BAB 6

850 33 0
                                    

Renda-renda tipis transparan itu perlahan jatuh luruh saat Melisa melepaskannya. Begitu indah...

Jantung Melisa nyaris serasa berhenti saat ia mengangkat wajah dan mendapati pantulan wajahnya di cermin. Ia nyaris tak mengenali, bagaimana ia ternyata bisa begitu nampak cantik... Dengan tatanan rambut bak Cinderella... dan gaun indah bernuansa pinky peach yang sekarang terbalut cantik di tubuhnya... Inilah pernikahan impiannya. Pernikahan yang selalu ia nantikan, dengan Pangeran-nya. Bukan Abang maupun Bambang.

Akhirnya hari ini tiba! pekik Melisa dalam hati tak mampu menahan degupan jantungnya yang kian memuncak.

Rasa penasaran Melisa mulai mencuat tatkala suasana di sekitarnya terasa sepi. Padahal ia sudah selesai berias dan berdandan, apalagi yang harus ditunggu?

Perlahan Melisa bangkit, berjalan ke pintu yang tertutup dan membukanya. Senyumannya melebar begitu melihat banyak orang hilir mudik di depannya sibuk mempersiapkan sesuatu. Mendapati dirinya sendirian di dalam tadi membuatnya jadi begitu takut kalau ini hanyalah mimpi buruk, tapi ternyata tidak... Ini kenyataan yang indah. Beberapa anak kecil berlarian ke sana kemari, semakin mencerahkan suasana hati Melisa.

Melisa kembali memegang renda-renda gaun pengantinnya. Ia masih tidak percaya gaun indah ini melekat di tubuhnya. Saat melewati jendela, Melisa menyempatkan diri untuk berkaca. Memang, ia terlihat cantik dengan gaun pengantin ini. Jadi seperti Cinderella Ya, Cinderella yang berbahagia karena telah menemukan Pangerannya. Ia tak perlu lagi mencemaskan siapa jodohnya, seperti yang dulu pernah ia alami saat SMA. Masalah Abang dan Bambang, bahkan kisah kelamnya dnegan Andi, adalah cerita yang buruk dalam hidupnya. Tapi, ia selalu percaya janji Tuhan, bahwa dalam setiap kejadian ada hikmahnya, dan tak selamanya hidup berbuah pahit. Sepahit-pahitnya pada akhirnya pasti akan berbuah manis.

"Cha," panggil seseorang.

Deg! Melisa menelan ludah.

Pangerannya.... Ia yakin, ini adalah Pangerannya. Penyelamat hidupnya. Kebahagiaannya.

"Ya," Melisa menoleh cepat dengan wajah yang berusaha menutupi kegugupan, namun tak melupakan senyum lebarnya. "Hah?" Sekejap wajahnya berubah jadi muka bengong kayak orang bego. Bukan Pangeran impiannya yang didapatinya. Tapi, BAMBANG! "Elo ngapain?" tanya Melisa kaget, nyaris histeris.

"Loh?" Bambang tertawa setengah mati melihat reaksi Melisa. "Cha, elo nggak lagi ngigo kan? Ya kita kan hari ini mau nikah. Kan kita sudah dijodohin. Ingat nggak?"

"Hah?" Kali ini Melisa benar-benar masang tampang bego. "Dijodohin??"

Tidak! Tidak! Ini pasti mimpi buruk!!

Tanpa sadar Melisa menutup ke dua pipinya dengan tangan, kepalanya menggeleng-menggeleng panik. "Gue nggak dijodohin! Nggak!"

Bambang kembali tertawa dan ikut menggeleng-gelengkan kepala. "Elo masih nggak berubah ya, Cha. Ya udah kalau lo nggak percaya, tanya aja sama Bunda lo sana."

"Nggak!!" Melisa tetap menggeleng-geleng, mukanya agak ketakutan. "Elo bohong! Elo kan bukan Abang!"

Walaupun dijodohin dnegan Abang juga Melisa tak akan mau, tapi jelas pilihan dijodohin sama Bambang adalah pilihan terburuk!

Bambang kembali geleng-geleng kepala, prihatin. "Cha, mungkin elo mimpi kemarin-kemarin. Elo tuh ya dijodohinnya sama gue."

Mata Melisa menatap penampilan Bambang dari atas sampai bawah. Cowok itu memang mengenakan kemeja pengantin. Dan cowok itu hari ini benar-benar tampan. Tidak ada muka criminal, tidak ada muka play boy, tidak ada anting-anting, dan sebagainya. Ia benar-benar sesuai dengan yang Melisa bayangkan. Cowok Langit. Terlihat damai, tenteram, dan tenang. Tapi... tapi... Tidak! Tidak mungkin Bambang adalah Pangerannya!

Sakura Lover (COMPLETED) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang