Twelve

422 58 2
                                    

Satu minggu berlalu semenjak Guanlin dan Mina saling menjauh - atau mungkin Guanlin yang terasa semakin jauh. Lelaki itu hanya muncul saat jam pelajaran dan selalu pergi setiap guru keluar kelas. Dan Mina menyadari bahwa lelaki itu bahkan tidak pernah melihat kearahnya.

Tugas mata pelajaran sastra sudah dilaksanakan tiga hari yang lalu. Mina hanya mempersiapkan apa yang berasal dari review dan Guanlin ada disana untuk menayangkan hasilnya. Guanlin mempersiapkan semuanya dan bahkan selama kegiatan presentasi dan diskusi itu, Guanlin tidak pernah bicara pada Mina. Menatap Mina saja tidak pernah.

Artinya, tidak ada lagi alasan bagi Mina untuk memulai pembicaraan dengan Guanlin. Tapi bukankah itu yang Mina mau? Tapi kenapa ia justru merasa sangat kehilangan sosok Guanlin.

Mina duduk berhadapan dengan Somi dan Sejeong saat makan siang. Mina bahkan kehilangan nafsu makannya selama seminggu ini. Ia hanya pergi ke makan malam untuk sekedar mencuri pandang kearah Guanlin yang bahkan tidak pernah menatapnya sekalipun.

"Akhir-akhir ini aku jarang melihatmu bersama Guanlin," komentar Sejeong sambil mengunyah makanannya.

"Iya, terakhir aku melihatmu bersama Guanlin itu satu minggu yang lalu," Somi menambahkan. "Saat Guanlin tiba-tiba muncul dihadapan kita."

Mina menghela nafasnya, lalu meneguk susu stroberinya. "Lagipula sudah kubilang, kita tidak sedekat itu."

"Tapi tetap saja, aneh melihat kalian bahkan tidak saling bicara selama presentasi." Sejeong kembali mengunyah makanannya. "Kalian baik-baik saja, kan?"

Mina hampir tersedak namun ia buru-buru menggeleng. "Kami tidak ada apa-apa. Sudah kubilang berapa kali, aku dan Guanlin hanya membahas projek tim. Projeknya sudah selesai, maka sudahlah."

"Hampir sebulan kalian bersama, lalu selesai begitu saja?" tanya Somi dengan nada mencibir. "Yakin tidak ada rasa suka padanya, Mina?"

Mina menunduk, ia memilih tidak menjawab pertanyaan Somi. Ia mulai bertanya pada dirinya sendiri. Apakah ia menyukai Guanlin?

"Eh, tapi Soyeon-sunbae tidak pernah mengganggumu lagi, kan?" tanya Somi saat tidak sengaja ia melihat Soyeon masuk ke aula makan.

Mina menggeleng. Hal itu pula yang patut ia syukuri. Soyeon and the gangs tidak pernah lagi menyiksanya atau melakukan hal buruk padanya.

"Syukurlah."

"Eh, aku baru saja mendapat kupon makan malam gratis dari Daehwi." Somi tiba-tiba mengeluarkan selembar kupon dari sakunya.

"Kau berhasil melakukan semua misinya?" tanya Sejeong, ia masih membutuhkan 200 point lagi untuk mendapatkan kupon makan malam.

"Ya, aku berhasil." Somi bersorak sambil melambaikan kupon miliknya.

Mina bergumam dalam hati, ia bahkan sudah tidak peduli dengan misi yang diberikan Daehwi. Baginya, ia dan Guanlin sudah benar-benar menjadi orang asing (sebenarnya mereka tidak dekat, sih).

"Ayo siap-siap! Pelajaran olahraga dimulai lima belas menit lagi," Somi bangkit dari duduknya, menarik tangan Sejeong dan Mina dengan semangat.

***

Pelajaran olahraga kali ini bermain voli. Olahraga favorit Sejeong. Maka dari itu, gadis yang mengikat rambutnya itu langsung bersemangat masuk ke aula olahraga. Ia bahkan terlihat antusias melakukan serve dan bahkan smash beberapa kali. Walaupun tubuhnya tidak terlalu tinggi, tapi Sejeong lincah sekali.

Mina memilih duduk dipinggir lapangan, sambil memainkan bola voli tanpa minat. Somi sedang bertugas menjadi wasit kali ini. Mina menatap Guanlin yang juga sedang duduk di seberang lapangan. Ia memainkan bola basket ditangannya. Kecintaan lelaki itu pada basket Seolah tidak terelakan lagi.

LOVE GAME [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang