Duapuluhtiga

24 11 7
                                    

Mereka-Reva, Ghivia, Salsa, Nanta, Zahra, Reza, Vino, Fauzi, Fiola sedang berada di kantin dengan makanan dan minumannya masing-masing.

Tidak ada keheningan di antara mereka. Ada saja cerita yang di lontarkan dari mulut-mulut mereka.

"Eh-eh-". Es jeruk yang dingin itu, jatuh di meja mereka dan mengenai celana Nanta dan Reza yang duduk di tepi.

"Astaga sorry-sorry gue gak sengaja sumpah". Kata seseorang sambil mencari tissue di kantongnya.

"Lagi?". Tanya Nanta datar.

Cewek itu mendonggakkan kepalanya dan melihat Nanta sedikit terkejut.

"Kali ini gue gak sengaja, tadi gue di dorong".

Cewek itu memberikan tissuenya kepada Nanta untuk lap celananya.

"Eh permisi, maaf, tadi gue yang gak sengaja ngedorong Stefani tadi".

"Eh Rachel?".

"Yaelah ini serasa kayak ftv yang gue tonton. Tinggal ubah judul doang jadi ' jerukku penemu temanku'. Kini Reza membuka suara karena kesal celananya juga ikutan basah.

"Ma-". Ucapan Rachel terpotong karena melihat laki-laki yang pernah menolongnya.

"Elo?".

Reza menatap kearah Rachel dengan kerutan di keningnya seakan-akan berpikir untuk mengingat orang yang sedang ia tatap.

"Oh lo, si mobil".

"Pfttt apaan si mobil". Tawa Fauzi pecah begitu juga dengan yang lainnya.

"Eh lo berdua, duduk aja sini pada berdiri gitu. Ntar disangka aneh-aneh sama orang-orang". Reva membuka suara dan menggeser badannya sedikit agar mendapatkan ruang untuk mereka berdua.

"Jadi?".

"Ah, gue minta maaf karena es jeruk gue basahin celana lo berdua". Stefani membuka pembicaraan.

"Gue juga minta maaf sama kalian berdua dan sama lo Stef. Tadi gue itu kesandung, jadi terdorong badan lo".

"Yaya kami maafin".

"Nama lo Stefani?". Tanya Nanta dengan wajah datarnya. Tapi itu seperti tatapan menggoda di mata cewek.

"I-iya".

"Gue Nanta, salam kenal". Nanta mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Stefanie membalas uluran tangan Nanta sambil tersenyum simpul.

"Akhirnya gue tau nama lo". Ucap Reza kepada wanita yang bernama Rachel.

"Gue Reza, salam kenal juga".

"Iya". Balas Rachel dengan senyumnya.

"Ini bukan ajang pdkt woi".

Mereka tertawa renyah mendengar dengusan dari Fauzi. Setelah 10 menit berada di kantin, mereka balik ke kelas masing-masing. Bukan mereka semua terkecuali Nanta dan Reza. Mereka mengantar cewek mereka, ralat teman cewek baru mereka ke kelas.

Tidak ada satupun diantara mereka yang menyadari ada perasaan yang sedang ditahan-ditahan untuk tidak keluar begitu saja.

⭐⭐⭐

"Boleh minta id line?".

"Iya boleh".

Nanta menyerahkan hpnya kepada Stefani. Stefani mengambil hp itu dan mengetik idnya pada layar ponsel milik Nanta.

"Gue p in ya". Nanta membalas pertanyaan itu dengan anggukan. Setelah selesai, Nanta pamit kepada Stefani untuk ke kelasnya.

Di lain tempat, Reza juga mengantarkan Rachel sampai ke kelas.

"Nah ini kelas gue. Makasih ya, jadi repotin nganterin gue segala".

"Gak papa kali, hitung-hitung biar makin dekat".

"Yaudah gue masuk dulu ya".

Rachel baru saja ingin membalikkan badannya, tapi pergelangan tangannya di tahan.

"Maaf, sakit ya?". Tanya Reza dengan wajah khawatirnya.

Ih biasa aja kali, dia juga megangnya pelan. Pegang lama-lama ya gapapa juga- batin rachel.

"Gak kok gak, kenapa?".

"Boleh minta id line?".

"Iya boleh, sini hp lo".

Reza memberikan hpnya kepada Rachel sambil tersenyum. Rachel mengetikkan idnya di layar hp Reza.

"Thanks ya, gue pamit dulu. Dadah". Reza melambai-lambaikan tangannya seperti anak kecil. Rachel menatapnya sambil tersenyum dan juga melambaikan tangannya.

Who Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang