Aku berusaha tetap fokus mengguntingi kertas-kertas lipat ini, padahal kepala mumet parah karena gak bisa berhenti nginget percakapan tadi sama Jingga.
“Ga. xxmaarit_ itu second ig nya Kak Ritma ya?”
“Heeh. Napa lo tau?”
“Gue gak sengaja liat. Pake akun lo.”
“Terus?”
“Gue liat dia jalan sama Atlas. Di videonya mereka berdua.”
Jingga berhenti dari aktivitas makan gorengannya. Lalu menoleh dan menatap ku sepenuhnya.
“Berdua?”
Aku ngangguk.
“Posthink aja kali. Gak berdua mungkin. Banyak anak yang lain. Tapi gak ke ekspos.”
“Tapi Atlas gak ngechat gue lagi Ga.”
Lalu Jingga cuma bisa diem dan mulai natap aku dengan cara yang berbeda.
“Hazel. Itu?”
“Hah?!” kataku kaget mendengar Elza menahan tanganku.
“Ya ampun, gue ngeguntingnya kelebihan,” kataku panik melihat banyak potongan kertas berserakan di lantai.
“Lo kenapa sih? Lagi gak fokus gitu. Kalau enggak tadi tuh jari lo udah kegunting,” kata Elza membuat mataku melebar.
“Hah, masa?” tanyaku tak percaya.
Elza terus ngangguk dan ngerebut gunting dari tanganku.
“Udah sini aja sama gue.”
Aku cuma diem dan gak bereaksi lagi. Merunduk sambil merenung masih belum sadar atas apa yang terjadi.
“Lo kenapa Zel? Cerita sama gue,” ucap Elza beberapa menit kemudian.
Ia menaruh semua pekerjaan dan berhenti gitu aja. Lalu natap aku sepenuhnya dengan tatapan mata teduh itu.
Aku melirik ke sekeliling. Kita memang ngerjain ini cuma berdua karena anak lain yang pada izin gak kumpul. Karena kita lagi ada di Panggung Terbuka yang menghadap ke arah Taman, bikin suasana hening sepulang sekolah begitu mendominasi.
Sekolah udah hampir sepi. Cuma ada beberapa anak yang lewat taman untuk menuju gerbang, pulang.
“Gue gak apa-apa kok,” jawabku berusaha santai dan senyum yang dipaksakan.
“Masalah lo waktu ke Amrik itu?”
Mataku melebar dan negak refleks gitu aja. Padahal masalah itu udah benar-benar clear, yang ada sekarang hubungan aku yang repot sama Atlas.“Enggak. Bukan apa-apa kok,” kataku lagi berusaha tertutup.
“Gue serius soal waktu itu. Gue ada buat lo,” ucapnya lembut. Spontan bikin aku terhanyut gitu aja.
Tiba-tiba ponselku bergetar, ada sms masuk.
Atlas : Dimana?
Aku hanya diam menatap sms itu, tanpa ada niat membalas.
“Ck,” decakku sambil mengunci kembali ponsel dan meletakkannya begitu saja.
“Hazel?” tanya Elza lagi.
“Hah, apa? Tadi kita bahas apa sih?” tanyaku bingung sendiri, hilang fokus.
“Gak jadi deh,” katanya tiba-tiba sambil menahan senyum.
“Ck, apaan sih? Pundungan gitu,” kataku membujuk supaya dia berani ngomong lagi.
“Tadi tuh timing nya pas banget. Gue udah ngomong dengan lembut nan menyentuh,” jawabnya percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity
Teen Fiction#1 INFINITY 25/06/18 #2 INFINITY 26/06/18 Gimana rasanya pacaran dengan cowok yang beda sekolah? Ditambah lagi dia seorang bad boy. Hal itu bagi gadis bernama Hazel bisa diterima. Tapi, latar belakang sekolahnya dengan cowok itu tidaklah baik, malah...