[ Bagian 27 ] Tembakan Elza

742 33 5
                                    


Aku menghembuskan nafas lega. Sudah terbebas dari UAS yang melelahkan seminggu terakhir ini.

Tadinya, aku dan mereka sengaja mau main, sekedar nonton bioskop atau makan. Tapi aku menolak, memilih untuk istirahat dan menyarankan untuk acaranya diundur jadi besok.

Untung ada Rachel yang sama-sama gak bisa karena harus persiapan lomba Biola, Jingga dan Dee yang tidak mau hanya berdua, akhirnya menurut dan kami sepakat acaranya diundur jadi besok.

Dan hasilnya, di sinilah aku sekarang. Duduk sendiri di sofa, sambil menonton tayangan tv yang satu pun bagiku tidak ada yang menarik.

Sambil meneguk coca cola, aku mengecek ponsel dan membuka Instagram.

Aku terdiam dan tertegun, menatapi foto yang baru saja di post oleh Atlas.

Jangan biarkan kesalah pahaman mengurungmu dalam puing-puing rasa bersalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan biarkan kesalah pahaman mengurungmu dalam puing-puing rasa bersalah.

Saat engkau biarkan dirinya pergi, maka ia bisa menjauh ataupun kembali. Jika ia mencintaimu, maka ia pasti akan kembali.

Tapi di sinilah letak kesalahannya, jika engkau hanyalah diam menunggu, yang seharusnya adalah engkau ikut berjuang bersamanya. Keduanya adalah pilihan, kelak engkau menyesal atau kelak engkau akan bahagia. – Anonim-

From , Luke Kisah Akhir Cinta

Aku menggigit bibir dengan mata yang semakin menyendu. Senyum miris tercetak begitu saja. Merasakan detak jantung yang tiba-tiba berubah menjadi cepat, namun bukan perasaan senang, justru adanya perasaan sakit.

Ia mengutip bagian akhir di novel ketiga ku. Kata-kata yang aku tulis sendiri, sekalipun saat itu aku belum pernah merasakannya. Belum pernah merasa kehilangan sesakit itu.

Aku tersenyum miris. Bahwa halnya itu, akhirnya memang terjadi padaku.

Aku kembali ke masa itu,
Saat aku menyadari bahwa Atlas tidak berbohong. Menyadari bahwa ia sedang dalam masa sulit saat itu. Namun tidak ada yang berani di antara kami untuk memulai duluan. Untuk membicarakannya.

Tidak ada, sampai saat ini.

Aku membuka chat kami terakhir kali.

Dua minggu yang lalu.
06.30
Atlas : Mbb. Aku main sama temen. Ada Ritma juga.

16.30
Atlas : Dimana?

19.00
Atlas : Maaf

Dan aku tak kuasa lagi menahan tangis. Tak lagi membendung air mata yang selalu berusaha aku tahan sekuat tenaga.
Sekarang aku menangis. Sendirian.

~❤~

“Maafin gue yah, eum soal... kejadian waktu itu,” ucap Elza pertama kali, mengawali perjalanan kami menuju studio, tempat biasa Elza dan anak lain latihan band.

InfinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang