Thirteen

433 61 6
                                    

Mina memasuki aula makan. Rasa peningnya masih terasa, namun Mina berusaha menguatkan dirinya bahwa dia baik-baik saja. Kali ini Mina datang sendirian, Somi menghabiskan makan malamnya di restoran dekat sekolah mengandalkan kupon gratis yang diberikan Daehwi dan Sejeong pergi makan malam bersama kakaknya yang kebetulan sedang berada di Seoul.

Tatapan mata yang dulu menatapnya sinis setiap masuk aula makan kini perlahan mulai sirna seiring dengan Mina yang sudah tidak pernah lagi berada di dekat Guanlin, apalagi berada di lapangan basket setiap latihan. Soyeon and the gangs pun tidak pernah mengganggu Mina lagi. Itulah hal yang melegakan setelah menjauhi Guanlin.

Tapi sebenarnya, ada lebih banyak hal yang janggal di hati Mina semenjak menjauh dari lelaki itu. Dia merasa ada yang kosong setiap hari Selasa dan Kamis (jadwal latihan basket), tidak ada pula yang mengantarnya ke dorm, semuanya terasa janggal bagi Mina.

Mina mengantre makanan, ia mulai mengambil tray makanannya dan mengambil makanan seperlunya. Ia memilih duduk di kursi yang masih kosong, ia ingin menghabiskan makan malam sendirian tanpa interupsi dari siapapun. Mina mengedarkan pandangannya hingga akhirnya ia masih melihat Guanlin masih mengantre, bersama Seonho dan Jihoon.

Mina menyantap makanannya dengan santai. Sepi rasanya tidak ada Somi dan Sejeong, biasanya mereka makan malam bersama. Dan kemudian Mina terpaksa mendongak saat melihat ada dua tray makanan yang diletakkan di mejanya. Mina menelan ludahnya.

Seonho dan Jihoon tersenyum kearah Mina. Mereka kemudian duduk di meja yang berhadapan dengan Mina. Mina menahan nafasnya, ia bisa mencium aroma tubuh Guanlin namun ia tidak berani untuk sekedar menoleh kesampingnya.

"Kau tidak keberatan kita duduk disini, kan?" tanya Seonho, masih mempertahankan senyumnya. "Hei, duduk! Kenapa berdiri disitu?"

Mina tahu Seonho bertanya pada Guanlin, tapi ia tidak berani menolah. Mina justru menggenggam erat sumpit ditangannya. Jantungnya bergemuruh kencang apalagi saat ia merasakan ada seseorang yang duduk di kursi sampingnya.

"Kau sendirian? Kemana teman-temanmu?" tanya Jihoon sambil mulai menyantap makanannya.

Mina berdeham pelan. "Mereka ada acara lain."

Jihoon mengangguk paham lalu kembali menyantap makanannya. Hening cukup lama, yang ada hanya suara sendok dan sumpit yang beradu dengan mangkuk sup dan tray makanan.

"Kenapa hening sekali, sih?" tanya Seonho memecah keheningan. "Guanlin, kenapa kalian tidak mengobrol saja? Kalian saling kenal, kan?"

Mina menggenggam erat sumpitnya, ia bahkan tidak berani untuk sekedar melirik Guanlin dengan sudut matanya. Ia tidak punya keberanian untuk menatap Guanlin. Bukan karena ia takut pada ancaman Soyeon, tapi ia tahu bahwa lelaki itu membencinya dan berada di satu meja dengan orang yang kau benci tentu saja sangat tidak nyaman.

"Guanlin mendadak jadi pendiam di depan wanita," Jihoon tertawa kecil, ia meninju bahu Guanlin dengan santai. "Kenapa wajahmu tegang sekali, sih?"

Mina tahu, Guanlin marah padanya. Ekspresi itu mungkin ekspresi yang sama seperti saat Mina mengatakan bahwa ia ingin kembali seperti dulu, dimana Guanlin sama sekali tidak pernah bicara padanya.

"Astaga, sepi sekali disini. Kalian kenapa, sih?" Seonho mengacak rambutnya pura-pura frustasi. "Hei, Guanlin, lima menit yang lalu kau masih tertawa dan sekarang kau jadi patung?"

"Apa mungkin Mina menolak cintamu?" Jihoon berkata dengan nada meledek kemudian melakukan highfive dengan Seonho. "Kenapa diam saja? Apa memang benar?"

"Astaga, Guanlin, kau menyatakan cintamu?" tanya Seonho Seolah tidak percaya. "Dan kau ditolak?"

Mina menunduk, tidak berani menatap apapun selain makanan yang ada di tray miliknya. Seonho dan Jihoon masih terus meledek Guanlin dan tidak ada respon apapun dari lelaki itu. Guanlin pasti merasa tidak nyaman, sama seperti Mina.

LOVE GAME [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang