SIXTEEN

461 57 12
                                    

Pertadingan basket akan segera dimulai dalam dua puluh menit. Mina sudah duduk di bangku penonton, ada Somi dan Sejeong di sampingnya. Banyak sekali siswa yang memadati lapangan basket ini. Banyak dari mereka yang membawa banner atau tulisan apapun untuk menyemangati tim sekolahnya yang bertanding melawan sekolah lain.

 Banyak dari mereka yang membawa banner atau tulisan apapun untuk menyemangati tim sekolahnya yang bertanding melawan sekolah lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Somi sudah heboh berteriak memberikan semangat pada Samuel (Mina baru tahu bahwa Samuel adalah Somi's crush

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Somi sudah heboh berteriak memberikan semangat pada Samuel (Mina baru tahu bahwa Samuel adalah Somi's crush. Junior itu memang tampan, sih) dan juga Sejeong yang merupakan pengagum kelas berat Kang Daniel si ketua tim basket. Mereka berteriak heboh.

Mina hanya mampu diam, dalam hati berdoa agar sekolah mereka bisa memenangkan pertandingan ini dan Guanlin mampu melakukan yang terbaik sampai permainan usai. Ia memejamkan matanya, kembali berdoa untuk kemenangan sekolahnya dan juga untuk Guanlin.

"Hai, Mina sayang."

Mina mendongak, tersenyum melihat Ibu Guanlin yang berdiri di hadapannya. Mina kemudian berdiri, membungkuk memberikan hormat. Ibu Guanlin langsung merengkuhnya dalam pelukan keibuannya yang sangat nyaman.

"Bagaimana kondisimu? Guanlin menceritakan semuanya padaku. Astaga, aku khawatir sekali padamu."

Mina hanya tersenyum saat Ibu Guanlin menangkup wajah Mina dan memperhatikan bekas luka di sudut bibir Mina. Kemudian Mina menggeleng, menatap Ibu Guanlin seolah mengatakan aku-baik-baik-saja.

"Astaga, apa yang mereka lakukan padamu," Ibu Guanlin mengelus rambut Mina dengan lembut. "Oh, ya, ini ayah Guanlin. Kau bisa memanggilnya Dad."

Mina mengalihkan pandangannya pada seorang pria paruh baya berkacamata dengan senyum yang familiar (senyumnya mirip sekali dengan senyum Guanlin). Mina membungkuk sambil mengenalkan diri.

"Aku sudah mendengar banyak tentangmu dari Guanlin dan istiriku." ujar Ayah Guanlin dengan aksen yang benar-benar unik.

"Aku akan duduk di sebelah sana," ujar Ibu Guanlin sambil menunjuk deretan kursi yang memang dikhususkan untuk orang tua para atlet yang akan bertanding. "Kita bicara lagi setelah pertandingan, ya."

LOVE GAME [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang