Delapan

82 18 6
                                    

Setelah air liur sudah kering teriak-teriak ketika naik roller coaster, mereka segera membeli minum karena tenggorokan mereka sudah sangat kering.

Berbeda dengan Ghivia, semenjak turun dari roller coaster, Ghivia sama sekali tidak bersuara. Hal itu membuat teman-temannya sadar ada satu orang yang suaranya tidak kedengaran dari tadi.

"Via lo gak papa?". Tanya Reva setelah meneguk air yang ia beli dan mendekati Ghivia.

"Ha iya gak papa". Jawab Ghivia sambil tersenyum kaku.

"Kok pucat sih wajah lo?". Zahra membuka suara.

"Via, maaf ya kami naik roller coaster tanpa persetujuan lo. Gue lupa kalau lo paling anti dari dulu naik yang tinggi begitu. Maaf Via". Reva pun memeluk Ghivia erat begitu juga dengan Ghivia membalas pelukan Reva.

"Iya Vi, maafin kita-kita ya". Sambung Vino dengan senyumannya sambil melirik Fiola, Reza, Nanta,Salsa dan Zahra seolah Vino berkata ''Iya gak guys?'' dan di balas dengan anggukan dengan mereka.

"Yaudah yuk pulang lagi aja kasihan Via, aku juga gak tega".

"Iya ayuk".

Diperjalanan menuju pulang kerumah Ghivia, Reva ditemanin oleh temannya yang lain untuk mengantar Ghivia.

Reva melirik sekilas Ghivia yang kini sudah tertidur. Reva sangat menyesal karena dia terlalu larut dalam permainan tanpa sadar bahwa ada Ghivia yang sangat takut dengan permainan itu.

Di sisi lain, Nanta sangat gelisah di motornya mengingat wajah Ghivia yang pucat dan lemas.

Dan bodohnya Nanta malah mengenggam tangan Ghivia. Bodoh. Itulah batin Nanta sedari tadi, harusnya ia membawa Ghivia turun, bukan mencari kesempatan.

Akhirnya mereka pun tiba di rumah Ghivia. Reva membangunkan tak tega kepada Ghivia yang tertidur di bangku sebelah kemudi.

Setelah menggoyang-goyang kan badan Ghivia pelan, Ghivia terbangun dari tidurnya dan membuka pintu mobil Reva segera turun dari mobil. Begitu juga dengan Reva ia segera turun dari mobilnya.

"Guys makasih udah antar sampai rumah dan makasih atas hari ini ya". Ucapnya lemah tapi tak pernah tinggal senyum yang selalu mengembang di bibirnya.

Mereka tidak membalas dengan suara, tetapi dengan anggukan dan tatapan khawatir kepada Ghivia

"Via, kami balik luan ya, jaga kesehatan lo jangan tidur malam-malam, oiya lo minum air putih dulu biar tenangan dikit, dan istirahat langsung ok? lo gak boleh gak ngelakuin apa yang gue bilang". Perintah Reza kepada Ghivia.

"Makasih Ezaa sayang". Balas Ghivia dengan wajah yang sedikit ceria. Setelah mengucapkan kata itu mereka balik kerumah masing-masing.

Ketika hendak mau membuka pintu, tiba -tiba ada tangan yang memeluknya dari belakang erat. Tapi hanya 5 detik.

Ghivia terkejut dan ingin teriak tapi mulutnya cepat di tutup oleh tangan itu.

Ghivia membalikkan badannya dan melihat Nanta berada di hadapannya kini dengan pandangan menyendu.

"Bukannya ajak turun gue malah genggam tangan lo, bodoh emang".

"Ya gak papa kali Nan, setidaknya lo udah buat gue tenang sedikit".

"Maaf". Nanta kembali memeluk Ghivia erat.

"No problem". Balas Ghivia lembut. Kali ini Ghivia membalas pelukan itu. Mereka terlarut dalam pelukan hangat.

"Yaudah sana gih istirahat".

"Ya lo sih gak pulang ganggu aja ewh".

"Si anying sakit gak sakit sama aja, emang suka bikin kesal".

"Pulang sana".

"Wah ngusir".

"Ya".

"Gak dapat pemanis gitu"?.

"Ha?".

"Kecup dulu dong".

"Mesum laknat!". Ghivia menggigit lengan Nanta.

"Awwww!! iya-iya ampun gue pulang bhay!".

Nanta pun melajukan motornya keluar gerbang rumah Ghivia. Ghivia yang melihat Nanta menjauh berteriak girang dan pipinya sudah memerah.

Ghivia pintar. Dia bisa menyembunyikan pipinya yang terasa panas itu dengan santai, padahal detak jantungnya sudah berantakan.

Nanta yang sedang di perjalanan pun tak kalah senang dengan Ghivia. Ingin rasanya ia teriak tapi ia sadar ini jalan raya, bukan kamarnya.

⭐⭐⭐

"Ian lo jadi nembak cewek lo? sorry gue lupa tadi capek banget".

"Yan?". Ketok Reva ke pintu kamar Ryan berkali-kali. Tidak ada jawaban. Reva membuka knop pintu dan melihat Ryan berkelumun dengan selimut tebalnya.

"WOI LU GAK JADI NEMBAK GISELLA? APA GUE YANG TELAT?". Teriak Reva di depan wajah Ryan sehingga membuat Ryan terlonjak kaget.

"Sekarang jam berapa?". Tanya nya dengan mata tertutup.

"07.15 malam".

"HAAAAA!!!!!!! GILAK GUE BISA TELAT MATI AJA ACARA NEMBAK APAAN COBA TELAT BEGINI!!!". Teriak Ryan dan segera turun untuk mandi kilat.

Reva yang melihat adegan itu terkekeh geli melihat tingkah adiknya. Reva pun kembali ke kamar dan ikut merapikan dirinya.

"Va lo temenin gue kan".

"Iya".

"Buruan turun".

Reva turun dari lantai dua letak kamarnya dan Ryan.

"Gisella udah disana? trus dekorasinya jadi?".

"Syukur banget gue, Gisella dirumah lagi ada tamu sebentar rekan bisnis papanya. Dekorasinya udah gue sewa orang.

"Trus guna gue ikut?".

"Kan udah gue bilang sebagai saksi keluarga pertama dan yah gak papa kali ya fotoin ntar gue sama Gisella. Diterima maupun enggak".

"Semerdeka lo aja".


ryan udah nembak gisella, nanta mulai pdkt sama ghivia(?), dan reva dan kawan-kawan?? ditakdirkan sendiri mereka😞

Who Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang