BAB 45 (TAMAT) 🔚 & EPILOG

750 50 16
                                    

"Kok, kalian gituuuu, sih!!!!?" omel Melisa setelah mendengar cerita Andi dan yang lain.

Mereka masih kumpul di ruang makan rumah Melisa setelah selesai makan malam. Sementara orang tua Melisa dan Tedy sudah pindah ke ruang tamu, entah membicarakan apa.

"Kenapa nggak dari awal kalian kasih tau gue kalau Abang yang mau dijodohin sama gue itu TEDY??? Padahal kalian sudah tau!!" teriak Melisa kesal. Bagaimana pun juga ia mau mewek saja rasanya mengingat ia serasa sudah melakoni drama yang tragis nan lebay, padahal sebenarnya kejadiannya tidak se-tragis itu! Ugh!

Tedy yang masih syok dengar cerita sebenarnya hanya bisa tertawa kaku. Sementara yang lain terbahak-bahak.

"Siapa suruh hp pada nggak aktif?" ledek Adi.

Melisa cemberut. Memang benar juga kata Adi. Sebenarnya teman-teman sudah mencoba menghubungi Tedy dan Melisa, tapi karena ponsel mereka tidak ada yang aktif, jadi sama sekali tidak bisa dihubungi, apalagi dikasih kabar.

Adi beralih ke Tedy. "Ted, kenapa lo nggak bilang kalo lo suka sama Melisa? Kalo lo bilang dari awal kan nggak bakal sampe rumit kayak tadi."

Tedy menatap Adi sebal. Ini orang kok nggak sadar ya? Jelas-jelas ia yang sudah menularkan penyakit.

Segera Melisa mengomelin Adi, membela Tedy. "Ini kan gara-gara lo sama Widya. Siapa coba yang ngajarin Tedy, nggak boleh bilang suka sama sahabatnya sendiri, heh?"

Adi dan Widya yang sedari tadi hanya diam, kontan salah-tingkah, menyadari merekalah yang membuat Tedy jadi begitu.

"Ya, Maap..Mel," kata Adi pelan sambil melirik Widya yang tidak menatapnya sama sekali.

Andi geleng-geleng kepala. "Kalian semua ini bikin masalah aja. Hh, gue yang nggak tau apa-apa sama Icha jadi ikut repot-repot ngurus kalian."

Lagi, Melisa cuma bisa meringis, jadi tak enak sudah membuat keributan hari ini.

"Ya uda, ah...pulang, yuk. Udah mau malem banget, nih," kata Renni tiba-tiba. Mereka semua setuju, lalu beranjak bersiap pulang.

"Kalian bagaimana pulangnya?" tanya Andi, lebih ditujukan pada Widya dan Renni. "Apa sama kayak tadi pas kita ke sini?"

Melisa melirik Renni, Widya, dan Icha.

"Icha tetap sama gue, ya?" tanya Andi minta pendapat Icha. Gadis itu mengangguk.

Fakhrul menatap Widya. "Wid, lo gimana?" tanyanya, karena ia tahu tak mungkin Widya mau diantar pulang sama Adi.

"Ah, gue mah gampang. Tinggal telpon supir gue ini," jawab Widya sok santai, membuat Adi kembali meliriknya. Tahu-tahu ponsel Widya yang ada di atas meja makan, kembali bergetar dan berkedip-kedip untuk yang ke sekian kalinya. Widya hanya meliriknya dan sedikit melengos, lagi-lagi membiarkannya.

"Siapa sih tuh, dari tadi?" tanya Tedy heran karena Widya tak memberi respon.

Fakhrul yang berdiri di depan Widya, turut melirik ke ponsel itu dan bisa melihat jelas nama yang tertera di sana. "Yunar?" tanyanya, tahu itu sepupunya sendiri. Nampaknya Yunar mengirimkan beberapa pesan ke Widya daritadi yang tidak dibalas gadis itu, bahkan tak dibaca.

Fakhrul mengernyit. Ia sangat tahu bagaimana Yunar. Yunar bukan lah tipe cowok genit yang akan mau mengirim pesan ke cewek atau bahkan menelpon, kecuali kalau cewek itu sendiri yang memberi lampu hijau. Yunar sangat punya manner yang baik, dan tahu menjaga jarak bila orang tersebut merasa terganggu dengan apa yang ia lakukan.

"Kalian masih berhubungan?" tanya Fakhrul lagi, masih heran. Setahunya, Yunar nembak Widya. Tapi, ia kira Widya sudah menolaknya. Atau belum? Apakah gadis itu sudah memberi jawaban?

Sakura Lover (COMPLETED) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang