan.
Hazel sadar Zel
“Kenapa Zel?"
“Hah?”
Elza keburu lihat aku nepuk-nepuk pipi karena gugup tadi. Dan aku Cuma ngangkat alis sambil nyengir seakan gak terjadi apa-apa.
“Lanjut,” kataku calm. Padahal masih gugup dan bersusah payah menguasai ekpresi.
“Oh ya. Besok bisa bantu nyusun mading kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity
Teen Fiction#1 INFINITY 25/06/18 #2 INFINITY 26/06/18 Gimana rasanya pacaran dengan cowok yang beda sekolah? Ditambah lagi dia seorang bad boy. Hal itu bagi gadis bernama Hazel bisa diterima. Tapi, latar belakang sekolahnya dengan cowok itu tidaklah baik, malah...