Mina baru selesai mandi saat bunyi tanda waktu makan malam berdentum, ia masih mengeringkan rambutnya saat ada ketukan di pintu kamarnya. Mereka pasti Sejeong dan Somi. Mina baru saja kehilangan rommatenya dua bulan yang lalu karena Chaeyeon - teman sekamarnya - harus pindah ke Jeolla. Alhasil, selama dua bulan ini ia hanya tinggal sendirian di kamar yang seharusnya diisi oleh dua orang.
"Tunggu sebentar," Mina masih menyisir rambutnya. Lalu ia berlari kecil menuju pintu dan tanpa aba-aba dua sahabatnya itu langsung masuk ke kamar.
"Kenapa lama sekali buka pintunya?" Somi langsung duduk diatas kasur Chaeyeon yang sudah kosong selama dua bulan.
"Aku baru selesai mandi." Mina masih membiarkan hairdryer untuk mengeringkan rambutnya.
"Aku dengar tadi ada seseorang membuat kehebohan saat latihan tim basket," Sejeong tiba-tiba mengambil alih hairdryer yang dipegang Mina dan membiarkan dirinya mengambil alih pekerjaan itu. "Duduk di bench pemain saat yang lainnya hanya bisa duduk di kursi penonton. Pasti keren sekali."
"Apa, sih," Mina membiarkan Sejeong membantunya mengeringkan rambut sambil menatap bayangan dirinya di cermin.
"Bagaimana bisa kau duduk disana, Mina? Bahkan ada yang bilang Guanlin menarik tanganmu. Serius?" Somi tambah penasaran, ia menarik kursi belajar Nayoung dan menyeretnya dekat posisi duduk Mina.
"Apakah kalian sudah sedekat itu?" Tanya Sejeong, tangannya masih lihai bermain-main diatas rambut Mina.
"Tidak, aku hanya menunggu Guanlin disana."
"Ya, tepat sekali. Disana. Di bench pemain." Somi menekankan suaranya pada setiap kalimatnya.
"Kita hanya bicara tentang projek tim, itu saja."
"Ya, tapi kau membuat kehebohan, Kang Mina. Para junior itu pasti akan melirikmu sinis di ruang makan nanti. Oh ya, dan para senior pasti akan melakukan hal yang buruk padamu."
"Kami tidak ada apa-apa," Mina menegaskan. Memilih menyisir rambutnya dan bangkit dari duduknya. "Ayo makan malam. Aku sudah lapar."
"Yakin tidak ada hal lain yang ingin kau ceritakan?" Sejeong melingkarkan tangannya di bahu Mina dan menatap Mina dengan pandangan curiga.
"Aku ingin mendengar sesuatu yang lebih menarik," Somi melingkarkan tangannya di tangan Mina dan keduanya mulai berjalan keluar dari kamar. "Kalian sudah sedekat apa?"
"Kami tidak dekat sama sekali," Mina membantah keras. "Aku bahkan baru bicara padanya hari ini."
"Good job, Mina. Hari pertama bicara padanya dan kau sudah membuat kehebohan."
"Sudahlah, aku tinggal menjelaskan pada mereka bahwa kami hanya membahas projek tim." Mina berusaha melepaskan dirinya dari Sejeong dan Somi yang menempelinya.
Dan benar apa yang dikatakan Somi sebelumnya. Begitu ia masuk ruang makan, hampir semua pandangan wanita menatap kearahnya dengan tatapan sinis. Apakah efek Guanlin sebesar ini? Bagaimana mungkin Mina yang sebelumnya tidak pernah mendapat perhatian apapun mendadak jadi pusat perhatian seperti sekarang.
"I told you, Mina. Mereka sangat mengerikan," komentar Somi sambil berbisik. Ketiganya berjalan dengan ragu kearah barisan yang mengantre untuk mengambil makanan.
"Tenang saja, Mina. Kita akan melindungimu dari para nenek lampir jahat itu." Sejeong memberikan senyum penuh semangat pada Mina yang hanya tersenyum kecut.
Ia merasa tidak nyaman dipandang seperti ini. Ingin rasanya ia kembali saja ke kamar dan nafsu makannya mendadak hilang ditelan ketakutan yang menggerogoti tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE GAME [✔]
FanfictionMina terjebak dalam permainannya dan Guanlin ada disana, terjebak bersamanya. Mina tidak pernah menyangka bahwa game bodoh yang diciptakan oleh Jaden akan membuat hidupnya tak lagi sama. Permainan itu membawanya menjelajahi hatinya dan menikmati mas...