Duapuluhdua

26 10 9
                                    

"Balik dulu ya, udah sore ni".

"Eh bujang, gue sampe gak sadar waktu".

"Yaudah buruan balik".

"Lo ngusir kami Vi?". Reva memberikan tatapan sedihnya sambil memegang dadanya seakan-akan perkataan Ghivia sangat sesak di dadanya.

Ghivia memutar bola matanya malas sambil membuang nafasnya.

Ghivia mengantar teman-temannya keluar sampai di halaman rumahnya.

Mereka membunyikan klaksonnya kepada Ghivia untuk pamit. Ghivia melambai-lambaikan tangannya sambil tersenyum.

Di sisi lain, anak cowok yang ada dirumah Nanta sekarang enggan untuk pulang. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore dan mereka sudah berada di sana sejak pukul dua siang.

"Lo gak niat balik? ntar mak lu khawatir". Nada suara Nanta diubah menjadi nada suara anak polos dan manja.

"Ih najis banget omongan lo".

"Jam berapa sekarang sih?".

"5".

"10 menit lagi gue cabut".

"Cepat amat etdah".

"Ye ada urusan gue hari ini".

Tepat sepuluh menit berlalu, Reza bangkit dari ps3 di hadapannya. Vino pun bangkit dari duduk manisnya untuk menghampiri Reza,Nanta, dan Fauzi yang berada di atas kasur.

"Gue cabut dulu bray".

"Iya, hati-hati ya. Perlu gue bopong sampe depan gak?".

"Jijik elah Nan, yaudah gue pergi bye".

"Dahhh". Jawab mereka serentak sambil melambai-lambaikan tangannya.

Jelang kepergian Reza, Fauzi dan Vino pun nyusul untuk pulang. Cuaca di luar juga sudah menunjukkan pertanda mau malam. Nanta menutup pintu rumahnya lalu pergi ke kamarnya.

"Wah kamar gue". Gumamnya melihat kamarnya yang berantakkan.

⭐⭐⭐

"Eva pulang". Teriak seorang gadis bernama Reva ketika sudah masuk kedalam rumahnya.

"Hm lama banget dirumah Via, gak sadar waktu kamu ya".

"Hehe iya ma".

"Palingan nonton si kakek". Sambung Ryan

"Ha kakek?".

"Ituloh ma, oppa-oppa korea".

"Sok tau lo".

"Memang tau".

"Aduh kalian ini, waktu kecil peluk-pelukkan, sayang-sayangan, cium pipi kanan pipi kiri. Sekarang? whoaa".

"Itu dulu ma. dulu". Balas Reva sambil menekan kata dulu

"Ya ma, dulu". Sambung Ryan yang juga menekan kata dulu.

"Reva ke atas dulu".

Reva segera ke kamarnya ingin mengambil handuk dan mandi karena dia sudah mulai gerah.

Selesai mandi, Reva menidurkan badannya di kasur empuk miliknya.

Baru saja ia ingin memejam mata, pintu kamarnya di ketuk bertubi-tubi membuat Reva kesal.

Reva membuka pintu dan mendapatkan wajah adek jeleknya yang sekarang berada di depan pintu kamarnya.

"Disuruh mama kebawah, makan malam".

Reva segera keluar dari kamarnya dan menuju meja makan.

"Ma, pa, eksukl basket di sekolah Reva ikut event DBL. Jadi mungkin Reva agak telat pulang karena latihan gak nentu juga".

"Boleh dong kami nonton?".

"Ya bolehlah ma, tapi...". Reva sengaja menggantungkan kalimatnya.

"Tapi...?". Jawab Rizal papanya Reva dan Maudy mamanya Reva serentak dengan wajah bingung.

Reva terkekeh melihat wajah papa dan mamanya. "Tapi pas udah final aja". Sambung Reva dengan cengirannya.

"Yah lama banget itu".

"Ya udah gak papa, nanti papa, mama sama Ryan kasih kamu semangat dirumah sebelum pergi aja tanding".

"Pantesan aja ya papa jatuh cinta sama mama, mama pengertian pake banget nget, nget, nget, nget". Ryan meletakan kedua tangannya di pipinya seakan-akan malu dan gemes sendiri.

gdjaldk
dbajjbdj
hjajajs
aajskdka

makin kesini makin?....

Who Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang