Twenty One

297 46 5
                                    


"Aku Lee Seoyeon. Pacar Guanlin."

Hah? Mina terkejut mendapat jawaban tidak terduga seperti itu. Tubuhnya terasa lemas. Ia kesal sekali, ia ingin melihat Guanlin tapi ia justru harus berhadapan dengan gadis yang entah darimana mengenalkan dirinya sebagai kekasih Guanlin.

"Maaf, kau belum menjawab pertanyaanku," ujar Seoyeon, kembali tersenyum dan harus Mina akui bahwa gadis itu cantik sekali. "Kau siapa?"

Mina membiarkan pikirannya melantur kemana saja, ia bingung harus menjawab apa. Maksudnya, ia tidak bisa mengenalkan dirinya sebagaimana seharusnya. Mina baru akan membuka mulutnya saat mendengar pintu kembali bergeser.

Perhatian keduanya teralihkan pada Kakak Guanlin yang baru masuk ke dalam ruangan, tangannya tampak menenteng sesuatu. Kakak Guanlin sedikit terkejut melihat pemandangan yang ada di hadapannya.

"Oh, hai," ia melambaikan tangannya canggung kemudian mengalihkan pandangannya pada Mina. "Hai, Mina."

Mina mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia tidak bisa mencerna situasi dengan benar.

"Jadi kau yang bernama Kang Mina." ujar Seoyeon, ada seulas senyum disana.

Mina kembali menoleh pada Seoyeon. Mina melihat mata kesedihan disana, walaupun bibirnya memaksakan seulas senyum di bibirnya. Matanya memancarkan kepedihan disana.

Mina memejamkan matanya. Ia merasakan pening di kepalanya.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Seoyeon, suaranya masih lembut.

Mina membuka matanya, ia tidak bisa melakukan apapun selain mengangguk dan memilih keluar ruangan terlebih dahulu.

***

Mina menunggu Seoyeon keluar dan tak lama gadis itu keluar. Astaga, tubuhnya benar-benar bagus, pinggangnya ramping dan ia sangat cantik. Mina menghela nafasnya, ia tidak sebanding dengan kecantikan gadis ini.

Seoyeon tersenyum, tapi Mina tahu ada sorot kepedihan disana.

"Aku tahu kau sedang bingung saat ini," ujar Seoyeon, berdiri di hadapan Mina. "Biarkan aku menjelaskannya padamu."

Mina tidak mengatakan apapun, ia hanya menatap Seoyeon. Meminta gadis itu menjelaskannya.

"Aku dan Guanlin sudah berpacaran dua tahun," Seoyeon menatap mata Mina, tidak ada tatapan bengis atau kesal disana, ia hanya terlihat sedih. "Kami saling mengenal satu sama lain saat aku dan Guanlin mengikuti les Bahasa Korea. Dari kecil aku tinggal di New Zealand, Bahasa Koreaku berantakan."

Mina masih tidak bicara, hanya ingin mendengarkan.

"Satu tahun yang lalu aku harus kembali ke New Zealand untuk melanjutkan pendidikanku, saat itu kami terpaksa menjalani hubungan jarak jauh."

Mina enggan menanggapi apa yang dikatakan Seoyeon. Bukan karena kesal atau marah, sebenarnya ia masih bingung. Ia hanya akan mendengarkan penjelasan gadis itu.

"Semuanya baik-baik saja hingga akhirnya sejak enam bulan yang lalu hubungan kami berantakan," ujar Seoyeon seolah menahan tangisnya. "Kami berhenti menghubungi satu sama lain sejak hari itu."

Mina mengerjapkan matanya.

"Tidak pernah ada kata putus diantara kami, aku selalu berusaha menghubungi Guanlin tapi lelaki itu terus mengabaikanku," kali ini Seoyeon terlihat akan menangis. "Aku pikir aku hanya perlu kembali ke Korea dan menjelaskan semuanya. Aku mencintainya dan aku tidak ingin berpisah darinya."

Hati Mina mencelos. Rasanya sakit sekali. Gadis di hadapannya ini terang-terangan mengatakan bahwa ia mencintai Guanlin.

"Sebenarnya aku baru akan kembali dua bulan lagi, tapi Mom menghubungiku bahwa Guanlin kecelakaan," Seoyeon meneteskan air matanya. "Aku tidak bisa memikirkan apapun, aku langsung pergi ke Korea. Aku ingin bicara padanya, memperbaiki semuanya."

Mina merasakan ribuan jarum menusuk jantungnya setiap kali mendengar apa yang dikatakan Seoyeon. Tangannya terkepal erat menahan emosi yang menggunung di dadanya.

"Aku tiba disini tiga jam yang lalu. Saat aku datang ada Mom dan Dad. Mereka menjelaskan kejadiannya sampai akhirnya mereka menceritakan tentangmu," ujar Seoyeon, kembali tersenyum pahit. "Mereka menghubungiku karena mengira aku masih berhubungan dengan Guanlin sebagai teman. Karena menurut penjelasan Mom, Guanlin kini memiliki seorang kekasih."

Mina menunduk, menatap sepatunya. Air matanya menumpuk di pelupuk matanya, ia ingin menangis.

"Aku tentu terkejut mendengarnya, aku bahkan marah pada diriku sendiri andai saja aku lebih cepat memperbaiki situasi mungkin Guanlin tidak akan berpaling dariku," Seoyeon tersenyum pahit. Tapi air mata itu justru meleleh dari matanya.

Mina menghela nafasnya. Lalu apa maunya gadis ini? Mau Mina mengakhiri hubungannya dengan Guanlin?

"Kau tidak salah, Kang Mina," ia menarik tangan Mina dan menggenggamnya. Mina mengangkat wajahnya, ada senyum tersungging disana. "Guanlin juga tidak salah."

Terus apa maumu? Mina seolah ingin bertanya demikian tapi lidahnya tetap kelu.

"Aku tahu hal ini pasti tidak nyaman untukmu, aku minta maaf untuk itu," Seoyeon kembali tersenyum, tapi Mina tahu gadis itu terluka dari tatapan matanya. "Tapi bisakah aku menemuinya sampai ia sadarkan diri dan sembuh? Ada banyak hal yang ingin aku jelaskan padanya."

Mina memejamkan matanya. Ia bahkan tidak tahu kapan Guanlin akan sadarkan diri.

"Jika aku menjelaskannya dan Guanlin mau memahaminya, tentu saja pundakku akan terasa lebih ringan karena sudah tidak ada lagi kesalahpahaman diantara kami," ujar Seoyeon masih menggenggam tangan Mina. "Dan lebih ringan juga bagiku untuk melepaskannya."

Mina menatap Seoyeon. Gadis itu terlihat terluka dengan setiap kata yang diucapkannya. Air matanya kini kembali luruh, tangannya bergetar dan bahunya berguncang menahan isakan tangisnya.

Mina tidak tahu harus berbuat apa.

"Aku minta maaf," Seoyeon terisak dan Mina hanya diam mematung dihadapannya. Seoyeon kemudian menatap Mina. "Tapi bolehkah aku menemuinya setiap hari?"

Mina mengerjapkan matanya. "Aku tidak berhak melarangmu untuk menemuinya."

Seoyeon tersenyum, tubuhnya tiba-tiba mendekat kearah Mina dan memeluk Mina.

"Terima kasih, Mina. Aku bersyukur Guanlin mendapatkan perempuan yang baik dan cantik sepertimu," ujar Seoyeon masih memeluk Mina, ada luka yang tidak terlihat setiap ia mengatakan sesuatu. Kemudian ia melepas pelukannya dengan perlahan. "Kau bisa menemuinya."

Mina hanya mengangguk lalu meninggalkan Seoyeon disana dan masuk ke dalam ruangan.

Hatinya lagi-lagi mencelos. Mata indah yang dulu menatapnya hangat itu kini terpejam. Tubuhnya penuh perban, tangan yang dulu selalu mendribble bola itu kini penuh luka. Mina mematung di tempatnya.

Mina memejamkan matanya, menarik nafasnya berkali-kali sebelum akhirnya berjalan mendekat, menarik kursi di samping tempat tidur Guanlin. Mina menyentuh tangan Guanlin dengan tangan yang bergetar, ia kemudian menggenggam tangan Guanlin dan air matanya luruh tak tertahankan.

"Guanlin, sadarlah! Aku merindukanmu."

Mina mengecup tangan Guanlin. Dan ia menangis sejadinya disana.


To be continue....


Nah, itulah mengapa Seoyeon itu kok bisa ngaku-ngaku jadi pacarnya Guanlin haha.

Jadi kalian ada di tim mana? MINA X GUANLIN atau SEOYEON X GUANLIN? Comment ya.

See you di chapter berikutnya.

-laibooster-

LOVE GAME [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang