"Kelompok yang memenangkan game ini adalah..................".
Semua kelompok sudah deg- degan dengan keputusan pembina.
"Kelompok yang beranggotakan Reva, Reza, Ghivia, Salsa dan Nanta!!!!". Teriak pembina sambil diikuti tepuk tangan siswa lainnya.
Mereka pun saling merangkul dan maju kedepan untuk mendapatkan hadiah dari pembina.
Waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Itu artinya waktu untuk istirahat.
Semua siswa berada di luar tenda untuk menikmati api unggun dan bernyanyi bersama-sama yang dipimpin oleh Farel dan kawan-kawan salah satu anak band disekolah Reva.
"Huaaa gue ngantuk banget nih, gue ke tenda dulu ya Sal, Va dadah". Kata Ghivia sambil berdiri meninggalkan Reva dan Salsa.
Sepuluh menit kemudian Reva dan Salsa pun masuk kedalam tenda dan melihat Ghivia sudah bermimpi indah.
⭐⭐⭐
Pukul dua malam, Ghivia terbangun dari tidurnya karena haus. Ghivia melihat Reva dan Salsa sudah tertidur pulas. Tanpa melewati moment ini, dengan cepat ia ambil handphone, membuka kamera dan memotret wajah Salsa dan Reva.
Ghivia keluar dari tenda dan mendapati anak cowok sedang berjaga di luar. Tetapi mereka sudah tertidur pulas karena kelelahan.
Di depan tenda Ghivia, Salsa dan Reva ada Nanta yang berjaga. Dia juga tertidur dengan tangan yabg dilipat di dada yang bertanda bahwa Nanta sedang menahan dingin.
Entah gerangan apa, Ghivia mendekat ke arah Nanta dan duduk di sebelahnya sambil menutup badannya dengan jaket yang Ghivia kenakan. Lalu, tersenyum sekilas dan hendak beranjak dari tempat duduk.
Ketika hendak berdiri, tangan Ghivia di tahan oleh seseorang. Dengan cepat Ghivia menoleh ke belakang untuk melihat si pemilik tangan. Betapa terkejutnya dirinya karena yang nahan tangannya itu adalah Nanta.
"Belum tidur?". Tanya Nanta masih dengan mata tertutup.
"Kebangun karena haus".
"Makasih jaketnya ya badan gue terasa hangat".
"Iya sama sama, senyebelin apapun, lo tetap juga sahabat gue. Yah walaupun gue ragu anggap lo".
Tiba-tiba Nanta melepaskan jaketnya dan menarik badan Ghivia menggunakan jaket yang diberi Ghivia tadi.
"A... apaan sih lo? lagi mimpi apaan lo?". Tanya Ghivia gelagapan karena jantungnya mendadak berdebar gak karuhan berada sedekat ini sama Nanta.
"Lo yakin gak kedingininan? sok kuat".
Nanta mendorong tubuh Ghivia kedalam pelukannya sambil merentangkan jaket yang tadi dipakainya.
Ghivia tak bisa berkata apa-apa, ia bingung, deg-degan dan tubuh Ghivia mematung saat Nanta semakin memeluk erat tubuhnya.
Demi apapun jantung Ghivia terasa sedikit sakit karena berdebar terlalu kencang, sampai ia takut kalau Nanta mendengarnya.
"Cuma gue aja yang meluk nih?".
Tanpa sadar, Ghivia membalas pelukan Nanta sambil menyembunyikan kepalanya di dada bidang milik Nanta Nyaman. Itulah yang ia rasakan.
Setelah beberapa menit saling berlindung di balik jaket, Nanta melepaskan pelukannya.
"Kok sebel gitu mukanya? gak puas ya pelukan sama gue?".
"Pd banget lo curut!".
"Yaudah balik ketenda gih istirahat, besok lo ke lelahan kalau kurang istirahat."
"Tumben perhatian?".
"Gue gak mau kelompok gue kalah karena lo".
"Oh jadi karna kelompok doang? dasar!". Gue hendak berdiri segera ke tenda, lagi dan lagi tangan gue ditahan sama curut.
"Apala-".
Ghivia melebarkan matanya saat Nanta mencium kening Ghivia dan tersenyum tanpa rasa bersalah.
"Gue gak mau lo sakit bego".
Tanpa membalas perkataan Nanta, Ghivia berlari kecil ke tenda sambil meredahkan pipinya yang sudah memerah.
wah lampu hijau ni buat Ghivia. peka dong vi hehe😏
