"Mati aja sana MTK, gak tau dah apa yang gue isi". Reza mengerutu kesal karena ulangan MTK yang baru saja mereka kerjakan.
"Emang udah mati kali Za, namanya aja mateMATIka" Balas Nanta.
"Bodolah".
"Pagi anak-anak".
"Pagi buk".
Jam pelajaran Bahasa Indonesia pun siap untuk dimulai.
kring kring kring, saatnya istirahat.
"Emang merdu banget ya suara bel pulang sama bel istirahat". Salsa merengangkan badannya sambil menutup matanya sejenak.
"True ma sist, eh btw kalian pada bawa bekal kan?". Tanya Reva dan di balas dengan anggukan mereka.
"Yaudah yuk langsung makan".
Mereka mengambil bekal mereka yang udah dibawa dari rumah. Kemaren mereka sudah sepakat membawa bekal ke sekolah di via line.
"Enak nih". Nanta langsung mengambil kentang goreng milik Ghivia tanpa seizinnya.
"Ih apasih main ngambil-ngambil aja".
"Ikhlas gak?".
"Gak!".
"Bodok".
Ghivia memukul lengan Nanta keras.
"Ah bosan gue gangguin lo, gak ada perlawanannya".
"Ya ngapain coba orang kek lo dilawan".
Nanta mengabaikan perkataan Ghivia dan beralih ke Zahra. Zahra tertawa mendengar lelucon Nanta sesekali memukul lengan Nanta sambil mencibir Nanta.
Nah, lawan begitulah yang di sukai Nanta, saling membalas. Tanpa disadari, raut wajah Ghivia berubah menjadi raut wajah penuh ke kesalan.
Ingin sekali ia mencakari wajah Nanta itu dengan kuku ayam milik tetangganya. Entah sejak kapan Ghivia selalu saja sensi semenjak hadirnya Zahra di lingkungan mereka.
Fiola yang melihat raut wajah Ghivia, mengikuti arah pandang Ghivia dan berfikir keras ada apa dengan wajah itu.
⭐⭐⭐
"Eh sini-sini". Teriak cowok-cowok dilapangan yang sedang bermain basket.
Bola itu meleset dari tangan seseorang yang ingin menerima bola itu dari temannya.
Bola itu bergelinding di lapangan dan mengenai kaki Ghivia. Ghivia menatap bola itu.
"Tolong dong". Teriak cowok itu dari jauh sambil berlari.
Ghivia mengambil bola itu dan melemparnya kepada cowok itu.
"Makasih ya".
Ghivia mengangguk dan menahan senyum yang ingin merekah di bibirnya.
Cowok yang tadi itu kakak kelas Ghivia. Sangat populer di sekolahnya. Bahkan anak kelas 10 banyak yang tau tentang dia dan banyak juga yang suka.
Wilson namanya, si cowok yang kulitnya hitam manis, senyumnya juga manis, bisa dibilang dia cowok ganteng di sekolah, tingginya sekitar 17 cm. Dia kelas 12 dan juga captain team basket.
Ghivia pernah menyukai kakak kelasnya itu kelas 10. Mungkin saat ini ia juga masih menyukai kakak kelasnya itu. Sebab, jantung Ghivia masih saja berdegub kencang.
"Woi!".
Ghivia terkejut dan memekik pelan. Orang yang mengejutkan Ghivia hanya tertawa tanpa rasa bersalah.
"Ih sumpah dah jahat bener".
"Lu ngapain senyum-senyum gitu kek orang gila". Tanya Reva memperhatikan wajah Ghivia.
"Gak ada apa-apa".
"Friend zaman now". Balas Salsa datar.
"Main kerumah gue yuk? mumpung lagi sepi". Ajak Ghivia kepada teman-temannya.
Mereka menganggukan kepalanya dan berjalan menuju parkiran sekolah.
Sekitar 15 nenit di perjalanan, mereka pun sampai di rumah Ghivia.
Mereka masuk tanpa mengucapkan salam. Ya karena Ghivia sudah bilang dirumahnya tidak ada penghuni.
Mereka duduk di sofa sambil menyalakan tv. Reva datang ke sofa sambil membawa kentang goreng di tangan kananya dengan piring dan saus. Dan minuman kaleng di tangan kirinya.
Ghivia yang melihat itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ini sebenarnya rumah siapa ya?". Gumam Ghivia pelan sambil mengusap kasar wajahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.itu baru teman, kalo masuk kerumah teman yg gada orang, main bobol aja. ambil makanan sesukanya, masuk kamar, berantakin terus pulang. TRUE BANGET😄😄😄😄