Mina masih duduk menunggu di ruang tunggu bandara. Ada ibunya disana. Ada pula Somi dan Sejeong yang ikut melepas kepergian Mina ke Jepang. Somi dan Sejeong termasuk orang yang paling menentang keputusan Mina. Menurut mereka, Mina bisa terus melanjutkan pendidikannya disini, yang perlu ia lakukan hanyalah melepaskan Guanlin. Melupakannya.
"Yakin kau tetap akan berangkat?" tanya Somi, ia duduk gelisah di tempat duduknya.
Mina mengangguk.
"Kalau ini semua karena Guanlin, kau bisa melupakannya. Kau bisa cari pacar baru. Mau aku kenalkan dengan temanku di tim drama?" kali ini giliran Sejeong yang bicara.
Mina tertawa kecil. "Ini semua bukan salah Guanlin."
"Kalau ini semua hanya semata pelarianmu dari rasa sedihmu karena Guanlin, kau tidak perlu ke Jepang," ujar Somi, menggenggam tangan Mina dan menatapnya penuh harap. "Ayolah, Mina. Aku tidak ingin kehilanganmu."
"Kau tidak akan kehilanganku," ujar Mina sambil tersenyum. "Kita masih bisa tetap berhubungan."
"Aku tidak membayangkan makan malam tanpa dirimu," ujar Sejeong, hampir menangis. "Tidak bisakah kau ubah keputusanmu?"
Mina menggeleng. "Aku sudah yakin. Aku harus pergi. Semakin kalian menahanku, semakin aku yakin untuk pergi. Inilah yang terbaik."
"Bagaimana kalau nanti Guanlin sudah mengingat semuanya?"
"Iya, saat kau pergi ternyata Guanlin sudah ingat semuanya," Somi ikut menimpali. "Maka dari itu jangan pergi, ya."
Mina tersenyum. "Ini bukan film. Dimana Guanlin akan berlari mencariku di bandara."
"Iya, tapi kalau nanti Guanlin ingat tentangmu gimana?"
Mina tersenyum pahit. "Biarlah itu semua menjadi kenangan. Aku dan Guanlin sudah punya jalan masing-masing. Dan kalau memang Tuhan mengizinkan, kita pasti akan bertemu lagi."
"Tapi ini tidak adil untuk Guanlin," Sejeong kembali bicara. "Ia bukan tidak mencintaimu tapi ia kehilangan ingatannya. Dan sekarang kalian berpisah hanya karena Guanlin tidak mengingatmu?"
"Sekali lagi aku katakan, ini semua bukan karena Guanlin," ujar Mina, meyakinkan kedua sahabatnya. "Aku mencintainya dan inilah yang terbaik, kurasa."
Berita panggilan bagi pesawat yang akan ditumpangi Mina sudah terdengar. Mina tersenyum kemudian berdiri, memeluk kedua sahabatnya dengan erat.
"Jangan lupakan aku, ya. Jangan pernah mengabaikan pesan dariku." Ujar Somi, ia menangis terisak.
Mina mengangguk.
"Begitu kau sampai, langsung telepon aku!"
Mina mengangguk lalu melepas pelukannya. Ia beralih menatap ibunya yang terlihat sedang menahan air matanya. Mina tersenyum lalu memeluk ibunya.
"Sayang, percayalah. Eomma tidak bermaksud untuk memisahkan kau dengan Guanlin. Eomma hanya ingin kau bangkit lagi, tidak berlarut-larut dalam kesedihan," ibunya memeluk Mina dengan erat sambil menangis. "Eomma sangat menyayangimu. Eomma juga menyayangi Guanlin. Inilah yang terbaik untuk sementara ini."
Mina mengangguk. Ia memahami apa maksud perkataan ibunya.
"Kau bisa kembali kapan saja," ibunya masih memeluknya. "Tenangkan dirimu disana dan kembalilah."
Mina mengangguk.
Kembali terdengar panggilan yang memanggil penumpang dengan pesawat yang akan ditumpangi Mina. Mina melepas pelukan ibunya, tersenyum untuk kesekian kalinya.
"Aku pergi dulu," Mina melambaik tangannya, menggeret koper.
Mina berbalik. Memantapkan hati untuk terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. Ia siap untuk bangkit, ia akan memantapkan hatinya disana. Apakah akan melanjutkan perasaannya pada Guanlin atau justru akan melupakannya?
Yang jelas, untuk saat ini. Mina hanya ingin membiarkan Guanlin mengingat semuanya secara perlahan tanpa paksaan. Dan di Jepang sana, Mina akan berusaha meyakinkan diri apa yang harus ia lakukan ke depannya.
Untuk saat ini, Mina hanya akan berjalan lurus tanpa menoleh ke belakang. Ia akan terbang, meninggalkan semua kenangan pahitnya selama disini dan menyongsong hari baru disana.
Mina tersenyum, tapi air matanya menetes.
Ia pasti akan merindukan Guanlin.
Rasa cintanya tak pernah berkurang sedikitpun.
Tapi ia tidak ingin memaksa lelaki itu, ia ingin Guanlin mencintainya seperti apa yang telah ia lakukan dulu.
Ia mencintai Guanlin.
Tapi ia sudah tak sanggup lagi untuk menahan luka yang menganga di hatinya.
To Be Continue...
YASSSSS... ONE CHAPTER TO GO.
Setelah ini akan langsung di update chapter terakhirnya.
Terima kasih banyak buat kalian yang sudah membaca cerita ini, aku sayang kaliaannnn.
Terima kasih juga untuk yang selalu vote dan comment.
AND HAPPY BIRTHDAY MY SWAGGY RAPPER.
Sengaja update chapter terakhir pas dia ulang tahun HAHA.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE GAME [✔]
FanfictionMina terjebak dalam permainannya dan Guanlin ada disana, terjebak bersamanya. Mina tidak pernah menyangka bahwa game bodoh yang diciptakan oleh Jaden akan membuat hidupnya tak lagi sama. Permainan itu membawanya menjelajahi hatinya dan menikmati mas...