Tujuhbelas

40 13 6
                                    

Kamis pagi, kelas Reva jadwalnya olahraga. Minggu lalu mereka sudah ambil nilai basket.

Minggu ini mereka akan ambil nilai  takraw. Sekitar 85%, Reva suka bermain takraw dan sedikit mengerti tentang peraturannya.

prit prit....

Oh pluit itu selalu membuat murid menjadi muak. Dengan cepat mereka berkumpul di hadapan sang guru.

"Anak-anak, kemaren kita udah coba berlatih memainkan bola takraw, sekarang kita akan ambil nilai".

"Bapak akan bagikan kelompoknya".

Setelah menyebutkan kelompok, semuanya bersiap untuk pemanasan terlebih dahulu.

Reva ditempatkan di kelompok empat bersama Ghivia, Salsa. Zahra dan Fiola berada di kelompok lima.

Selesai pemanasan pun, kelompok satu dan dua sudah stay di lapangan untuk saling melawan.

Permainan takraw dipenuhi teriak-teriak semangat dari teman-teman lainnya.

Sepuluh menit sudah waktu berlalu, kelompok dua yang di pimpin oleh Reza pun memenangkan pertandingan.

Selanjutnya kelompok tiga dan empat. Di kelompok tiga ada Fauzi dan Nanta. Tanpa basa basi, setelah pluit dibunyikan, Reva menendang bola takraw ke arah lawan.

Bola itu di balas oleh Nanta dengan cengiran jeleknya. Lalu di tendang kembali oleh Reva dan masuk.

Mereka— Reva, Salsa, Ghivia saling mengacungkan jbu jari ketika mendapat satu angka. Tak mau kalah, Fauzi menendang bola pendek membuat kelompik Reva kewalahan mengejarnya. Otomatis bola itu masuk di area Reva.

Skor kedua kelompok satu sama. Selama sepulih menit itu tidak ada yang bisa memasukkan bola ke area lawan. Baik kelompok gue atau kelompok Nanta.

Banyak out dan tepisan dari kedua belah pihak.

"Woi, gue haus, lu pada gak haus?". Tanya Nanta sambil membersihkan keringatnya.

"Ya hauslah, tapi kan belum boleh ke kantin". Balas Ghivia yang sudah terkulai di lapangan.

"Bodo amat, gue beli minum dulu, yuk Zi. Puk lo ikut ke kantin gak?". Tanya Nanta kepada Reza. Yang di panggil hanya mengangguk dan berlari nyamperin Nanta dan Fauzi.

"Oke, kalian semua bagus hari ini. Baguslah tidak sia-sia ilmu yang bapak beri. Kalian boleh ganti baju".

"Terima kasih pak".

"Hausssss". Rengek Ghivia kepada kami

"Ganti baju dulu curut, baru jajan". Jawab Fiola lemas.

Ketika memasuki kelas, mereka melihat sudah ada air mineral di meja mereka masing-masing.

"Wahh rezeki mana lagi yang kau dustakan Tuhan". Syukur Ghivia lalu membuka tutup botol minuman itu.

"Siap ganti baju, temenin gue beli air ya". Pinta Salsa.

"Eh lo gak dapat minuman Sal?".

"Gak, emang itu dari siapa?".

"Gak tau sih, bodo lah penting segar". Saut Reva sambil mengganti bajunya.

Setelah anak cewek ganti baju, giliran cowok yang ganti baju. Yang cewek menunggu di luar.

drap drap drap...

Mereka yang berada di luar mendengar suara kaki orang yang sedang berlari. Mereka melirik ke arah orang itu dan ternyata ada Nanta dan Fauzi yang sudah sampai di kelas dengan ngos-ngosan.

"Sal sorry, ini untuk lo. Minuman yang di meja kalian itu dari gue. Cuma satunya lagi tadi diambil teman gue. Jadi gue sama Nanta buru-buru balik kantin sebelum lo beli". Kata Fauzi sambil menyodorkan minuman kepada gue dengan senyumnya.

"Oh jadi lo yang beli ya? maaf repotin, makasih ya".

"Uhuk uhuk".

"Ehem ehem".

"Terasa ni benih-benihnya".

"Ih ribut kalian". Balas Salsa kepada teman-teman yang menggodanya.

Kring kring kring...

Bel pelajaran berikutnya udah berbunyi, mereka segera memasuki kelas.

Tak lupa kami menyemprotkan pengharum ruangan. Karena sekolah mereka itu setiap kelasnya ada air conditioner, dan  mereka ganti baju di dalam kelas dengan keadaan keringat. Tentu saja kelas akan busuk.

Di kelas gue ada satu air conditioner yang letaknya di belakang. Lalu kipas di tengah, kiri, kanan dan di depan.

Guru pembina masuk dan pelajaran siap dimulai.

Satu jam telah berlalu saatnya istirahat. Hari ini, Reva dan teman-teman membawa bekal untuk hemat uang jajan.

Dua puluh menit makan, Nanta, Reza, Vino, dan Fauzi masuk kedalam kelas.

Fauzi duduk di sebelah Salsa dan ngobrol bareng sesekali nyolek-nyolek Salsa. Salsa melihat tatapan teman-temannya dengan malas.

Selesai ngobrol, Fauzi pergi bergabung dengan anak cowok lainnya.

"Apaansih ganggu-ganggu gak jelas". batin Salsa

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Who Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang