Empat

88 24 2
                                    

Kejadian tadi malam masih terlintas di pikiran Nanta sehingga sulit baginya untuk melanjutkan tidur nya.

Memeluk, mencium dan mengasih perhatian kepada Ghivia sahabatnya sendiri terasa asing di benaknya.

Karena selama bersahabat, dia selalu saja berkelahi dengan Ghivia sampai wajah Ghiva di tekuk, dia baru meminta maaf.

"Ah gue kenapa sih lancang banget nyium dan meluk Ghivia? terus nanti kalau gue sama dia jadi diam-diaman kan bahaya, bisa-bisa curiga Reza, Salsa sama Reva. Ah bodo amatlah ntar gue minta maaf aja.

Jam 07.10 pagi, semua murid sudah berada di luar tenda menikmati cuaca yang cerah dan angin yang sejuk.

"Pagi guys!". Sapa Reza kepada ketiga temannya.

"Pagi". Jawab mereka serentak.

"Jalan-jalan yuk? bosen nih". Ajak Ghivia.

"Ayuk ah gue juga bosen". Sambung Reva dengan anggukan kepala dari Reza, Salsa dan Nanta.
Disaat asik mengobrol, mata Ghivia dan Nanta saling melirik satu sama lain. Lirikan berikutnya mata mereka bertemu.

Tanpa pikir lama, sedetik kemudian mereka memutuskan pandangan itu sambil mengulum senyum mereka dan menahan rasa malu diri masing-masing.

"Eh lihat tu ada sungai, yuk kesana". Ajak Reva sambil menatap ke-empat temannya.

Dengan senang hati mereka menganggukan kepalanya dan mengikuti Reva ke arah sungai itu.

"Hm airnya seger dan juga bersih". Kata Ghivia sambil membasahi wajahnya dengan air sungai yang mengalir di pagi hari ini.

Tanpa Ghivia tau, sosok cowok yang berada disampingnya menatapnya dengan menahan-nahan senyum dan menahan tangannya agar tidak mencubit pipi Ghivia yang tembem itu.

"Guys udah jam setengah 9 nih yuk balik ketenda ntar dicariin lagi". Ajak Reza memecahkan lamunan Nanta yang tengah asik melihat Ghivia tersenyum dan tertawa kecil ketika bermain air sungai layaknya bocah yang suka main air.

Semua murid SMA Kolase sudah berkumpul diluar hutan untuk berangkat kembali ke sekolah dan pulang kerumah masing-masing.

Sebelum berangkat, mereka berdoa menurut kepercayaan masing-masing.

Reva, Salsa dan Ghivia memasuki barang-barang mereka kebelakang jok mobil Reva.

Sedangkan Nanta dan Reza sudah menghidupkan mesin motor ninjanya dan siap untuk berangkat.

Jika anak yang lain harus dijemput di sekolah, anak yang membawa kendaraan sendiri tidak susah payah dijemput di sekolah.

Karena memang sekolah mengizinkan muridnya membawa kendaraan sendiri untuk berjaga-jaga sesuatu hal terjadi mendadak menimpa keluarga mereka atau bahkan busnya mogok di jalan.

Reva tidak langsung pulang, melainkan dia mengantar Ghivia dan Salsa terlebih dahulu, lalu singgah ke mcd untuk membeli mc flurry oreo dan juga membeli ayam goreng yang renyah untuk orang rumah.

⭐⭐⭐

"Haiiiiiiiii keluarga Reva yang Reva sayang, Reva cinta, Reva rindu, Reva banggakan, Re-"

"Diam!!!!!!". Seru seseorang dari dapur yang berteriak membuat Reva terkejut dan langsung ke dapur melihat pemilik suara itu.

Reva mematung dan melongo melihat seorang cowok dengan muka celemotan tepung sedang menyerah membuat sesuatu di hadapannya, dan seketika itu pula ketawa Reva lepas ketika melihat ekspresi lelaki itu.

"APAAN COBA KETAWA GAJELAS AH!".

"MUKAK LO HAHAHAHAHA". Ejek Reva mendekati lelaki itu. "Mau ngapain sih?". Sambung Reva ketika ketawanya sudah redah dan berusaha ingin tau dan membantu jika ia bisa.

"Mau bikin kue untuk gebetan gue, tapi gue gak tau ini bentuknya gimana". Jawabnya pasrah.

Reva hanya menggeleng kan kepalanya melihat adik lelakinya itu. Ryan Alka Rahmadan. Adik lelaki Reva yang ia sayangi, tetapi gengsi untuk diungkapkan. Ryan sekarang duduk di bangku kelas tiga SMP Gemilang.

Ia sering bercerita kepada Reva tentang kedekatannya dengan cewek yang sangat ia sukai. Namanya Gisella Mutiara Islan.

Gadis itu memang cantik, tinggi yang sedang, kulit putih, rambut serta mata yang coklat memang patut disukai banyak cowok termasuk Ryan yang sudah sekitar dua bulan dekat dengan Gisella.

Kalau dari cara Gisella ke Ryan, Gisella juga sangat menyukai Ryan, tetapi Ryannya saja yang teramat pekak sehingga Reva harus sabar sesabar sabarnya jika harus menasehati Ryan.

Dengan senyuman, Reva mengamati layar handphone Ryan yang membuka cara membuat kue. Reva terkekeh geli melihat niat baiknya untuk wanita yang ia sukai.

"Sini gue bantu, lo perhatiin gue bikinnya". Perintah Reva kepada Ryan yang dijawab dengan anggukan seolah-olah dia akan serius menatap kakaknya yang membantunya.

Haii gimana ni cerita aku? maaf deh kalau misalnya kepanjangan yang membuat kalian bosan atau malah kependekan yang membuat kalian penasaran. ikuti terus ya cerita aku:) votment plis:)

Who Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang