PROLOG

2.3K 72 0
                                    

"Pandangan mataku mencari dia... mencari dia, suatu hari dia akan muncul di hadapanku. Gaya-gayanya membuatku jadi pencinta. Dia muncul dalam tidurku, dan menjalin ikatan dengan impianku. Dia tak tahu dan sadar, aku begitu tergila-gila padanya. Ah, tidak... tidak, sebelumnya tak pernah begini seperti yang terjadi sekarang..." Kening Tedy kian berkerut saat membaca kata demi kata yang tertera dalam kertas di tangannya. "Ini apa sih?"

Andi menatapnya sekilas, lalu kembali fokus memetik gitar, mencoba-coba mencari nada tertentu.

"Elo nulis diary?" seloroh Tedy seraya mengangkat alisnya ke arah Andi.

"Bukan. Itu lagu."

Tedy tergelak, karena sebenarnya ia juga tahu pasti itu lirik lagu ciptaan Andi yang terbaru. Sahabatnya itu memang sangat jago menciptakan lagu, mereka bahkan sudah coba rekaman sendiri dua lagu, dan ternyata not so bad. Kalau mau, suatu hari nanti mungkin mereka bisa mengalahkan pamornya Peter Pan.

"Ya, habis bahasanya itu, An, kayak bahasa pujangga yang lagi merindukan cinta, tahu? Gimana ya bacanya, geli..."

"Ya, itu kan lo bacanya nggak dinyanyiin. Nih, coba dengar dulu versi lagunya." Andi mulai memetik gitar dan melanjutkan bagian lirik yang belum sempat dibaca Tedy, tapi kali ini sudah dalam bentuk lagu. "Oh, Juwita hatiku, aku tak sadar, kapan semua ini terjadi. Oh, kekasihku, aku mabuk akan cintamu, semua ini berkat cintamu. Mungkin dia tak pernah melihat sifat gila yang aneh seperti ini, suatu hari sifat gilaku ini akan jadikan dia milikku. Kelak di suatu tempat, si Juwita hatiku akan bertemu.."

Tedy mengangkat alis saat Andi selesai memainkan gitar, tanda lagu itu sudah selesai. Memang kemampuan temannya dalam menciptakan lagu dan bernyanyi tak perlu diragukan lagi, jadi semestinya ia tak perlu meledek lirik lagu tersebut, karena di tangan dan suara Andi, lirik lagu yang ia pikir sangat norak dan picisan ini terdengar begitu indah dan deep.

"Siapa Juwita?" Fakhrul, yang sedari tadi hanya duduk bersandar di pinggir tempat tidur Andi sambil baca komik Naruto, memutuskan nimbrung akhirnya.

Andi mengerutkan kening sedikit, tak paham dengan pertanyaan Fakhrul.

"Itu, Juwita itu.. yang di lagu. Siapa?" tanya Fakhrul lagi menegaskan, lalu menahan senyum geli melihat ekspresi Andi yang tampaknya masih belum mengerti.

"Bukan mantan lo itu, kan, An?"

Andi terhenyak mendengar perkataan Tedy yang kini sudah memain-mainkan alisnya dengan mimik usil menggoda.

"Bukan," jawab Andi nyaris menggumam, lalu kembali memetik-metik gitarnya.

"Kayaknya sih iya, Ted, itu mantannya," sambar Fakhrul lantas mengacungkan foto dalam pigura kecil yang ada di sudut meja komputer Andi. "Ini fotonya aja masih dipajang."

"Heh!" hardik Andi, tak mengira itu bisa ditemukan sama sahabatnya, bahkan kini sudah jadi mainan yang dioper-oper.

"Wah iya...! An, lo masih nyimpan fotonya?" seru Tedy seraya mengamati gambar gadis dalam pigura dengan segala pernak-pernik pink di tubuhnya, mulai dari bando, gelang, cincin, semuanya. "Elo masih suka sama dia?" Kali ini Tedy tidak berniat menggoda Andi, dia justru memberikan tatapan simpatik.

Melihat Andi tak menjawab langsung, Fakhrul ikut bertanya, "Kalau iya, kenapa lo putusin?"

Andi diam sejenak, lalu menatap kedua sahabatnya itu. "Nggak. Cuma emang nggak sempat beres-beres kamar aja, malas. Emang kenapa sih? Kalau udah putus, barang-barang yang berhubungan sama mantan harus dibuang, ya?"

Pertanyaan balik dari Andi itu membuat Tedy garuk-garuk tengkuk, jadi merasa habis melakukan kesalahan. "Ya nggak harus sih." Ia meletakkan pigura itu ke tempat asalnya, memilih untuk tak membahas itu lagi. 

 Sudah cukup lama Andi putus sama mantannya, yang mereka sendiri tak tahu apa sebabnya. Padahal setahu mereka, dulu Andi sangat menyayangi cewek itu. Hubungan mereka juga tampak baik-baik saja, tak pernah ada percekcokan atau apa pun yang mengharuskan mereka putus, sampai tiba-tiba Andi dan cewek itu putus begitu saja. Tak ada yang tahu alasannya, bahkan dua sahabatnya sendiri. Andi juga tak pernah membahas masalah itu ataupun menyinggung cewek itu lagi, hingga barusan. Walau berstatus sebagai sahabat, Tedy dan Fakhrul masih tahu diri untuk tidak mengorek lebih dalam apa yang Andi sendiri tak mau cerita, atau mungkin belum mau cerita.

Sakura Lover (COMPLETED) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang