Twenty Four

324 48 10
                                    

Mina membuka matanya secara perlahan, kepalanya masih terasa pusing. Mina menyadari bahwa ia berada di sebuah ruangan, bau obat yang menusuk langsung tercium begitu ia bisa menyadari bahwa ia ada di rumah sakit.

Kenapa ia bisa disini? Maksudnya, tadi ia memang kesini untuk bertanya pada dokter tapi kenapa ia jadi terbaring di ranjang seperti ini?

Mina mengerang, kepalanya kembali berdenyut.

"Mina,"

Mina memaksakan dirinya untuk membuka mata. Ibunya menatapnya penuh dengan raut wajah khawatir. Ada air mata di sudut matanya.

"Eomma," Mina memaksakan dirinya untuk bersandar pada sandaran tempat tidur.

"Dokter bilang kau kelelahan," Ibunya menahan tangis, Mina berusaha menenangkan ibunya. "Kau juga dehidrasi dan tubuhmu sangat lemas."

"Sekarang aku baik-baik saja, eomma."

Ibu Mina menangis, ia menggenggam tangan Mina dengan lembut. Mina juga tak bisa menahan tangisnya. Ia terlalu sering membuat ibunya menangis akhir-akhir ini.

"Eomma tidak tega melihatmu seperti ini," ibunya menangis tersedu-sedu. "Kau benar-benar kurus, sayang. Kau sulit makan dan bahkan sudah jarang tersenyum. Eomma tidak tega melihatmu seperti ini."

Mina menangis, ibunya terlihat sedih saat mengelus wajah Mina yang semakin tirus. Ia sudah berjanji tidak akan membuat ibunya bersedih, tapi nyatanya ia lagi-lagi membuat ibunya menangis.

"Eomma tahu kau sedih, eomma juga sedih melihat Guanlin, tapi eomma lebih sedih lagi melihatmu seperti ini," ibunya masih menangis, menggenggam tangan Mina semakin erat. "Kalau Guanlin tidak kehilangan ingatannya, dia juga pasti sedih melihatmu seperti ini."

Ibunya memeluk Mina dengan lembut, pelukan penuh kehangatan seorang ibu yang memeluk anaknya.

"Eomma tidak bisa melihatmu seperti ini lagi," Ibu Mina melepas pelukannya, kembali menggenggam tangan Mina dan menatap wajah anaknya penuh khawatir. "Eomma sudah membicarakan hal ini dengan pamanmu."

"Apa maksudnya?" tanya Mina tidak mengerti. Kenapa ibunya mendadak membawa nama pamannya.

"Pergilah ke Jepang! Lanjutkan sekolahmu disana. Kau bisa tinggal dengan pamanmu," Ibu Mina menatap Mina dengan serius, namun Mina masih tidak paham dengan situasinya. "Kau bisa kembali kesini kapan saja. Hanya saja, untuk sementara ini pergilah ke Jepang, kau tidak bisa terus larut dalam kesedihan seperti ini."

Mina menggeleng. Dari sekian banyak solusi, kenapa harus ke Jepang? Ia tidak ingin meninggalkan Guanlin, meninggalkan cerita mereka yang hilang bersama ingatan Guanlin. Ia ingin membantu Guanlin pulih, mengingat semuanya. Tentang mereka.

"Tidak, eomma. Aku tidak bisa."

"Pikirkanlah dulu, kau tidak perlu membuat keputusan dengan terburu-buru," Ibu Mina menggenggam tangan Mina semakin erat. "Eomma harap kau memikirkan hal ini dengan matang."

Mina terdiam. Kepalanya penuh dengan berbagai macam pikiran yang mengusiknya, dan perkataan ibunya menambah pikirannya.

Ia tidak ingin pergi, ia ingin disini menemani Guanlin, membantunya mengingat kembali ingatannya. Tapi dalam lubuk hatinya, apa yang dikatakan ibunya ada benarnya juga.

Haruskah ia pergi? Atau tetap bertahan?

***

Mina berdiri di depan ruangan Guanlin. Mom dan Dad sedang ada di dalam, mungkin untuk sekedar saling bicara dengan anaknya. Seoyeon belum datang, menurut Mom, gadis itu sedang mengurus beberapa hal yang selama ini ia tinggalkan selama berada di Korea.

LOVE GAME [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang