BAB 44

661 53 15
                                    

Cieee... kangen ya?? *ge-er* ^^;

Maaf lama yaaa... 

Ada beberapa hal yang membuat saya jadi tidak mood untuk melanjutkan, tapi saya paksa-paksakan, sebab saya tak mau jadi tidak bertanggung jawab dengan meninggalkan cerita ini menggangtung ebgitu saja ^^; hahaha

Jadi, saya paksa-paksakan diri untuk melanjutkan. Jadi, maaf banget.. hasilnya sedikit kurang memuaskan. Ada beberapa hal yang 'kayak bolong, walau cuma hal kecil'. Tapi, kalau saya mau nunggu samai sempurna, bisa-bisa 2-3 bulan lagi baru dipost lanjutannya ^^; Pasti pada nggak mau kan??

Jadi, yawis.. saya posting dulu sekarang yg apa adanya ^^; hahaha...

Semoga suka.


==



 Begitu bel pulang sekolah, anak-anak langsung berhamburan keluar, begitu juga Widya dan Suci.

"Elo mau ke kelas Melisa?" tanya Suci seraya membetulkan tali ranselnya.

Widya mengangguk. Melisa memang telah memberitahunya kalau sepulang sekolah untuk menemaninya shopping.

Suci manggut-manggut. "Ya udah, kalau gitu gue duluan deh ya." Suci baru saja akan melambaikan tangan sekilas sebelum beranjak pergi, saat matanya melihat sesuatu yang sukses membuatnya melongo, mangap.

"Kenapa lo?" tanya Widya heran.

Suci masih mangap-mangap seerti ikan mas koki kehabisan air, membuat Widya akhirnya menoleh ke arah yang dipandang Suci, mencoba mencaritahu ada apa di sana.

Oh, well...

Widya menurunkan kedua pundaknya yang sempat tegang.

Ternyata, hanya Adi yang sedang mengambil motornya di parkiran dekat lapangan futsal, bersama Novi yang nampak sedang menungguinya.

"Itu.. Adi sama Novi?? Beneran??" tanya Suci nampak tak percaya, dan jelas Widya ogah menjawab. Emang apa urusannya? Tapi, tangannya sudah ditarik cepat oleh Suci, digeret ke depan, ke dekat jalanan menuju gerbang sekolah. Suci kayaknya pengin memastikan benar-benar kalau penglihatannya lagi tak bermasalah.

Semakin mangaplah Suci, saat penampakan di hadapannya memang benar adanya. Novi namak sudah duduk diboncengan, dan bahkan.... melingkarkan tangannya ke pinggang Adi! Oh, shit! Suci menutup mulut, takut kata-kata itu akan benaran keluar dari mulutnya.

"Se..se.. se..jak kapan, Wid?" Suci bertanya heran, membuat Widya meliriknya sebal. Sejak kapan Suci jadi gagu begitu, sih?

"Kok, bisa?" Suci semakin terheran-heran.

"Ya, tanya orangnya. Jangan tanya gue! Tuh, kan, orangnya ada tuh. Tanya sono."

"Ih, kok lo jadi marah-marah??" Suci cemberut, namun ia kembali mangap saat motor Adi melewatinya, dan ia semakin bisa melihat jelas bahwa yang di boncengan Adi memanglah Novi yang sedang memeluk pinggang Adi dengan mesra , dengan wajah yang terhias senyum centilnya, tak peduli dengan tatapan sekitar termasuk tatapan menghunus Widya yang terarah padanya.

==

Di IPA 1, Melisa langsung menarik cepat tangan Icha .

"Waktunya SHOPPING!" serunya ceria. "Temanin gue beli sesuatu buat si Abang itu yuk, Cha!"

Kebetulan Renni tidak suka Shopping. Sedangkan Widya baru saja SMS, tidak jadi ikut shopping, dan langsung pulang begitu bel. Sepertinya suasana hatinya lagi sumpek.

Melisa berjalan riang memasuki setiap toko yang ada di Grand Mall. Icha kewalahan mengikutinya karena kaki Melisa mendadak berubah jadi kaki panjang yang bisa melangkah satu meter dalam satu langkah.

Sakura Lover (COMPLETED) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang