Seven

433 63 3
                                    

Mina keluar dari dorm lebih cepat dari biasanya. Ia ingin menghindari semua tatapan sinis dari siswa lain - sama seperti yang ia dapatkan tadi malam di ruang makan. Guanlin mengantarkannya hingga depan pintu dorm dan mereka tidak saling berbicara kecuali salam perpisahan sebelum Guanlin kembali ke dormnya.

Sekolah tentu saja masih sepi. Hanya ada beberapa siswa yang baru datang. Biasanya mereka sedang mempersiapkan presentasi di kelas nanti. Mina berjalan menuju lokernya di koridor yang masih sepi. Ia membuka lokernya dan seketika matanya harus menatap fotonya yang sudah di coret dengan tinta merah dan sumpah serapah. Foto-foto itu pasti diselipkan lewat celah lokernya.

Mina kembali menghela nafas. Berpikir, ia hanya duduk di bench kemarin tapi seolah-olah dia sudah melakukan kesalahan paling fatal dalam hidup. Mina mengumpulkan foto-foto itu dan hendak membuangnya ke tempat sampah. Tapi saat menutup lokernya, ia melihat Guanlin yang juga sedang membuka lokernya. Enam loker di samping kanan dari loker miliknya.

"Kau datang pagi sekali," komentar Guanlin sambil meletakkan beberapa buku ke dalam loker.

Mina melirik sebentar. "Kau juga. Biasanya kau datang paling telat."

"Ternyata kau sering memperhatikanku," Guanlin menutup lalu mengunci lokernya. Dan sekarang ia berjalan kearah Mina.

Mina buru-buru menyembunyikan foto itu dibalik tubuhnya lalu berdeham. "Well, siapa yang tidak memperhatikan seorang Lai Guanlin."

Guanlin menggedikan bahunya lalu berjalan melewati Mina. Mina kemudian membuang foto-foto itu ke tempat sampah. Ia menatap punggung Guanlin yang berjalan menjauh darinya. Bahunya mencangklong tas miliknya dan di tangannya tergantung jaket hitam favoritnya.

Mina menghela nafas. Dia benar-benar lupa akan misi yang diberikan Daehwi. Baginya, mendekati Guanlin itu terlalu berbahaya. Tapi mau tak mau, ia harus menantang bahaya itu.

***

"Semalam aku benar-benar berpikir kalau kalian memang ada sesuatu," Somi meletakkan bukunya di meja Mina. Ia baru saja datang bersama Sejeong dan langsung duduk dengan antusiasi di hadapan Mina.

"Apalagi saat dia datang dan menarikmu didepan Soyeon-sunbae, dia benar-benar menjadi pahlawan saat itu," Sejeong berbicara dengan antusias. "Kau harus lihat wajah Soyeon-sunbae, dia benar-benar kesal waktu itu."

Mina hanya menggedikan bahunya, ia tidak ingin peduli dengan semua itu. Baginya membahas Guanlin benar-benar membuatnya stress. Ia bahkan tidak berani keluar kelas karena tatapan sinis itu pasti menyiksanya.

"Kau pasti berhasil menjalankan misi itu, Mina." Ujar Somi sambil mengangguk pasti.

Mina menghela nafas. "Serius, aku tidak membahas tentang misi itu. Aku hanya ingin mengerjakan projek tim dengan tenang. Itu saja."

"Tapi kalau kau berhasil menjadikan Guanlin sebagai kekasihmu, bukankah kau mendapatkan jackpot?" Tanya Somi, nada suaranya benar-benar antusias.

"Itu tidak mungkin terjadi." Mina menggelengkan kepalanya, ia merasakan pening karena seluruh pikirannya tersita untuk hal yang tidak perlu.

Mina mendongak dan matanya menatap Guanlin yang baru masuk kelas. Ia masuk dengan santai, tangannya ia masukkan ke dalam saku dan sepasang headset tergantung di telinganya. Sepertinya ia baru kembali setelah berkumpul bersama teman-temannya. Hal itu memang biasa mereka lakukan sebelum bel masuk berbunyi.

Guanlin berjalan melewati mereka. Arah pandangan Sejeong dan Somi mengikuti tubuh Guanlin ke deretan paling belakang kelas. Lalu kembali menatap Mina.

LOVE GAME [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang