BAB 8

568 36 0
                                    

"Terus, terus??" pinta Widya begitu antusias mendengarkan cerita Melisa soal kegiatan kelompoknya di rumah Fakhrul. Mereka sekarang sedang di kantin, pada jam istirahat pertama. Tapi, sebenarnya bukan ceritanya yang membuat Widya tertarik, tapi reaksi Renni yang nampak sangat menahan rasa jealous karena Melisa sekarang menang banyak darinya, sudah datang ke rumah Fakhrul, main di kamar Fakhrul, dan tahu banyak hal tentang Fakhrul, hihi.

"Ya gitu," jawab Melisa, sok selebritis dan sok dibutuhkan banget. Ia sudah membeberkan semua yang ia ketahui juga tentang Fakhrul, mulai dari kalau Fakhrul adalah anak kedua atau bungsu dari dua bersaudara, dan nama kakaknya adalah Crista yang sekarang kuliah di New York dan mengambil kedokteran. Kamar Fakhrul yang besar, juga tentunya Fakhrul yang ternyata hobi baca novel teenlit tak luput untuk dibeberkan. Info yang terakhir ini, sesuai dugaan Melisa sukses membuat Renni ternganga-nganga antara tak percaya dan tak menyangka.

"Oh ya, Fakhrul itu ternyata alim juga ya. Dia kemarin pergi sholat Jum'at loh sama Tedy." Fakta yang ini membuat Melisa jejeritan sendiri. Ia memang sungguh terpesona kemarin, ketika melihat Fakhrul dan Tedy pergi sholat Jum'at dengan langkah yang sangat ringan, tanda memang mereka tak pernah absen. Ini kan langka di zaman sekarang ini ada cowok yang begitu!

Wajah Renni memerah. Fakhrul yang dipuji, ia yang merasa malu. Entah kenapa, ia merasa bangga. Mungkin karena akhirnya pada dua sahabatnya itu, apalagi Melisa yang selama ini suka ngata-ngatain Fakhrul hanya karena Fakhrul sahabatan sama Andi dan Tedy, ia bisa membuktikan bahwa ia tak salah menaksir orang.

Melisa memandangi Renni yang tampak salah tingkah sendiri. Ia tersenyum geli melihatnya. "Elo mau ikut nggak ke rumah Fakhrul?" tanyanya menawarkan, yang ia yakin setarus persen penawarannya ini tak akan ditolak mentah-mentah!

Renni hanya balas memandangi Melisa dengan tubuh mengejang. Seperti ada tulisan 'mau! Mau! Mau! Mau!' yang berputar-putar di kepalanya.

"Ya? Ikut aja, lagi. Hari ini. Soalnya nanti pulang sekolah kita mau lanjut ngerjain tugas kelompok lagi di rumahnya."

"Iya, Ren!" sambar Widya, semangat. Ia menyenggol-nyenggol badan Renni yang kebetulan duduk di sebelahnya. "Kapan lagi coba? Aji mumpung, nih, aji mumpung!"

Renni pura-pura memasang muka cemberut nan sebal karena dipaksa begitu, padahal hatinya sedang berdentam-dentum ria.

"Memangnya boleh?" tanyanya kurang yakin. Maksudnya, ini kan kerja kelompok. Aneh saja kalau Renni, yang notabene adalah murid dari kelas lain, ikut-ikutan datang segala. Apa kata yang lain nanti?

"Ya nggak apa-apa lah! Bilang aja lo yang ngantarin gue atau mau nemanin gue, kan gak masalah."

Renni mengernyit, masih kurang sreg dengan alasan tersebut. Masih ada yang mengganjal rasanya. Kalau alasannya karena Renni mengantar Melisa, mengantar pakai apa, coba? Renni kan dijemput supir. Masa mereka nungguin supir Renni dulu, lalu mereka diantar ke rumah Fakhrul? Aneh banget, ah. Tetap akan mengherankan. Kalau cuma masalah ngantar, kan Melisa bisa nebeng Tedy kayak kemarin, kenapa harus pakai acara ribet kayak gitu? Apalagi kalau Renni ikut-ikutan menetap di tempat Fakhrul, kan lebih aneh. Kalau cuma mengantar, ya cuma mengantar saja, tak perlu pakai nemanin kerja kelompok segala.

"Ya udah, deh, bilang aja elo mau nginep di rumah gue, sekalian aja elo nginep beneran," jawab Melisa begitu Renni mengutarakan rasa janggalnya.

"Iya!" sambung Widya cepat. "Bilang aja gitu! Karena elo mau nginap di rumah Melisa, jadinya elo ngikut dia. Eh, malah bagus lagi, nih! Jadi, elo nebeng Fakhrul aja lagi pas nanti mau ke rumahnya! Soalnya kan Melisa sama Tedy. Icha, dia bisa sama Andi. Nah, elo pakai apa? Ya nebeng juga lah jadinya sama Fakhrul. Wahhh... bagus!! Kesempatan, Ren, kesempatan!!"

Sakura Lover (COMPLETED) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang