EIGHTEEN

411 53 2
                                    

Mina berdiri dengan gugup di depan ruang rapat komite. Ia berdiri gelisah, ia berusaha menenangkan hati dan pikirannya. Soyeon dan teman-temannya ada di dalam dan Mina masih trauma melihat wajah mereka.

"Mina,"

Mina menoleh tersenyum mendapati Guanlin yang berjalan mendekatinya. Lelaki itu menghampirinya dengan senyum lebar di wajahnya.

"Kau siap?"

Mina menggeleng. "Aku takut."

"Takut apa?"

"Aku masih trauma atas kejadian itu."

Guanlin tersenyum. Lalu menggenggam tangan Mina, menatap Mina dalam melalui matanya. "Kau pasti bisa."

Mina berusaha mengangguk untuk meyakinkan dirinya. Walaupun begitu tangannya terasa begitu dingin dan bergetar.

"Kau harus berani menatap wajah mereka. Buat mereka menyesal telah melakukan perbuatan itu padamu." ujar Guanlin sambil menggenggam tangan Mina dengan erat lalu merengkuh gadis itu dalam pelukannya.

Mina memeluk Guanlin dengan erat berharap Guanlin bisa mentransfer kekuatan dan keyakinan untuk melawan Soyeon dan teman-temannya.

"Buat mereka mendapatkan hukuman yang berat," bisik Guanlin di telinga Mina. "Buat mereka menyesal telah menyakiti pacarku yang cantik ini."

Mina tertawa lalu melepas pelukannya, ia mencubit lengan Guanlin dengan gemas.

"Kau itu jadi cheesy sekali."

"Itulah yang harusnya dilakukan seorang pacar," Guanlin tertawa lalu mengacak rambut Mina dengan lembut. "Jangan menundukan wajahmu. Tunjukkan kau kuat!"

Mina mengangguk. Guanlin telah memberikannya banyak kekuatan.

"Kang Mina haksaeng, silahkan masuk!"

Mina menolehkan padangannya, ia melihat seorang guru muda memanggil namanya. Mina mengangguk sebagai jawaban.

"Aku masuk dulu," Mina kembali menatap Guanlin.

"Kau pasti bisa, sayang." ujar Guanlin dengan melakukan wink. Astaga lelaki ini lucu sekali.

Mina melambaikan tangannya dan Guanlin membalas sebagai jawaban. Guanlin mengepalkan tangannya dan melakukan gerakan mulut fighting tanpa suara. Mina mengangguk lalu masuk ke dalam ruang sidang.

***

Mina berhasil menghadapinya. Soyeon dan teman-temannya akan di keluarkan dari sekolah sebagai hukuman karena melakukan kekerasan baik secara fisik maupun verbal serta melakukan ancaman, mereka juga dituntut atas beberapa tindak kekerasan yang ternyata telah mereka lakukan pada siswa lain. Mina bukanlah korban satu-satunya.

Mina menghela nafas lega, semuanya sudah selesai. Drama penindasan itu telah berakhir seiring Soyeon dan teman-temannya dikeluarkan dari sekolah.

"Syukurlah tidak ada lagi iljin di sekolah ini," ujar Somi sambil mengaduk supnya. "Padahal mereka di tahun terakhir, tidak ada sekolah yang akan menerimanya. Mereka harus menunggu satu tahun lagi."

"Itulah mengapa seharusnya mereka tidak membuat masalah," kali ini Sejeong yang bicara.

Mereka sedang duduk di ruang makan. Waktu makan siang sudah dimulai lima belas menit yang lalu tapi Guanlin dan teman-temannya belum memasuki ruang makan.

"Cari siapa? Guanlin?" Somi yang menyadari mata Mina yang terus-terusan mengitari ruangan.

Mina hanya tersenyum, kemudian menggeleng.

LOVE GAME [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang